Part 18: Ambisi

39 3 0
                                    

Flashback

Sepuluh tahun yang lalu

"Kau membuat keluarga kita malu!" bentak paman Mike menarik tangan Mahesa dengan keras menuju ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau membuat keluarga kita malu!" bentak paman Mike menarik tangan Mahesa dengan keras menuju ruang keluarga.

Mahesa meringis meratapi pergelangan tangannya yang memerah karna sejak sejam yang lalu paman Mike menyeretnya dari jalanan kota London sampai kerumah mereka.

"Memangnya apa yang sudah kulakukan? Aku tidak merasa sudah melakukan hal yang fatal. Hal yang membuat keluarga kita malu" bantah Mahesa.

"Kau berdiri disana menggendong gitar, bersama dengan itu mereka melemparimu uang saat melihatmu bernyanyi. Apa uang yang kuberikan untukmu tidak cukup hah?! Sampai-sampai kau harus mengemis dijalanan kota London. Kau mencoreng nama baik keluarga kita"

Mahesa mendesah berat. "Ini bukan soal uang paman, ini soal diriku. Jati diriku. Aku senang melihat orang lain senang melihatku bernyanyi. Aku senang membuat orang lain nyaman dengan suara musikku. Tidak bisakah paman melihat itu?"

"Kau bocah ingusan terlalu angkuh dengan hidupmu! Apa seperti itu caramu menemukan jati diri yang kau banggakan itu?!" paman Mike terus mencecar Mahesa dengan nada tinggi.

Mahesa tak menjawab.

Selain mereka berdua, Maher juga ada disana menegang menyaksikan perdebatan orang yang paling disegani diseluruh para petinggi London, orang yang ucapannya tak pernah bisa dibantah oleh satupun anggota keluarga, terkecuali Maher sendiri.

"Bisakah paman sedikit lebih lembut padanya. Dia hanya mengikuti kata hatinya" bela Maher, ponakan kesayangan paman Mike itu berdiri paling depan.

"Dengan mengemis seperti tadi?!"

"AKU TIDAK MENGEMIS PAMAN!" amarah Mahesa kini memuncak. Amarah yang menyebut bahwa impiannya menjadi musisi ternama adalah perbuatan rendahan.

"Apa bedanya dengan yang kau lakukan tadi. Mereka melemparimu uang karna kau bernyanyi. Mereka terhibur lalu merendahkanmu. Bukankah sama saja aku menyembutmu pengemis!"

Mahesa tak menjawab lagi. Ia terus meredam emosinya.

"Kau bocah labil dan arogan! Apa kau bilang? Kau menyebut musik bagian dari jiwamu. Tapi musik justru merusak dirimu. Banyak cara lain yang bisa kau tempuh untuk musikmu itu, bukan seperti tadi. Kau memalukan bagi keluargamu!"

"Apa paman pikir bernyanyi dipinggiran jalan London itu memalukan? Bagaimana dengan orang lain, apa mereka juga serendah itu menurut paman? Iya?!" ujar Mahesa mulai meninggikan suaranya.

"Sangat! Sangat memalukan! Mereka berbeda. Mereka bukan keluarga kita. Kau adalah keluarga Arundaya! Keluarga terhormat keluarga terpandang dan berpendidikan. Pahami itu!"

"Baiklah jika menurut paman aku memalukan bagi keluarga Arundaya, maka aku keluar dari keluarga ini!" ancam Mahesa.

"Mahesa apa yang kau katakan" sela Maher yang sedari tadi diam. "Kau sadar dengan yang kau katakan!"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang