Urusan bisnis Jungkook dan rekannya sudah selesai. Beberapa menit yang lalu, mereka berjabat tangan dan saling mengucap ungkapan persetujuan disebuah kedai cofee. Sekarang, Jungkook dan Jimin sedang berada didalam mobil, mereka akan langsung kembali ke Seoul atas permintaan Jungkook yang mendadak sakit.
Jimin yang menyetir melirik kearah Jungkook yang duduk di kursi belakang melalui kaca depan mobil. Pria itu menghela napas lelah, kemudian berdehem singkat.
"Yakin tidak mau ke dokter?" Tanyanya untuk yang kelima kalinya.
Jungkook yang semula tengah menatap layar ponsel kini telah mengalihkan pandangan menatap kearah depan. Tatapannya sayu, terkesan dingin dan datar. Bibirnya pucat, bahkan suhu tubuhnya tiba-tiba naik dan itu membuat nafsu makannya kurang baik.
"Tidak."
Jawaban yang sama Jimin dapatkan, pria itu mendengus kasar dan menginjak pedal gas dengan gemas sehingga kecepatan mobil lamborgini tersebut semakin kencang.
Jungkook menatap kearah luar jendela, dirinya sangat merindukan Lisa. Begitu ingin memeluk dan mencumbu wanita itu dengan waktu yang sangat lama bahkan selamanya.
"Lisa.." bibir tipisnya terbuka, menggumamkan kata yang sama berulang kali, sembari menyandarkan kepala pada sandaran kursi dengan mata terpejam.
•••
"Oppa akan pulang hari ini?" Lisa bertanya setelah menelan sepotong buah pepaya yang sudah hancur ia kunyah. Ia menatap Hena yang memberi respon berupa anggukan singkat.
"Kudengar dia juga sedang sakit."
Obsidian indah milik Lisa membola, beberapa detik setelahnya ia mengerjap berkali-kali dan kembali memakan potongan buahnya.
"Mm.. aku akan keatas sebentar." Ketika Lisa hendak benar-benar beranjak dari kursi taman, Hena mencegah dengan mencekal pergelangan tangan wanita itu.
"Lisa.." panggilnya lirih. Sebelum mengatakan apa yang ingin ia ungkapkan, wanita paruh baya itu menghela napas besar. "Ingat kata-kataku, berbaikkanlah apapun yang terjadi."
Lisa menarik segaris senyuman, ia mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Sesampainya didapur, ia melihat beberapa pelayan tengah menyiapkan makan siang, beberapa pelayan lain sibuk membersihkan meja dan lantai.
"Yongna." Lisa memanggil Yongna yang merupakan pelayan paling tua diantara pelayan yang ada disana.
Yongna segera menghadap sang nyonya dan membungkuk hormat. "Saya, Nyonya."
"Tolong buatkan aku bubur dan sup sayur. Lisa berfikir sejenak, sebelum kembali melanjutkan. "Buatkan juga teh jahe madu tanpa gula."
Yongna mengangguk. "Akan saya buatkan, Nyonya."
Lisa mengulas senyum tipis. "Terima kasih."
•••
"Berapa?" Jinwoo mendongak menatap Jungsan yang juga tengah menatapnya dengan tatapan datar.
Pemuda itu mendecak dan menunjuk angka dibuku milik Jinwoo. "Sudah kukatakan jika turunan Sin adalah Cos, jadi jika soalnya 2 Sin X turunannya berapa?"
Jinwoo menggaruk kepalanya dengan ujung pena, memerhatikan angka yang tertulis diatas buku tugasnya.
"2 Cos X?" Jinwoo menjawab ragu-ragu.
"Iya. Lalu ini, turunan cos adalah - sin."
"Okay, okay. Cukup, aku sudah paham." Jinwoo menyela dan mengerjakan tugasnya dengan bersemangat ketika ia sudah paham. Sementara Jungsan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Jinwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPH SEASON 2
Ficción General[M] "Just need to obey, then your life will be free from punishment."