Oxford Street, London.
Oxford Street adalah salah satu jalanan kota London yang selalu ramai oleh pengunjung baik lokal maupun turis asing. Oxford juga merupakan kota tempat perjuangan Mahesa dulu saat masa-masa kuliahnya sekitar 6 tahun lalu.
Siang ini Juwita berencana menghabiskan waktunya untuk berbelanja sepuasnya. Setelah berbulan-bulan berkecimpung menghadapi masa-masa skripsi, ia butuh merefresh otak dan pikirannya dengan hal yang menyenangkan.
Juwita tidak sendirian, karna dia sudah membuat janji dengan Lucas. Yah, mereka bahkan masih melanjutkan status hubungan palsu mereka hingga kini. Bisa dikatakan hubungan itu berjalan sangat natural layaknya air mengalir. Keduanya juga merasa nyaman berada dekat satu sama lain.
Berawal dengan menjalin persahabatan yang cukup dramatis karna Lucas selalu menggoda Juwita yang notabene sangat galak, menjalin hubungan pacaran PALSU bukanlah hal yang menjenuhkan.
Terlepas dari semua hal yang pernah mereka lakukan bersama dan banyak hal baru seperti berciuman di perpustakaan, atau rumah Lucas, mereka merasa perlu menambahkan chemistry lain demi nantinya hidup bersama.
Hidup bersama yang dimaksud bukanlah pernikahan melainkan hidup bersama sebagai sepasang kekasih yang merantau melanjutkan pendidikan masing-masing.
Yahh.. seperti rencana Juwita jauh-jauh hari, ia akan melanjutkan pendidikan S2 nya di Paris dibidang jurusan yang sama yaitu psikologi.
Sementara Lucas yang sebenarnya terlalu memaksakan keadaan, ia membayar jumlah uang yang cukup mahal untuk bisa bersama-sama kuliah di Paris meskipun dengan kampus yang berbeda. Namun baginya berada di satu negara yang sama sudah lebih dari cukup.
Balik pada situasi saat ini, Juwita yang sampai lebih dulu di Oxford Street memilih menghabiskan waktunya untuk sekedar jalan-jalan santai membeli beberapa cemilan. Selang tak lama kemudian, Lucas sampai dan menghampiri Juwita.
"Sudah selesai urusanmu?" tanya Juwita begitu Lucas turun dari mobil.
"Belum, tapi aku menyuruh beberapa orang untuk mengurusnya. Aku tidak tahan membuatmu menungguku. Hari yang indah, sayang?" sapa Lucas langsung merengkuh pinggang Juwita dan mengecup pipinya.
"Kau tidak pernah berubah, selalu saja setengah-setengah jika melakukan suatu urusan" sahut Juwita diam saja saat pipinya di kecup.
Mereka sudah terbiasa dengan hal itu.
"Tapi aku tidak pernah setengah-setengah dalam mencintaimu, Juwita..." kini Lucas menarik tekuk Juwita dan memberinya ciuman hangat.
"Kita sedang di tengah kota, Lucas!" sanggah Juwita mendorong tubuh Lucas.
"Kau mau kita mencari tempat sepi?"
"Aku serius, Lucas!" Juwita melipat kedua tangannya di dada, siap mengintrogasi Lucas. "Jadi bagaimana kesiapanmu untuk tinggal di Paris nanti, kau sudah dapat apartementnya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...