Semalaman Mahesa tidak bisa tidur memikirkan kemungkinan alasan mengapa Jasmine berbohong. Pikirannya bercabang-cabang membuatnya tak fokus. Padahal siang nanti adalah hari rekaman perdana Apollo.
Bergadang semalaman membuat stamina Mahesa menurun. Tenggorokannya sedikit perih karna terus terjaga tanpa minum sedikitpun.
Ingin rasanya Mahesa langsung menanyai Jasmine kemana sebenarnya dia kemarin malam menghilang. Kenapa Jasmine tidak mengatakan yang sebenarnya. Namun lagi-lagi Mahesa menyadari bahwa hubungannya dengan Jasmine belum sedalam itu. Masih ada jarak yang membentang diantara keduanya.
Tengah memikirkan segala kemungkinan, tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.
Paman Mike: Temui paman terlebih dulu sebelum kau pergi untuk rekaman, ada yang ingin paman berikan.
Setelah membaca pesan singkat dari paman Mike, Mahesa melirik jam dinding di kamarnya. Sekarang pukul 9 pagi. Waktunya hanya dua jam sampai sebelum dia harus memulai perjalanannya menuju London.
Tanpa basa-basi Mahesa bergegas mandi meskipun dia belum tidur semalaman. Setelah mandi dan merasa segar kembali, Mahesa juga memasak dan menyiapkan sarapan. Dia membuat dua porsi. Satu porsi ia makan langsung dan satu lagi dia masukan ke dalam wadah untuk Jasmine.
"Dia pasti lupa untuk sarapan" pikir Mahesa dan bergegas mengunci pintu apartemennya.
Setelah turun satu lantai dan mengetuk pintu apartemen Jasmine.
"Selamat pagi.. Aku membawakanmu sarapan..."
"Kau baik sekali... Baru saja aku akan menunda jatah sarapanku di jam makan siang, aku tidak sempat memasak apapun, aku terlambat bekerja" Jasmine merapikan kain sarinya dan mengunci pintu.
Saat berbalik dan meraih kotak bekal dari tangan Mahesa, Jasmine menyadari wajah Mahesa yang sedikit pucat dan bawah mata yang menghitam.
"Hey, apa kau sakit? Kantung matamu menghitam.. Kau terjaga semalaman?" tanya Jasmine membelai lembut pipi Mahesa.
Mahesa menyentuh tangan Jasmine, merasakannya penuh kedamaian, "Aku hanya sedang memikirkan sesuatu, hal yang sangat mengganggu pikiranku.." jawab Mahesa sama sekali tak menyebutkan sedikitpun bahwa Jasmine lah yang membuatnya seperti itu, Mahesa justru menurunkan satu tangan Jasmine dan meraih tangan lainnya. Dia genggam sangat erat, menatap Jasmine lekat.
"Kau tentu tau, kau bisa menceritakan apapun padaku, bukan... Aku masih sahabatmu seperti dulu... Kita bisa saling bercerita apapun, persis seperti yang sudah sering kita lakukan, kau ingat itu, kan Jasmine?"
Tampak kebingungan mengapa Mahesa tiba-tiba mengatakan hal seperti itu, Jasmine hanya bisa menggangguk mengiyakan.
"Hm.. baiklah... Aku tidak bisa mengantarmu ke perpustakaan, paman Mike mengirim pesan ingin bertemu denganku, ah iya... Hari ini adalah hari rekaman perdana Apollo, kau jadi menemaniku, bukan..? Kau sudah berjanji"
"Iya aku ingat, jemput aku saat kau ingin berangkat"
"Perfect! Aku akan menjemputmu dua jam lagi, oke" Mahesa menghilang dari dalam lift sambil mengacungkan jempol.
***
Kediaman keluarga Arundaya, Durham.
"Sudah lama sekali kau tidak pernah mengunjungi rumah ini.. Apa kau tidak merindukan mommy" Mira menghambur memeluk Mahesa yang baru saja sampai ke ruang makan.
Semua keluarga, Marco, Mira dan juga paman Mike sudah berkumpul di meja makan menunggu kedatangan Mahesa.
"Mom...." Mahesa membalas pelukan ibunya setelah beberapa bulan mereka tidak bertemu sejak hari pernikahan. "Kalian semua ada disini, dad, paman Mike..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...