Hari ini setelah mendapat kabar dari Juwita bahwa Jasmine bersedia menerima rencana mereka, membuat Mahesa tidak bisa berhenti tersenyum. Sejak pagi ia beraktivitas dari pergi ke rumah-rumah muridnya untuk les musik, latihan opera di studio sampai saat ini kembali ke apartementnya lagi, Mahesa tak henti-hentinya tersenyum.
Ia sengaja kembali dari rutinitasnya lebih cepat karna harus bersiap berpenampilan sangat rapi dan tentu saja tampan. Dia membuka lemari bajunya menimbang-nimbang baju apa yang akan dia kenakan untuk pergi kencan malam nanti. Meski sebenarnya belum tentu dianggap kencan namun tetap saja ia akan keluar bersama Jasmine dan kali ini dengan statusnya sebagai suami Jasmine.
Apakah ia nanti akan bisa menggenggam tangannya, mengusap bibirnya saat Jasmine makan berantakan, atau sekedar membawakan plastik-plastik belanjaannya. Semuanya seakan sudah terekam sangat rinci di pikiran Mahesa.
Setelah lama menimbang-nimbang akhirnya Mahesa memutuskan mengenakan kaos putih dibalut jaket levis coklat. Cukup santai hanya untuk sekedar jalan-jalan dimalam hari. London masih bertahan dengan musim hujan sejak beberapa bulan yang lalu. Saat malam hari biasanya ia akan memakai baju berlapis agar tidak kedinginan. Jadi dia menambahkan mantel panjang yang cukup tebal.
Rencananya Jasmine dan Juwita akan menghabiskan waktu berduaan dulu untuk berbelanja dan mereka akan bertemu saat jam makan malam. Mereka memilih kafe dekat dengan kampus. Sesampainya di depan café, Mahesa bertemu Lucas yang lebih dulu sampai. Dia tengah berbincang dengan seseorang melalui ponsel dan saat Mahesa menghampirinya dia segera mematikan telpon itu.
"Hai Mahesa, lama tidak bertemu.." Lucas menjabat tangan Mahesa ramah.
"Sudah menunggu lama?"
"Tidak, baru lima menit aku sampai, ngomong-ngomong para gadis kita... apa mereka sudah dalam perjalanan atau masih sibuk berbelanja? Kau tau.. para gadis cenderung lupa waktu jika mereka sedang menghabiskan uang, bukan..."
Mahesa merasa geli sekaligus sumringah mendengar Lucas mengatakan "para gadis kita". Perkataan itu seakan memang sudah ditakdirkan sejak lama untuk situasi seperti ini.
"Soal itu tadi Juwita sudah memberitahuku bahwa mereka sudah naik bis dan akan segera sampai 15 menit lagi"
"Kenapa Juwita hanya memberitahumu? Dia bisa membalas pesanmu tapi bisa mengabaikan pesanku, apa itu caranya memperlakukan kekasihnya?"
Mahesa tidak mengomentari pernyataan Lucas tentang kekasih Juwita, karna Mahesa tau Juwita hanya melakukan rencananya. Namun Lucas tidak tau jika Mahesa sudah tau jadi dia bertingkah terlalu dramatis dengan segera melakukan panggilan video dengan Juwita.
"Untuk apa kau menelpon?" tanya Juwita jutek dari sebrang telpon.
"Aku sudah menunggumu sejak sejam yang lalu, kau keterlaluan!" lagi-lagi Lucas bertingkah berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...