Jungkook memang kejam, memiliki sifat iblis yang tak terkendali. Manusia dominan yang sulit untuk mengerti keadaan orang lain. Pria itu memang tidak memiliki perasaan, rasa kemanusiaan pada dirinya hanya tersisa seujung kuku saja. Dia diciptakan untuk menjadi sosok pria yang keras kepala, tak tertandingi, dan kejam. Bahkan, jika seluruh makhluk yang ada di dunia menginginkan sesuatu yang tak ia sukai, ia akan tetap mengokohkan pendiriannya. Jungkook.. tidak suka diusik.
Duduk diatas kursi kayu dengan kaki kiri berada diatas kaki kanan, kemudian disela jemarinya terdapat rokok yang membara dengam asap tipis yang naik keatas melawan gravitasi. Tatapan pria itu penuh kekejian, melihat musuhnya telah tak berdaya dibawah siksaan anak buahnya, membuatnya menyeringai tajam.
Ferry, mengangkat tongkat baseball yang sudah terdapat bercak darah dibeberapa bagian. Bersiap, membenturkan benda keras itu pada kepala Eunwoo yang sudah hampir tak sadarkan diri. Namun, kala ia mengayunkan benda itu, suara Jungkook mengudara. Membuatnya harus menghentikan aksinya yang hampir meregangkan nyawa Eunwoo.
"Cukup."
Jungkook menghembuskan asap rokok keudara, membuang asal puntung rokok yang tinggal seperempat itu kesembarang arah. Ia berdiri, langkahnya pelan namun lebar. Pria itu terkekeh kejam, memandang Eunwoo yang sudah benar-benar mengenaskan dibawah kakinya. Pria itu mendongak, lebam serta aliran darah tipis menghiasi wajahnya yang tampan. Mata kirinya membiru, sudah tidak dapat dibuka karena rasa sakit yang mendera. Hanya bisa melihat dengan mata kanan yang hanya bisa dibuka setengah.
Kedua tangan Eunwoo masih diikat kebelakang, hanya saja sepasang kakinya sudah dibebaskan, namun sayangnya pergelangan kaki kanannya terkilir karena dipukul menggunakan balok kayu.
Eunwoo meludahkan darah, mengenai sepatu yang Jungkook gunakan hingga membuat beberapa anak buah Jungkook menggeram dan hendak melayangkan tinju, namun Jungkook melarang, malah menghadiahi anak buahnya dengan dorongan kasar.
"Kubilang, cukup!" Teriak Jungkook marah. Pria itu menunduk, menatap Eunwoo dengan prihatin lantas mendecih keji.
"Bagaimana rasanya, huh? Sakit?" Bisiknya pelan tepat dihadapan wajah Eunwoo.
Alih-alih memohon untuk dilepaskan atau sekedar meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan, Eunwoo malah terkekeh. Ia menatap Jungkook dengan berani.
"Tidak sama sekali. Setidaknya aku s-udah, uhuk.. dapat bicara dengan Liliku." Eunwoo membalas sengit diselingi dengan batuk karena tersedak oleh darahnya sendiri. Ia malah sengaja menumpahkan bensin diatas kobaran api.
Jungkook mengetatkan rahang. "Badebah sialan!"
"Yes, i'm."
Jungkook menggerang, memutuskan pergi darisana bersama anak buahnya. Meninggalkan Eunwoo yang kesakitan didalam ruangan itu.
•••
Lisa duduk termenung diatas ranjang, perutnya sakit sebab tidak sempat memakan apa-apa sejak kemarin. Matanya melirik nakas, ada sup iga hangat serta semangkuk nasi disana. Namun alih-alih mengulurkan tangan untuk meraih makanan itu dan memakannya, Lisa malah diam menahan rasa lapar.
"Aku rindu anak-anakku." Ia menggumam, air matanya kembali luruh dan segera ia seka.
Sekejap kemudian, ia kembali teringat dengan Eunwoo. Terakhir kali ia lihat, Eunwoo digebuki oleh suaminya dan anak buah pria itu. Dan sekarang, bagaimana keadaan Eunwoo? Apa pria itu baik-baik saja? Bagaimana, bagaimana jika Jungkook benar-benar membunuhnya?
Lisa menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Ia tidak akan mau memaafkan Jungkook jika pria itu benar-benar membunuh Eunwoo yang notabe-nya sahabat kecil Lisa. Mengingat terakhir pertemuan mereka saat dipantai, Eunwoo memberikan Lisa sebuah amplop. Lisa meliarkan bola mata, membalik bantal yang berada dibelakang tubuhnya dan menghela napas lega saat menemukan amplop itu masih berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPH SEASON 2
General Fiction[M] "Just need to obey, then your life will be free from punishment."