Jungkook menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk putih kecil. Ia melangkah dari kamar mandi, hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Lisa tersenyum tipis, duduk dipinggir ranjang dengan memangku wadah berisi air hangat.
Diatas ranjang sudah Lisa siapkan pakaian santai untuk Jungkook. Short pants berwarna mocca yang dipadukan dengan kaos putih polos. Jungkook akan terlihat sangat tampan jika menggunakannya.
Pria itu kemudian duduk dipinggir ranjang, masih berusaha menyeka air pada rambutnya. Lisa yang peka langsung berdiri dan membantu suaminya untuk mengeringkan rambut. Memijat pelan kulit kepala Jungkook dengan begitu lembut dan pelan. Selesai dengan itu, Lisa membiarkan Jungkook menggunakan pakaiannya di walk in closet. Setelahnya, baru ia menyuruh Jungkook untuk duduk di sofa.
Jungkook memerhatikan istrinya yang sibuk membasahi saputangan dengan air hangat, memerasnya pelan dan melipatnya menjadi lebih kecil.
"Katakan jika sakit." Ucap Lisa sebelum menyentuhkan saputangan itu pada dahi Jungkook yang lebam.
Jungkook diam, memerhatikan raut wajah Lisa dengan seksama. Jungkook ingin menyimpan semua keindahan yang Lisa miliki agar ia selalu bisa mengingatnya sepanjang waktu. Sumpah demi apapun, Lisa adalah bentuk terindah yang pernah ia temukan selama ia hidup.
"Aku tidak akan bertanya jika Oppa merasa keberatan." Ujar Lisa.
Masih dengan keterdiaman, rupanya Jungkook belum mau buka suara. Lisa kemudian tersenyum, mengusap lembut pipi Jungkook. Detik berikutnya, tangan kecil wanita itu ditangkap oleh telapak tangan besar milik Jungkook. Genangan air muncul pada pelupuk mata pria itu. Dan Lisa dapat merasakan jika napas Jungkook mulai memberat.
"Aku tidak tahu tentang hubunganmu dulu dengan si brengsek, Eunwoo. Tapi, aku merasa khawatir jika dia masih ingin merebutmu dariku."
Kernyitan muncul pada dahi Lisa. "Mengapa Oppa masih membahas itu?"
"Karena dia masih menggangguku."
"Dia sudah pergi, Oppa. Dia sudah kembali ke London."
Jungkook memalingkan wajah. "Dia mengirim sepupunya untuk menghancurkan perusahaanku."
Lisa mengerjap, tidak tahu harus mengatakan apa.
"Dia berusaha menghancurkanku, lalu mengambilmu dariku." Imbuh Jungkook membuat prinsip sendiri.
"Tidak mungkin, Oppa. Aku mengenalnya, dia tidak mungkin mengingkari janjinya."
Seketika, ucapan Lisa mampu membuat api pada diri Jungkook menyala. Tatapan tajam, Jungkook tunjukkan untuk Lisa. Geraham pria itu mengetat, sepasang tangannya menangkap kedua bahu Lisa.
"Seberapa jauh kau mengenalnya, Lisa!? Apa kau lebih mengenalnya daripada diriku!? Apa kau begitu mencintainya sampai tidak bisa melupakan apapun tentang dirinya!?" Jungkook mengguncang bahu Lisa.
"Oppa..."
"Aku tidak mau membahas semua ini. Tapi kau selalu bisa memancingku, Lalisa. Aku tidak mau bertengkar, setelah makan malam pergilah tidur." Jungkook tidak mau terlalu menekan istrinya. Jungkook takut, jika nanti Lisa pergi meninggalkannya. Maka dari itu, ia lebih memilih mengalahkan segala egonya dan pergi dari kamar itu setelah menyahut jacket.
Lisa mengusap air matanya, menatap kepergian Jungkook dengan nanar. Ia tidak tahu harus berbuat apa sehingga ia hanya bisa berdiam diri disana.
•••
Jimin baru saja menghabiskan semangkuk sup rumput laut buatan Yongna. Ia mengusap-usap perutnya yang terasa penuh akibat sup rumput laut lezat itu. Masih duduk diatas kursi meja makan, Jimin mendapati Jungkook yang muncul tiba-tiba menuju kearah ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPH SEASON 2
General Fiction[M] "Just need to obey, then your life will be free from punishment."