Setelah 1 bulan bekerja sebagai pengganti Ibunya, Caewon mulai terbiasa akan pekerjaan-pekerjaan seorang pelayan yang harus ia tanggung. Awalnya, ia memang sering mengeluh pada dirinya sendiri akan rasa sakit juga lelah yang ia rasakan karena terlalu aktif dalam bekerja. Dulu saat ia masih sekolah, ia hanya akan menekuni satu tanggung jawabnya itu, kemudian ia hanya akan menunggu uang kiriman dari Ibunya untuk biaya hidup.
Ibunya sangat menyayangi Caewon. Selalu memperhatikan anak semata wayangnya itu dari jauh. Terpisah dari suaminya, membuat Sukyeong harus terbiasa mencari uang untuk menghidupi dirinya serta anaknya. Dahulu, Sukyeong tinggal di Daegu bersama Caewon. Lalu setelah Caewon beranjak remaja, Sukyeong merantau ke Seoul bersama Caewon dan menyekolahkan putrinya disini.
Caewon gadis yang sangat tekun dan sopan. Ia sangat menghormati dan menyayangi Ibunya. Namun, rasa benci pada sang ayah tidak bisa ia elakkan. Walau sudah terpisah, Ayah Caewon tetap saja mengganggu kehidupan Sukyeong dan Caewon.
Gyong-Suk, Ayah Caewon selalu datang kerumah Caewon dan meminta uang beralasan untuk membayar hutang yang ia miliki. Bahkan setelah Sukyeong pindah ke Seoul, pria itu mengikutinya dan kembali menerornya serta Caewon. Bahkan sekarang, orang-orang asingpun mulai menghantui kehidupan Caewon dan Sukyeong karena ulah Gyong-Suk.
Caewon duduk termenung diatas kasur kamarnya yang dulu milik Ibunya. Air matanya yang sedaritadi ia bendung, telah menetes membasahi pipinya. Ia melirik ponselnya yang menyala dan bergetar, menampilkan nomor tidak dikenal yang seringkali muncul sejak dua bulan terakhir.
Mengusap air matanya, Caewon meraih ponselnya dan menempelkannya pada telinga saat ia sudah menjawab panggilan itu.
"Kau jual saja tubuhmu padaku, maka hutang-hutang Ayahmu akan lunas."
Caewon memejam sejenak, meresapi rasa sakit yang timbul pada ulu hatinya.
"Pria brengsek! Aku tidak akan pernah mau melakukannya hanya untuk melunasi hutang pria tua itu!!" Sahut Caewon dengan emosi.
Suara gelak tawa dari seberang terdengar mengudara. "Ya, dengarkan aku.. bukankah kau sekarang bekerja dirumah seorang CEO kaya raya?"
Caewon diam.
"Kenapa tidak kau manfaatkan saja bos-mu itu, huh? Dasar gadis bodoh."
Caewon mengepalkan tangannya yang berada diatas pahanya. Air matanya kembali lolos dengan rahangnya yang mengeras.
"Atau kau goda saja bos-mu, jajakan tubuhmu maka kau akan mendapatkan banyak uang dan segera berikan padaku."
Caewon menggeretakkan giginya, memilih untuk mematikan ponselnya dan menutup wajahnya yang telah basah karena air mata.
Hidupnya terlalu rumit, mengapa Ayahnya harus menebar banyak hutang dan mengatasnamakan Ibunya sebagai pelunas hutangnya? Hidup Ibunya tidak akan selamat jika sampai ia tidak mengatasi itu semua. Jikapun ia melapor pada polisi, kesalahan mungkin akan jatuh juga pada pihak Ibunya. Sebab, Ayah brengseknya itu telah menjual nama Sukyeong pada para rentenir.
•••
Lisa menatap wajah Jungkook yang tertidur dengan pulas dihadapannya. Pria itu mengeluh pada Lisa jika dirinya sangat lelah sehabis mengikuti perjalanan bisnis selama satu minggu.
Wanita itu mengusap lembut pipi Jungkook, kemudian beralih menyentuh hidung mancung milik pria itu dengan jari telunjuknya. Saat alis pria itu menukik, Lisa segera menjauhkan tangannya, namun Jungkook dengan cepat menangkap tangan itu.
Lisa terkejut, ia membulatkan matanya saat menemukan mata pria itu menatapnya dengan sayu.
"M-maaf, aku mengganggu tidurmu." Lisa gelagapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPH SEASON 2
Ficción General[M] "Just need to obey, then your life will be free from punishment."