Jungkook menggerang penuh emosi, menghancurkan seluruh barang-barang yang berada didekatnya. Beberapa dari anak buahnya segera mencegah dengan memegang kedua tangan pria itu.
"Sudah ku katakan jangan pernah ikut campur dengan rumah tanggaku!" Jungkook memekik, menatap Young-Guk yang berdiri dengan gamang dihadapannya.
"Mengapa kau malah menyalahkanku? Kau lihat sendiri'kan jika wanita itu yang menumpahkan minuman dilantai." Young-Guk akhirnya buka suara, tidak ingin dirinya dipojokkan.
"Jika bukan karena kau yang mengadakan pesta sialan ini, semua ini tidak akan terjadi, bangsat!"
"Niatku baik."
Jungkook semakin kalang kabut. "Jika sampai terjadi sesuatu dengan istriku, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
"Lalisa akan baik-baik saja."
•••
Lalisa masih tidak sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter. Wanita itu nampak pucat, ada jarum infus yang menusuk punggung tangan kirinya. Sementara tangan lainnya ditusuk oleh jarum yang mengalirkan darah ketubuh.
"Bagaimana kita akan memberitahukan ini pada pihak keluarganya?" Dokter tersebut melepaskan kacamata yang sedaritadi bertengger dihidungnya. "Aku takut suaminya akan melakukan sesuatu."
Semua orang tahu siapa Jungkook.
"Kita tidak bisa menyembunyikan ini, Dokter."
"Kau benar."
Pada akhirnya mereka keluar, menemukan pihak keluarga Lisa yang tengah menunggu dikursi tunggu. Seorang wanita paruh baya mendekat, wanita itu menggenggam tissu yang sudah tidak berbentuk.
"B-bagaimana keadaan menantuku?"
Dokter itu mengedarkan penglihatannya, ketika tidak menemukan presensi Jungkook ia sedikit bernapas lega. Ia lantas menarik masker mulutnya turun, menatap keluarga Lisa satu-persatu.
"Nyonya Lalisa mengalami pendarahan hebat karena benturan yang cukup kuat pada perutnya."
Jisoo yang tengah duduk disisi Seokjin melemas dan hanya bisa menitikkan air mata.
"Ya tuhan." Heira menggumam resah.
"Lalu, bagaimana dengan janinnya?" Seokjin menceletuk.
Dokter itu menghela napas panjang. "Usia kandungan Nyonya Lalisa masih begitu muda, sehingga janin sangat rentan. Karena mengalami pendarahan hebat, janin tidak bisa kami selamatkan."
Mereka kembali terguncang, Heira bahkan nyaris terjatuh jika saja Seokjin tidak dengan cekatan menangkapnya dan membantunya duduk dikursi.
"Nyonya Lalisa akan sadar secepatnya, kalian diperbolehkan untuk menjenguk asal jangan sampai mengganggu pasien. Kami permisi dulu." Dokter itu dan dua suster lainnya lantas berlalu. Menyisakan suara tangis yang begitu memilukan. Kemudian, ketika suara derap langkah kaki terdengar, Jisoo menoleh dan menemukan presensi Jungsan, Jennie, dan Rose disana.
"Bagaimana keadaan Lisa?" Jennie segera melemparkan pertanyaan pada Jisoo yang hanya bisa menangis.
Tak kunjung mendapat jawaban dari Jisoo, Jennie akhirnya menatap Seokjin yang berdiri gamang disisi Heira.
"Lalisa keguguran." Ucapan Seokjin berhasil menumbuk hati Jungsan. Pemuda itu menitikkan air mata dan segera mengusapnya walau cairan itu kembali turun semakin banyak.
Rose dan Jennie menutup mulut tidak percaya, segera masuk kedalam ruang rawat disusul Jungsan. Heira masih melemas ditempat, tidak menyangka jika semua ini akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPH SEASON 2
General Fiction[M] "Just need to obey, then your life will be free from punishment."