Chapter 5 | A Game

2.4K 298 35
                                    

Maaf lama ya:(


















Lisa menatap Jungkook yang tertidur disebelahnya. Kini, jarum jam sudah menunjuk kearah angka 1 dini hari. Namun, wanita itu tidak bisa terlempar kealam bawah sadar, bahkan hanya memejampun rasanya amat sulit.

Wanita itu menghela napas, ia meringis kala merasakan pinggangnya dipeluk erat oleh Jungkook. Dengan pelan, ia menggeser tangan itu untuk dipindahkan dari pinggangnya. Ketika sudah berhasil, ia lalu menyibak selimut dan turun dari atas ranjang. Tangannya meraih gelas kosong yang terletak pada nakas, sebelumnya ia menyempatkan diri untuk mencepol rambutnya agar tidak mengganggu.

Ia membawa langkahnya kearah baby box untuk memastikan kedua bayinya. Lalu, beralih kearah pintu kamar untuk keluar darisana.

"Aku merindukan Leo." Lisa menggumam, Leo memang sudah tidak bersamanya selama dua bulan terakhir. Kucing itu dirawat oleh Jisoo, sesuai permintaan Jungkook yang tidak mau Lisa dan bayinya kenapa-napa karena bulu-bulu kucing itu.

Kakinya yang dialasi sendal berbulu melangkah menuju lift. Masuk kedalam sana setelah pintu itu terbuka lalu menekan salah satu angka untuk mencapai lantai terbawah. Wanita itu menatap sekeliling saat kakinya sudah memijak lantai marmer. Matanya sedikit menyipit kala melihat seluwet tubuh seseorang yang berada didekat ruang makan.

Lisa meletakkan gelas yang ia pegang diatas meja dapur. Ia memilih untuk mendekati ruang makan untuk memastikan jika itu orang atau hanya halusinasinya saja.

Samar-samar, ia dapat mendengar suara hingga Lisa menyimpulkan jika disana ada seseorang.

"Berhentilah berbicara!"

"Aku tidak bisa keluar, karena pintu dijaga, sialan!"

"Aku tidak peduli! Jangan sentuh Ibuku atau kau akan ku laporkan pada pihak yang berwajib."

"Bedebah! Bajingan, sialan!"

"Caewon?"





•••





Lisa menatap Caewon yang menunduk sedaritadi. Gadis itu terlihat sangat gugup serta takut bahkan pelipisnya sampai mengeluarkan bulir-bulir keringat sebesar biji jagung. Lisa menghela napas dan menatap air kolam yang memantulkan cahaya bulan yang menggantung di langit.

"Aku tidak tahu mengapa kau terlihat sangat takut." Lisa menjeda sejenak, melirik presensi Caewon yang semakin menunduk dalam. "Tapi, kau bisa ceritakan masalah yang kau hadapi padaku, Caewon-ssi." Lanjutnya.

Caewon melirik Lisa dengan ujung matanya, kedua tangannya yang ia letakkan diatas paha gemetar. Ia sungguh merasakan takut saat ini. Ia sungguh tidak menyangka jika ia dipergoki begini oleh Lisa. Bodoh memang! Mengapa dirinya berfikir demikian, sementara ia tinggal satu atap dengan Nyonya-nya itu.

"Caewon?" Panggilan dari Lisa berhasil membuatnya kembali tersadar dari lamunannya. Gadis itu meremat pakaiannya, sangat gelisah agaknya.

"A-anu.. saya h-hanya.."

"Okay." Lisa menipiskan bibir, menatap Caewon dan menggidikkan bahu. "Sepertinya kau benar-benar tidak bisa menceritakannya padaku. Kau memang butuh privasi, jadi aku tidak berhak untuk mengetahuinya."

Caewon menggeleng, akhirnya mengangkat wajah dan membalas tatapan Lisa dengan air wajahnya yang nampak panik.

"B-bukan begitu maksudku, Nyonya." Ujarnya dengan kedua tangan dikibaskan didepan dada. Saat melihat sebelah alis Lisa naik, ia kembali menunduk dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.

MPH SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang