❄27❄

1K 93 14
                                    

Bukannya Haerin tidak cinta pada Danielle, ia mencintainya, namun tidak tahu harus bagaimana mengungkapkannya. Ia bukan tipe yang romantis. Lebih menyukai hal-hal yang sederhana. Dan menurutnya cinta tidak selamanya harus di ucapkan dengan kata-kata, cukup menunjukkan dengan perbuatan. Dan hal itu yang sering ia lakukan. Tetapi hal itu rupanya tidak cukup bagi Danielle, gadis itu menginginkan kata-kata cinta dari Haerin. Haerin tidak bisa melakukannya, ia terlalu malu dan bingung bagaimana memulainya.

Hanya karena masalah sepele tersebut, hubungan keduanya menjadi sedikit renggang.

Danielle masih tidak mau berbicara dengan Haerin, sebelum gadis itu mengatakan cinta padanya. Danielle marah dan mendiamkan Haerin. Menganggap keberadaan Haerin tidak ada.

Hufhh

Untuk ke sekian kalinya Haerin menghela nafas. Sekarang dirinya masih berada di lingkungan sekolah, lebih tepatnya berada di rooftop. Tempat yang sering kali di gunakan untuk menenangkan pikirannya. Ia enggan pulang, walau matahari tampak sudah mulai tenggelam. Entah sudah berapa jam lamanya ia berada di sana. Tapi masih enggan untuk meninggalkan tempat tersebut.

Mengatakan sebuah kata cinta merupakan hal yang mudah, tapi Haerin terlalu payah untuk melakukannya. Gadis datar sepertinya mana mungkin bisa melakukan hal itu? Baru membayangkannya saja, membuat bulu kuduk Haerin merinding. Ia tidak menyukai kata-kata menggelikan seperti itu. Membuatnya bergidik.

Drrtt drrttt

Telfon Haerin terus berdering. Sudah sedari tadi sebenarnya, namun di abaikan. Haerin tahu siapa yang terus menghubunginya itu.

Danielle. Pasti gadis itu.

Jika hanya untuk marah-marah, untuk apa gadis itu menghubunginya? Perempuan memang sangat sulit di mengerti. Lebih sulit dari rumus matematika dan fisika.

Ok, sekarang langit sudah benar-benar menjadi gelap. Haerin harus segera pulang. Jika tidak, Danielle akan mengamuk dan tidak membiarkannya masuk ke dalam apart. Padahal itu apart Haerin, tetapi Danielle yang mengusainya. Ah dasar si queen bee itu. Di mana saja keberadaannya, selalu ingin menguasai segalanya. Entah bagaimana jadinya, jika nanti Haerin benar-benar akan menikahi gadis itu, yang pasti kehidupannya dalam kendali Danielle.

Haerin berbalik, hendak melangkah pergi, tetapi di kejutkan oleh kehadiran seseorang yang sudah berdiri menghadapnya.

Alis Haerin terangkat naik, merasa aneh dengan kehadiran orang tersebut di sana.

"Lo gak mau nanya apa, kenapa gue ada di sini?"

Haerin hanya diam. Menurutnya itu tidak penting. Terserah orang tersebut mau ada di sana pun, bukan urusannya. Ia memilih melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Begitu langkahnya melewati orang tersebut, lengannya tiba-tiba saja di tahan. Terpaksa Haerin berbalik dan menatap tajam orang tersebut. Dengan cepat ia menarik lengannya dari orang tersebut.

Bukannya takut, orang tersebut justru terkekeh.

"Lo masih aja dingin sama gue"

Tidak mendapat respon apa-apa dari Haerin, membuat orang itu sedikit kesal. Memangnya ada masalah apa dengannya? Kenapa Haerin tidak bisa bersikap lembut sedikit saja padanya? Seengganya memberikan respon, bukan hanya diam dengan tampang datarnya itu.

"Lo kenapa diem aja sih? Lo gak lupa kan sama gue? Gue Eunchae, murid baru yang waktu itu" Eunchae jengah dengan respon Haerin yang masih saja sama, datar. Apakah gadis itu tidak memiliki ekspresi lain? Saking kesalnya Eunchae terus mendengus.

Haerin sebenarnya tidak lupa, hanya saja itu tidak penting. Ia tidak memiliki urusan dengan gadis itu. Dari pada terus membuang waktunya di sana, lebih baik ia segera pergi sebelum Danielle benar-benar mengamuk padanya.

SHybe School🏢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang