Cahaya matahari sudah mulai masuk ke kamar Sagara. Jenggala terbangun saat merasakan sakit di kepalanya. Ia terkejut melihat Sagara yang tertidur di sofa.
Laki-laki itu masih menggunakan pakaian kantornya semalam. Jenggala melihat kain yang Sagara gunakan untuk mengompres dirinya.
Perempuan itu mencoba untuk bangun. Tapi kepalanya masih terasa berat. Ia mencoba untuk berdiri tapi justru jatuh. Kaki dan tangannya masih gemetaran.
"Jenggala" Sagara terbangun saat mendengar rintihan istrinya itu.
"Lo mau kemana sih?" Sagara langsung menggendong tubuh Jenggala dan membaringkannya lagi ke kasur.
"Gue mau mandi. Gue harus ke kantor ini udah telat" ucap Jenggala.
Sagara yang mendengar itu justru tertawa. Ia mengusap rambut Jenggala dengan lembut.
Jenggala menatapnya aneh. Kenapa laki-laki itu justru tertawa.
"Lo gak perlu ke kantor hari ini" ucap Sagara.
"Enggak gue harus ke kantor" Jenggala masih keras kepala.
"Ini hari Minggu sayang" ucap Sagara sambil mengelus pipi Jenggala.
Jenggala terdiam mencoba mengingat apa benar hari ini hari Minggu. Ia lalu meraih ponselnya dan terdiam malu.
"Gimana masih sakit?" Sagara mengecek suhu tubuh Jenggala.
"Syukurlah panasnya sudah turun" ucapnya lagi.
"Kita ke rumah sakit ya?" Ajak Sagara.
"Enggak perlu gue baik-baik aja" ucap Jenggala.
"Gue mau mandi" ucap Jenggala.
"Gak usah sayang. Nanti demam lagi" Sagara melarangnya.
"Gue risih kalo enggak mandi" ucap Jenggala.
"Ya udah di lap pake tissu basah aja ya" ucap Sagara.
"Gue bukan bayi Sagara" Jawab Jenggala ketus.
"Terus mau di mandiin?"tanya Sagara.
"Enggak gue bisa mandi sendiri" ucap Jenggala.
"Ya udah aku siapin air hangat ya" ucapnya sambil mengusap rambut Jenggala.
Sagara pergi ke arah kamar mandi. Jenggala terdiam di sana. Jujur ia selalu jatuh hati pada sikap lembut Sagara. Tapi di sisi lain sikap Sagara justru terkadang terkesan berbanding terbalik.
Ia yang pemarah dan angkuh membuat Jenggala membencinya. Namun dengan mudah pula Sagara menjadi penawar atas racunnya sendiri.
Ia bersikap baik dan lembut pada Jenggala.
Sagara adalah 'neraka sekaligus surga' untuk kehidupan Jenggala.
Laki-laki itu lalu keluar dari kamar mandi. Berjalan menghampiri Jenggala yang masih berada di atas kasur.
Ia menggendong tubuh mungil istrinya itu. Dan membawanya ke kamar mandi. Mendudukkan tubuh Jenggala di pinggiran bathtub.
"Selesai mandi nanti sarapan terus minum obatnya ya" ucap Sagara.
Sagara mencium puncak kepala Jenggala lalu pergi meninggalkan perempuan itu.
.
.
.
.Jenggala baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sudah berganti pakaian dan berjalan menuju meja. Ia ingin mencari obatnya disana.
Jenggala baru saja ingin mencari obatnya di laci meja tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar.
Ia pikir itu adalah Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENGGALA & SAGARA (Perjodohan)
RomanceJenggala Khaandra Trauma nya akan dunia pernikahan sudah ia rasakan sejak kecil. membuat dirinya sangat membenci kata pernikahan. ia bahkan pernah bersumpah tidak akan menikah atau percaya pada laki-laki manapun. Namun siapa sangka takdir mempertemu...