Pagi-pagi buta Mahesa sudah berkendara pulang menuju Stockton untuk menjemput Jasmine. Sejak membaca pesan Jasmine, semalaman Mahesa tidak bisa merasa tenang. Pelariannya tidak pernah berlangsung lama.
Memikirkan bagaimana nanti sikapnya pada Jasmine, apa yang harus dia katakan, dan apakah Jasmine masih marah membuatnya terjaga semalaman.
Dengan kondisi mata sanyu, Mahesa tetap pergi meski Natan sudah melarangnya. Natan menyuruh Mahesa untuk tidur dulu sampai siang baru bisa berkendara lagi, namun Mahesa bersikukuh.
Dia tidak ingin Jasmine kecewa karna menunggunya.
Sepenting itukah Jasmine baginya?
Setelah satu jam perjalanan, mobil tesla Mahesa sampai di perkarangan rumah Jasmine. Mendengar suara mobil, Jasmine mengintip dari jendela atas kamarnya. Senyum sumringah mengembang begitu Mahesa keluar dari mobil.
Tak ingin terlihat terlalu mencolok, Jasmine mundur beringsut ke meja hias di kamarnya. Dia berdandan merapikan rambut dan sarinya. Tangannya bergerak natural meraih lipstik nude lalu memoles bibirnya sedikit.
Bel pintu rumahnya berbunyi, ia tau Mahesa pasti sudah berbincang dengan baba nya di ruang tamu. Setelah memastikan lagi penampilan "natural" nya, Jasmine melangkah turun.
Dua minggu tak bertemu membuat keduanya sama-sama terpaku. Alasannya mungkin berbeda tapi yang jelas mereka menyadari ada sesuatu yang timbul saat mata mereka bertemu.
"Apa baba bilang... Mahesa pasti kesini menjemputmu, Jasmine..." kata baba membocorkan kekhawatiran Jasmine dua minggu terakhir itu.
Entah apa saja yang sudah babanya katakan pada Mahesa. Haruskah Jasmine merasa malu?
Saat tengah terpaku memikirkan kemungkinan itu, Mahesa seakan tau isi hati Jasmine.
"Baba belum mengatakan apapun selain kau marah-marah karna menunggu aku menjemputmu, Jasmine..." ucap Mahesa menatap Jasmine yang masih berdiri.
"Ah iya, aku hanya bosan terus berada dirumah... Itu saja..." Jasmine kikuk lalu duduk di samping Arman.
"Ya tentu saja..." jawab Mahesa datar.
"Apa ini... Donat?" kata Jasmine lagi mencoba mencairkan suasana. Entah mengapa Jasmine merasa Mahesa tidak bersemangat seperti biasanya.
"Aku tadi membelinya dijalan. Krispy Kreme, cobalah..."
"Aku sering melihatnya di iklan tapi belum sempat mencobanya, kudengar ini sangat laris, bukan.."
"Sepertinya begitu.." kata Mahesa masih datar.
Jasmine merasakan hal itu.
"Bagaimana kabar bandmu, Mahesa?" tanya baba akhirnya.
"Semuanya berjalan lancar, baba... Kami juga sudah membahas rencana konser tour Apollo"
"Konser tour? Artinya kau akan pergi ke beberapa negara, begitu?"
"Iya baba, kami baru merencanakan ke tiga kota di Inggris, dan juga 3 negara lainnya. Temanku Natan bilang kemungkinan tiga negara itu, Amerika, Australia, dan juga Itali"
"Wah banyak sekali tempat yang akan dikunjungi.."
"Ya baba semuanya untuk promosi Apollo"
"Kira-kira berapa lama kau pergi?"
"Jika semua sesuai rencana, kami akan pergi selama 3 bulan"
Baba melirik ke arah Jasmine, anaknya itu tampak kecewa dengan berita yang baru saja ia dengar.
"Kalau begitu Jasmine akan sendirian lagi.. Apa kau bisa membawa Jasmine ikut denganmu?"
"Baba ini apa-apaan, tidak mungkin aku ikut bersama Mahesa" sanggah Jasmine cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceNyatanya mau sekuat apapun kita mempunyai rencana, takdir tetaplah milik sang Pencipta. Walaupun Jasmine Felicia sudah memimpikan menikah dengan Maher Arundaya karna perjodohan mereka tapi semua itu hanyalah mimpi belaka. Maher mati pada hari pernik...