"Jasmine? Jasmine?" panggil Mahesa sudah berkali-kali mengetuk pintu apartemen Jasmine namun tetap tak ada jawaban.
"Kemana Jasmine pergi malam-malam begini? Saat badai salju sedang se extrim sekarang?" Mahesa membatin bertanya-tanya.
Mahesa sudah mencoba menelpon Jasmine hasilnya tetap sama. Jasmine bahkan belum membaca pesan yang Mahesa kirimkan. Tidak biasanya Jasmine seperti ini. Mahesa menjadi sangat khawatir.
Dia mencari ke semua tempat yang mungkin akan dikunjungi Jasmine. Mulai dari perpustakaan, aula besar kampus, sampai ke klinik kampus takut-takut Jasmine jatuh sakit.
Jasmine tetap tidak berada disana.
"Ada apa Mahesa kau menelponku malam-malam begini? Apa semua baik-baik saja?" tanya Juwita dari sebrang telpon.
"Begini, aku tidak tau dimana keberadaan Jasmine sekarang, apa dia bersamamu?" Mahesa mulai cemas.
"Jasmine? Tidak! Aku sedang berada di rumah temanku, apa kau sudah mencarinya di semua tempat?"
"Sudah, aku sudah cari kemana-mana tapi dia tidak ada, aku khawatir sekali, Juwita... Bagaimana jika dia terluka, apalagi ini sudah malam, kemana lagi dia pergi selain di area kampus?" Mahesa memburu Juwita dengan banyak pertanyaan, suaranya sangat tegang.
"Tenang, tenangkan dirimu dulu Mahesa... Aku akan coba menelpon uma, siapa tau dia pulang kerumah"
"Tapi kenapa dia tidak mengabariku sama sekali, Juwita.. aku mencarinya kesana kemari seperti orang gila"
Juwita terdiam mendengar pernyataan Mahesa. Sebesar itukah cinta Mahesa untuk Jasmine?...
"Tenangkan dirimu Mahesa.. mungkin Jasmine hanya tidak ingin merepotkanmu, kudengar kau sangat sibuk sekarang untuk band barumu... Tunggulah sebentar lagi aku akan mengabarimu setelah menghubungi uma, oke?..."
"Iya, iya, kau benar, aku akan ke bagian administrasi untuk meminta kunci apartemennya, aku akan menunggunya pulang, kabari aku secepatnya"
"Pasti! Sudah ya kututup telponnya.."
Setelah memutus sambungan telpon, Mahesa bergegas turun lagi ke lantai bawah untuk meminta kunci.
Mahesa mendapatkan kunci dan menunggu Jasmine. Dia duduk di sofa sembari terus mencoba menghubungi Jasmine. Ada beberapa pesan dari Molly tentang pekerjaannya namun sama sekali tidak ia respon. Baginya sekarang yang terpenting adalah kabar tentang Jasmine.
Beberapa menit berlalu, terdengar suara pintu apartemen dibuka.
Jasmine kembali."Mahesa? Kau?.." Jasmine heran melihat Mahesa sudah berada didalam apartemennya.
"Akhirnya kau kembali..." Mahesa berlari menghambur memeluk tubuh Jasmine sangat erat.
"Mahesa, apa yang kau..?"
"Kau kemana saja.. aku mencarimu kemana-mana.. aku takut sesuatu terjadi padamu.. aku sangat khawatir"
Jasmine tak langsung menjawab. Mereka menghabiskan cukup banyak waktu untuk berpelukan. Pelukan yang begitu tulus, dan juga begitu memilukan. Terselip rasa ketakutan yang begitu besar dari pelukan Mahesa.
"Mahesa.. aku akan menjelaskannya padamu, bisa tolong lepaskan aku?.."
"Ah.. maafkan aku.." Mahesa salah tingkah.
Mereka sama-sama duduk di sofa. Raut wajah Mahesa terlihat tak sabar mendengar penjelasan Jasmine. Sementara Jasmine terlihat memilin kain sarinya.
"Aku baru saja menghadiri acara syukuran keluarga Nadine, dia akhirnya punya keponakan baru, keluarganya mengundangku makan malam di rumahnya dekat kampus. Aku lupa memberitahumu karna acaranya mendadak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...