PROLOG

176 8 3
                                    

Kabar yang baru saja didengar oleh Jasmine membuatnya lumpuh seketika. Dunianyapun hancur, impiannya selama bertahun tahun kandas tak menyisakan satu kebahagiaanpun. Hanya air mata yang kini tumpah tak henti membasahi pipinya yang tirus.

Air mata yang menghapus riasan wajah Jasmine. Matanya yang lentik dengan polesan eyeshadow warna pink nuansa gold menjadi sembab karena tak mampu lagi membendung kesedihan yang ia rasakan saat ini. Tak seanggun beberapa jam yg lalu dengan balutan gaun pengantin burgundy bertema Pakistani.

Sekelilingnya begitu banyak orang yang sedang kacau sama seperti dirinya. Mereka semua membuat satu tatapan yang sama. Kesedihan dan juga kesengsaraan. Beberapa menatap Jasmine kasihan.

"Jasmiiiinnnneeee..." teriak seorang gadis yang berlari memeluk tubuh Jasmine. "Tabahkanlah hatimu"

Gadis itu Juwita, adik bungsu Jasmine. Juwita terus terisak. Jasmine bisa merasakan dekapan adiknya sangat kuat berusaha menyalurkan energy yang ia punya agar kaka kesayangannya tabah.

Setelah memeluk cukup lama dan membuat gaun pengantin Jasmine sedikit basah, dia meraba bagian wajah Jasmine dengan tangannya gemetaran. "Maher sudah meninggal"

Deg!

Tubuh Jasmine tersungkur. Tak kuat lagi menahan tumpuhan kakinya. "TIDAK MUNGKIN!!!!!" teriak Jasmine mengamuk.

Dia mendorong tubuh adiknya itu dan berhamburan menerjang segala hal dihadapannya. Ruang pengantin itu kacau balau. Make up tumpah mengotori lantai. Gaun-gaun pengantin juga sama rusaknya karna amukan Jasmine. Dia meraung-raung tanpa henti. Ruangan yang tadinya penuh kebahagiaan berubah dengan kesedihan.

"Maher tidak mungkin pergi...." ucapnya lirih. Tubuhnya tersungkur ke lantai. Jasmine pingsan.

***

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang