Part 3: Tawaran yang Membahagiakan

47 4 0
                                    

JALANAN YANG BEGITU INDAH

DANAU BELAKANG KAMPUS

Mentari belum sepenuhnya muncul tapi Jasmine sudah melangkahkan kakinya keluar kampus dia berniat pulang kerumah. Usai percakapannya dengan didi semalam, Jasmine meminta izin pada paman Mike untuk absen sehari menjaga perpustakaan.

Jalan setapak membentang dihadapannya. Danau kecil yang indah terukir juga disana. Suasana hatinya kini sangat bahagia. Sesekali Jasmine berjingkat-jingkat kecil sambil bersenandung menikmati perjalanannya.

(Hai pembaca setia aku sengaja melampirkan link youtube untuk mendukung kalian merasakan sensasinya saat menjadi Jasmine, semoga kalian suka. Btw judul lagunya Teriyaan - Asim Azhar & Aima Baig) bisa dicek langsung di youtubenya yahhh)

Tu na ho jahan par na ho ghum na ho koi khusi

Tidak ada kesedihan ataupun kebahagiaan disana dimana kau tak hadir

Kyun labon pe chayi hai haseen teri

Mengapa senyummu ada dibibir

Asmaan se jaise chin gayi hui ho roshni

Seperti cahaya yang direnggut dari langit

Yaad bhi na ayi kya meri?

Apakah kau tak pernah mengingatku?

Karein bhi toh kya hai mushkil

Apa yang harus lakukan dengan kesulitan ini

Samjhe na pagal dil

Hati yang gila ini tak mampu mengerti

Aas mein who kehti rahin sun zaraa

Dalam menunggu dia terus berkata dengarlah sedikit

Jasmine bersenandung lagu Pakistan, Negara tempatnya berasal.

"Suaramu merdu sekali" seru seseorang tiba-tiba membuat Jasmine terkejut.

Pria itu Maher. Entah dari mana datangnya Maher sudah berjalan beriringan disamping Jasmine. Tubuhnya yang tinggi terbalut setelan jas formal kali ini berwarna hijau emerald warna kesukaan Jasmine.

"Mau kemana kau pergi pagi-pagi sekali, Jasmine?"

"Maher kau.." Jasmine gugup. "A..aku ingin pulang kerumah. Semalam didi menelpon memberitahu keadaan uma. Ia kambuh lagi" jawabnya gelagapan.

Jasmine selalu tidak bisa menghindari sikap kikuknya jika berhadapan dengan Maher.

"Kau ingin aku mengantarmu?" Maher menawarkan diri.

"Dengan senang hati" rintih Jasmine dalam hati. Tentu dia tidak berani mengungkapkannya. Dia merasa sangat malu.

"Ti..tidak usah aku hanya akan merepotkanmu" Jasmine mengelak dari suara hatinya yang meronta-ronta menginginkan hal sebaliknya.

"Bagaimana mungkin merepotkan, kau ini kan calon istriku. Aku justru senang bisa mengantarmu pulang"

Deg! Calon istri! Mendengar hal itu membuat waktu terasa berhenti sejenak. Semilir angin sejuk masuk perlahan mengisi hati Jasmine. Sekuat tenaga dia mencoba menyembunyikan wajahnya yang kini memerah.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang