Durham University
Gedung aula besar Universitas Durham akan menjadi saksi bisu pelepasan para mahasiswa di akhir pendidikan mereka. Dinding-dinding yang dihias sedemikian rupa mengelilingi ratusan kursi tempat dimana para calon wisudawan menunggu giliran namanya dipanggil untuk menyempurnakan perjuangan mereka.
Belum banyak orang yang hadir di sana pagi itu, namun Jasmine dan Mahesa sudah berbalut pakaian formal senada untuk memberi Juwita selamat atas gelar yang ia raih sebagai sarjana psikologi.
"Selamat atas kelulusanmu, Juwita.. aku benar-benar bangga padamu" ucap Jasmine memeluk adik kesayangannya itu.
Juwita menerima pelukan itu cukup erat sampai bisa meruntuhkan sedikit kegugupan yang sejak malam melanda hatinya. Dia belum benar-benar mencerna acara kelulusannya sendiri. Baginya lulus dengan nilai cumlaude di bidang favorite nya terasa tidak nyata.
"Terima kasih, Jasmine.." sahutnya melepas pelukan. Matanya kini berpindah ke arah Mahesa yang berdiri di sisi Jasmine bersiap memeluknya bergantian.
"Setelah ini aku benar-benar harus merogoh kocek untuk sesi konsultasi padamu" oceh Mahesa menggoda Juwita, ia merenggangkan tangan, memberikan tempat untuk Juwita menerima pelukan.
"Kau harus menyiapkan dana yang besar untuk itu" Juwita tenggelam di dalam pelukan Mahesa.
Perasaan aneh menggertak hati kecil Juwita saat Mahesa mendekapnya. Perubahan rasa yang ditimbulkan di hari ini berbeda dengan beberapa bulan lalu. Rasanya seperti adik yang mendapatkan kasih sayang. Sangat berbeda dengan yang dulu ia rasakan.
Juwita tersenyum dibalik bahu Mahesa saat menyadari hal itu. Sudah seharusnya perasaan itu muncul saat ini lebih dari apa yang ia harapkan.
Juwita melepas pelukan, bergantian menatap kakak tersayangnya dan kakak iparnya. Pancaran cinta mereka merekah di wajah keduanya. Juwita mencondongkan tubuhnya berbisik pada Jasmine, "Sepertinya aku ketinggalan banyak hal penting.."
Senyum memaksa mengembangkan lekukan yang dalam di wajah Jasmine, "Sangat banyak. Setelah acara ini aku akan menceritakan semua detailnya..."
"Aku tidak sabar mendengar ceritamu" bisiknya lagi. "Oiya dimana baba dan uma? Juga mom dan dad?"
"Apa kau tidak bertanya tentangku juga?" suara seorang wanita datang bersama seorang anak laki-laki.
"Didi..." seru Juwita berhambur memeluk Jihan. "Senang sekali rasanya melihat kalian semua hadir disini..."
"Tentu saja kami semua merasa sangat bangga padamu, Juwita.. Selamat atas kelulusanmu" Jihan menyentuh wajah adik bungsunya itu.
"Terima kasih, didi.." Juwita membungkuk menggendong keponakannya, "Edward juga sudah sebesar ini, aku benar-benar tertinggal banyak hal" dia menciumi wajah ponakan laki-lakinya itu yang sangat mirip dengan Jihan.
Miqdad yang turut hadir juga memberikan selamat. Disusul juga oleh kehadiran orang tua Juwita dan keluarga Arundaya.
Setelah masing-masing memberi selamat pada Juwita, kedua keluarga, pergi duduk di tempat yang telah di sediakan. Sementara Juwita bergabung dengan teman-teman seangkatannya yang lain.
"Juwita, disini!" panggil Lucas melambai menyisakan kursi kosong di sampingnya.
Juwita segera duduk di samping Lucas karna acara akan segera dimulai.
Cukup lama Lucas memperhatikan Juwita. Menatapnya dengan kesadaran penuh dan senyum yang tak kunjung padam.
"Bisakah kau mengalihkan tatapanmu dan fokus pada acara ini, Lucas.." pinta Juwita setelah berusaha menahan salah tingkahnya akibat perlakuan Lucas tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...