Memasuki semester ketiga, membuat Juwita sibuk dengan beberapa tugas akhir. Banyak yang harus ia kerjakan. Kebanyakan waktu ia habiskan di kelas, kantin atau perpustakaan. Semua tempat yang menurutnya membantu pikirannya secara terbuka untuk menyelesaikan tugasnya.
Sore ini ia masih berada di kelasnya saat semua mahasiswa lain pulang. Dia membaca, menulis, menelaah semua yang ia kerjakan. Beberapa survey telah ia lakukan dan kini dia sudah hampir selesai merangkumnya dalam satu dokumen.
"Hai babe" sapa Lucas mencium pipinya dari belakang. "Aku menunggumu di parkiran selama satu jam, tapi kau masih sibuk berkutik dengan tugas-tugas ini, kau tega sekali, Juwita"
Tak terasa sudah setengah tahun sejak mereka memutuskan untuk menjalin hubungan palsu itu. Waktu berjalan semestinya menghapus sisa-sisa perasaannya terhadap Mahesa. Namun meski begitu, Juwita belum sepenuhnya memberikan perasaannya pada Lucas. Lucas masih tetap di posisi sebagai sahabat terbaiknya, tidak lebih.
"Sudah kukatakan kau tidak perlu menungguku, aku bisa pulang sendiri"
Lucas menarik kursi berhadapan dengan Juwita, "Apa kau lupa kita punya janji makan malam dengan keluargaku"
Juwita menarik napas dalam, "Kau yakin kau ingin memperkenalkanku pada keluargamu, hubungan kita hanya pura-pura, bagaimana jika mereka mengharapkan hal lebih?"
"Aku tidak pernah menolak jika kau mengajakku bertemu keluargamu, sekarang aku memintamu melakukan hal yang sama, apa itu berlebihan?"
Apa yang dikatakan Lucas memang benar, selama ini Lucas selalu hadir dalam setiap acara keluarganya, dia bahkan menari di acara dolki night, namun permintaan Lucas kali ini dengan mengajaknya ke keluarganya, memperkenalkan Juwita sebagai kekasihnya, terasa terlalu cepat. Juwita sendiri tidak yakin hubungan mereka akan bertahan sampai kapan. Semua terasa ambigu bagi dirinya.
"Itu berbeda Lucas, aku belum mempersiapkan apapun, bagaimana jika aku membuat kesalahan, bagaimana jika aku salah bicara"
"Kau tidak perlu mencemaskan hal seperti itu, mom dan dad, mereka terlalu sibuk bekerja, mereka mungkin tidak begitu memperhatikan siapa gadis yang kubawa, aku hanya tidak ingin menghabiskan hari bersama mereka jika mereka pulang, aku terbiasa hidup sendiri, jika mereka menyempatkan diri untuk menjengukku, aku akan beralasan naik gunung atau pergi kerumah temanku, tapi ini akhir semester, mereka mungkin mengira aku menghindari mereka. Ayolah kali ini saja, temani aku makan malam dengan mom dan dad, setelah itu mereka pasti sudah pergi lagi, kumohon..."
Mendengar hal itu membuat Juwita bersimpati, pasalnya keluarga Juwita selalu memperhatikan dirinya, terlebih Juwita adalah anak bungsu. Dia tidak pernah kekurangan kasih sayang. Baba dan uma selalu menemaninya di rumah. kebalikannya dari Lucas, Juwita justru merasa ingin hidup sendiri dan belajar mandiri.
"Apa sebegitu tidak nyamannya, kau berada dekat dengan orangtuamu, Lucas?"
"Yahh begitulah kenyataannya, oleh karna itu temani aku, setidaknya jika mereka mengabaikanku saat makan malam, aku masih memilikimu, aku tidak akan kesepian dan terasingkan, kau mau ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...