apa kamu baik-baik saja?

3.8K 407 51
                                    

"Nabila?"

Aro langsung bangkit dari tempatnya dan berlari menghampiri wanita yang dirinya kira adalah istrinya. Aro menyentuh pundak wanita itu, dan senyumannya langsung menghilang begitu wanita itu berbalik. Bukan Nabila.

"Maaf? Ada apa ya?" Tanya wanita itu, Aro mundur selangkah dan tersenyum canggung "maaf ya, saya kira istri saya" ucapnya pelan, Aro mengangguk sekilas dan berbalik pergi meninggalkan taman itu

**

"Anggis, mungkin besok aku akan balik kerumah bunda. Makasih ya, sudah nerima aku disini"

Nabila menatap Anggis yang juga sedang menatapnya. Mereka berdua sedang berdiri di depan balkon, menikmati semilir angin malam dan juga beberapa pemandangan lampu kota. Anggis tersenyum kecil, dia mengusap bahu Nabila sekilas

"Rumah ini, rumah kamu juga. Kalau kamu mau, kamu juga bisa tinggal disini bareng aku. Sendirian lama-lama, aku juga kesepian tauuu" ucapnya dengan manyun, Nabila tertawa kecil

"Tapi, kamu siap kalau besok pulang? Kamu sudah berfikir secara mateng kan Nab?" Tanya Anggis sedikit khawatir, dia berbalik badan memunggungi pemandangan, tangannya ia sandarkan di pagar besi, melihat Nabila yang sedang menatap kejauhan

"Siap gak siap, aku harus siap. Lagian aku gak mungkin terus-terusan sembunyikan ini semua. Seperti yang kamu bilang, bisa saja masalah ini terungkap sendirinya, dan ayah, bunda bakal lebih marah sama aku" Nabila tersenyum manis, lalu dia diam sesaat

"Sejujurnya, aku takut" lirihnya "aku takut, kalau keputusan aku ini sebenarnya gak membuat aku jadi lebih baik" Nabila menunduk, dia memainkan jari-jarinya yang ada di pagar balkon "aku masih cinta banget sama mas Aro" sambungnya dengan suara yang bergetar "Kenapa ya? Sulit sekali melepaskan dia?"

"Nabila, perasaan tulus kamu yang membuat kamu berat untuk pergi. Tapi apapun itu, aku harap kamu gak ragu dengan keputusan kamu" Anggis merosotkan tubuhnya dan duduk bersila "kamu sudah melakukan yang terbaik selama ini, jadi gak ada salahnya kalau kamu memilih berhenti dan mencari kebahagiaan yang pantas kamu miliki"

Nabila ikut duduk di samping Anggis, dia menyenderkan kepalanya di bahu sepupunya "Anggis. ayah dan bunda, apa mereka bakal kecewa?" Ucapnya pelan, hatinya sangat sakit membayangkan bagaimana tatapan kecewa dan sedih yang orang tuanya berikan. Nabila mengusap setitik air matanya yang jatuh 

"Yakin sama aku, tante dan om pasti juga sama, mereka bakal selalu ngedukung kamu. Udah jangan nangis, kamu udah nangis terus belakangan ini, entar kepalanya pusing lagii" omel Anggis saat mendengar kalau Nabila terisak, dia mengusap kepala Nabila dengan lembut, lalu beralih meraih Nabila kedalam dekapannya

"Besok aku anterin ya?"

"Iya.. kamu temeni aku ya?"

"Siaapp"

*

Danil duduk di bangku kerjaannya dan terus-terusan melihat jam yang ada di tangannya. Sudah jam delapan lewat, tetapi Aro belum juga datang. Danil bingung, sebenarnya Aro hari ini bakal masuk kerja atau tidak. Dia juga sudah menelpon berulang kali tetapi tidak ada jawaban

Danil mengambil handphonenya dan kembali menelpon Aro, dia sempat berdecak karena mengira kalau panggilan kali ini akan sama seperti yang tadi. Tapi, saat di detik-detik terakhir, akhirnya Aro menjawab panggilannya

"Halo! Lo dimana? Lo masuk kerja gak sih hari ini?" Tanya Danil dengan nada yang sedikit besar. Kesal sekali dia tuh dengan Aro. pria satu itu, giliran dilarang kerja malah kerja, giliran kerja malah gak datang.

Tidak ada balasan dari Aro selain suara geraman dan desissan yang Danil dengar, Dia butuh beberapa menit untuk menyadari kalau ternyata Aro sedang sakit setelah pria itu bersin berkali-kali

Nalmine [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang