"Jangan memaksaku membuat kesalahan lagi, Jasmine" sanggah Mahesa begitu bibirnya dikecup untuk kedua kalinya oleh Jasmine.
Jasmine mundur selangkah, tertunduk, masih diam seolah memilah kata yang tepat untuk menghadapi situasinya saat ini.
"Aku... Aku hanya ingin bersamamu, malam ini...." ucap Jasmine setengah berbisik karna mungkin kalimat itu adalah kalimat paling berat yang pernah ia ucapkan.
Tiba-tiba aliran aneh menyengat mengalir kedalam diri Mahesa. Efeknya sangat mempengaruhinya sampai-sampai ia tak bisa membendungnya lagi.
Perlahan tapi pasti Mahesa melangkah maju. Saling bertatapan, tangan Mahesa naik ke tekuk leher Jasmine. Menimbulkan hembusan napas dari keduanya sehingga berpantulan.
Mahesa tau. Mereka berdua tau. Bahwa ini yang mereka inginkan.
Saat Mahesa mendekat, Jasmine menutup kedua matanya. Ciuman pun terjadi lagi. Tertaut begitu dalam meski itu tindakan pertama. Berlanjut menjadi ciuman penuh ambisi di tangutan kedua, ketiga, keempat, sampai mereka tak dapat lagi menghitungnya.
Jasmine berusaha mengimbangi ciuman Mahesa yang menggebu-gebu itu. Secara sadar ataupun tidak, dia pun ikut andil membawa suasana semakin intim. Jasmine pun melumat habis bibir Mahesa.
"Hmmpphmm..." Mahesa meraup semua bibir Jasmine tanpa ampun. Bersembunyi dari pipi nya yang sangat memerah. Tangan kirinya mendorong tubuh Jasmine ke tembok dapur. Sementara tangan kanannya yang tak lepas sedikitpun mencengkram leher serta rambut Jasmine.
"Arrgh..arghhh.." keduanya saling menghirup napas sampai kemudian kembali saling berpangutan.
Tubuh mereka saling menghimpit. Sesaat Mahesa melepas ciuman mereka dan berpindah menciumi leher Jasmine dengan ritme yang sama.
Jasmine mengerang saat cumbuan Mahesa yang bersamaan dengan napasnya itu menyentuh tekuk, lalu menuju telinganya. Yang bisa ia lakukan hanyalah mencari penopang karna tubuhnya kini terasa tak berdaya.
Bibir Mahesa melepaskan leher Jasmine, berhenti tepat diujung bibir. Mahesa menatap Jasmine yang masih memejamkan mata.
Dengan napas terengah-engah, Mahesa berbisik, "Ayo kita kekamar"
Terkejut, Jasmine membuka matanya melihat Mahesa yang menatapnya tajam dan penuh nafsu. Belum sempat ia menjawab, Mahesa langsung mengambil alih. Jasmine terpaksa kembali memejamkan mata saat Mahesa membopong tubuhnya berjalan menuju kamar mereka di atas.
Seakan semua hal itu sudah seharusnya terjadi. Keadaan rumah kediaman Arundaya pun sepi karna semua keluarga sedang pergi.
Sesampainya dikamar, Mahesa menurunkan tubuh Jasmine diatas kasur. Telentang ia masih berpejam. Tak berani membuka mata, entah karna apa. Takutkah? Atau malu?
Di sisi lain Mahesa seakan tak peduli dengan keadaan Jasmine. Dia menunduk merangkak ke atas tubuh Jasmine lalu mulai mencium bibirnya lagi, lehernya lagi, semakin turun di salah satu dada Jasmine. Tangannya pun tak tinggal diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...