Rintik gerimis bercampur dengan udara yang semakin dingin menambah rasa sedih seorang gadis yang sedang menatap ke arah batu nisan.
Jenggala berdiri disana dengan air mata nya yang tak henti mengalir.
"Sayang ayok kita pulang" ajak Tyas.
"Saya masih ingin disini bersama ibu" jawab Jenggala sembari mengusap air matanya.
"Kita harus pulang sayang. Pernikahannya akan di adakan besok" Tyas berusaha membujuk calon menantunya itu.
Masih berat hati Jenggala karena kehilangan orang yang paling berarti bagi hidupnya. Kini ia harus merasakan sakit yang lebih bertubi-tubi karena harus menikah dengan laki-laki yang tak ia kenali.
Jenggala mengingat pesan terakhir ibunya sekaligus momen terakhir mereka bersama.
flashback on
Jenggala sedang menuju ruang di mana ibunya di rawat. Ia baru saja pulang dari bekerja .
"Ibuk" panggil nya.
"Jenggala anakku. Kemarilah nak" Kayana memanggil putrinya.
"Iya ibuku sayang ada apa? Apa ibu ingin makan sesuatu atau butuh sesuatu?" Tanya Jenggala.
"Ibu tak butuh apapun saat bintang kecilku ini ada di samping ku" jawab Kayana sembari tangannya ingin mengusap wajah putrinya.
"Tentu ibu Jenggala pasti ada di samping ibu. Sebentar lagi ibu akan sembuh dan kita akan pulang" Jenggala berusaha meyakinkan ibunya.
Kayana tiba-tiba menangis. Ia tak sanggup melihat wajah putihnya itu. Ia bahkan rela berhenti kuliah hanya untuk membiayai pengobatannya.
"Ibu sangat takut Jenggala" ucap wanita itu lirih.
"Takut? Apa yang membuat ibu takut? Apa ada sesuatu Bu katakanlah" ucap Jenggala.
"Ibu takut saat ibu tiada siapa yang akan menjagamu. Siapa yang akan menemanimu nak..." Ucap Kanaya dengan berderai air mata.
"Ibuk ngomong apa sih.. ibu gak akan kemana-mana. Ibu pasti sembuh" Jenggala tak suka dengan topik pembicaraan ini.
"Nak... Apa kau sangat menyayangi ibumu?" Tanya Kayana.
"Tentu bahkan lebih besar dari segalanya" jawab Jenggala.
"Jika begitu apa kau akan menuruti semua keinginanku?" Tanya Kayana.
"Tentu saja ibu. Apa yang kau inginkan maka itu yang akan terjadi" jawab Jenggala dengan penuh keyakinan
Ia tak menyangka jawaban itu justru akan mengubah seluruh alur dari takdirnya.
"Nak ibu tau kau pasti akan melakukan apa yang ku minta. Tapi sebelum itu dengarkan ibu. Apapun yang terjadi dan yang akan kau jalani itu semua demi kebaikanmu. Ibu tidak pernah sekali pun berpikir yang buruk tentang mu. Dan Ibu harap kau juga demikian padaku" Kayana menjelaskan namun nafasnya sedikit tersendat.
"Apa yang ingin ibu katakan?" Tanya Jenggala.
"Apa kau ingat pada Tante Tyas dan om Jae nak?" Kayana justru balik bertanya.
"Iya aku mengingatnya, bahkan beberapa hari lalu aku sempat melihat mereka di rumah sakit ini" Jenggala mengingat bahwa ia pernah melihat mereka di rumah sakit.
"Iya kau benar. Mereka datang saat kau tidak ada di sini. Mereka menjenguk ibu bersama dengan putra mereka" Kayana menjelaskan.
"Tyas dan Jae sudah ku anggap saudaraku sendiri. Mereka pun begitu. Aku sempat menceritakan tentang mu pada mereka, bagaimana kau harus bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup dan kuliah mu. Lalu saat keadaan ku memburuk kau rela berhenti kuliah hanya demi pengobatan ku. Mereka sangat terharu mendengar itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
JENGGALA & SAGARA (Perjodohan)
RomanceJenggala Khaandra Trauma nya akan dunia pernikahan sudah ia rasakan sejak kecil. membuat dirinya sangat membenci kata pernikahan. ia bahkan pernah bersumpah tidak akan menikah atau percaya pada laki-laki manapun. Namun siapa sangka takdir mempertemu...