Sudah hampir Seminggu, Jenggala tidak masuk kuliah. Kondisinya yang memburuk setelah kejadian itu membuat Sagara tidak mengizinkannya pergi kemanapun.
Laki-laki itu bahkan tidak masuk ke kantornya. Ia hanya melakukan pekerjaannya dari rumah saja. Ia takut jika Jenggala tiba-tiba berpikiran untuk mengakhiri hidupnya lagi.
Pagi ini kondisi Jenggala sudah mulai membaik,suaminya itu sangat baik dalam merawatnya. Sagara meminta pelayanannya kembali dan mengurus semua keperluan di rumah. Tapi untuk kesehatan Jenggala ia sendiri yang turun tangan.
"Lo udah bangun?" Tanya Sagara dari depan pintu kamar dengan membawa nampan berisi sarapan.
Jenggala hanya mengangguk pelan. Ia sedikit terkesan dengan perhatian-perhatian yang di berikan Sagara. Ia bisa merasakan perubahan drastis dari seorang Sagara yang ia kenal dulu.
"Sarapan dulu, terus minum obat ya.." ucap Sagara sambil menyiapkan sarapan untuk Jenggala.
"Biar gue sendiri aja" Jenggala mencoba mengambil piring berisi sarapannya itu.
" Udah Lo diem aja. Maaf kalo enggak terlalu enak soalnya ini gue yang masak" ucap Sagara.
"Bibi kemana?" Tanya Jenggala.
"Bibi ada sih. Tapi gue pengen nyoba buat sarapan sendiri" ucap Sagara.
"Gue yakin pasti gak bisa di makan" ucap Jenggala lirih.
"Ha? Lo bilang apa?" Tanya Sagara.
"Gue gak bilang apa-apa" Jenggala menggeleng.
"Lo harus makan yang banyak biar cepet sembuh" ucap Sagara.
"Terus Lo sendiri gak makan?" Tanya Jenggala.
"Gue..gue udah makan tadi.." Sagara mencoba berbohong.
Kruyuukkk kryykkk...
Sagara terdiam saat perutnya itu justru mengatakan hal sebaliknya. Ia selalu mengutamakan kesehatan Jenggala tapi tubuhnya sendiri sampai ia lupakan. Sudah berapa hari ini Sagara makan dan tidur dengan tidak teratur. Namun ia tidak menampakkan semua itu pada Jenggala.
"Lo makan dulu" ucap Jenggala.
"Enggak. Gue bisa makan nanti tapi Lo masih sakit jadi harus makan sekarang" ucap Sagara mengarahkan sendok berisi nasi itu ke arah Jenggala.
Jenggala tau suaminya itu sangat keras kepala. Ia mengambil sendok itu lalu menyuapkannya ke arah Sagara. Laki-laki itu terkejut dan membuat pipinya memerah. Sagara akhirnya membuka mulutnya dan memakannya.
"Sebelum ngurus orang lain, pastiin badan Lo sendiri ke urus" ucap Jenggala.
Sagara mengangguk. Ia mengambil sendok itu lalu menyuapkan sarapan untuk istrinya itu. Akhirnya mereka berdua sarapan dari piring dan sendok yang sama.
Entah apa rasa masakan Sagara, yang jelas sarapan kali ini adalah sarapan terenak dalam hidupnya.
Setelah sarapan Sagara mengambil beberapa butir pil lalu memberikannya pada Jenggala. Ia juga membantu istrinya itu untuk minum.
"Lo gak ke kantor?" Tanya Jenggala.
Sagara terdiam. Ia masih khawatir jika meninggalkan Jenggala di rumah sendiri. Walaupun banyak pelayan di sana tapi ia akan tetap khawatir karena tidak bisa mengawasi istrinya itu.
"Jangan mentang-mentang Lo pimpinannya terus bisa semena-mena. Tanggung jawab Lo besar Sagara" ucap Jenggala.
"Gue bakal ke kantor kalo Lo udah sembuh" jawab Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENGGALA & SAGARA (Perjodohan)
RomanceJenggala Khaandra Trauma nya akan dunia pernikahan sudah ia rasakan sejak kecil. membuat dirinya sangat membenci kata pernikahan. ia bahkan pernah bersumpah tidak akan menikah atau percaya pada laki-laki manapun. Namun siapa sangka takdir mempertemu...