Tyas dan Jaegar sudah pergi dari rumah Sagara. Begitu pula Bibi Joe ia di pindahkan ke rumah Jaegar. Tyas sengaja melakukan itu, ia berharap Jenggala bisa merawat putra nya itu.
Jenggala yang jenuh di rumah akhirnya memutuskan untuk pergi keluar. Lagipula hari ini adalah jadwalnya ke rumah sakit.
Ia pergi bersama sopir pribadi yang di siapkan Jaegar untuk dirinya.
"Setidaknya gue bisa ngabisin waktu tanpa harus ketemu si berengsek" ucap Jenggala dalam hati.
Di rumah sakit Jenggala menemui dokter Rayhan.
"Jenggala apa kau masih susah tidur? Lalu bagaimana dengan makan mu?apa kau sudah makan dengan teratur?" Tanya Rayhan, Dokter yang sering menangani Jenggala.
"Akhir-akhir ini aku sedikit susah tidur. Masalah makanan tidak ada yang aneh" jawabnya.
Rayhan sangat peduli pada kondisi Jenggala. Trauma yang ia rasakan secara tidak langsung sangat menggangu kehidupannya.
"Apa aku boleh mendapatkan obat tidur?" Tanya Jenggala.
"Tidak. Kau sudah terlalu sering mengonsumsinya. Aku tak akan memberimu obat itu" jawab Rayhan sembari menulis resep obat.
"Aku tidak bisa tidur tanpa itu" Ucap Jenggala.
"Berusahalah Jenggala. Obat itu akan semakin merusak jantung mu" Rayhan terus memperingatkan.
Jenggala mengalah dan terdiam menunggu resep obat itu.
Setelah pulang dari rumah sakit, hanya ada satu tujuan Jenggala yaitu Makam ibunya.
Tempat ia bisa merasa dekat dengan Ibu nya. Walaupun jarak mereka bahkan sangat jauh tapi saat berada di makam ibunya ia bisa merasakan hadirnya.Langkah Jenggala sangat berat, nafasnya tak teratur bahkan kepalanya terasa sakit. Mungkin ini karena ia telat makan dan minum obat hari ini. Jenggala lalu membuka bungkusan obat yang ia beli tadi lalu mengambil satu botol penuh pil dan membuangnya. Sehingga tersisa satu botol obat.
Jenggala kini sudah berada di pemakaman. Ia lalu menuju makam ibunya. Membawa satu keranjang bunga dan juga air mawar. Ia duduk dan mengusap batu nisan bertuliskan nama ibunya.
Air mata nya tak bisa ia bendung. Bagaimana tidak ia kini benar-benar sendiri. Tanpa seorang ayah dan seorang ibu. Tanpa keluarga, tanpa seseorang pun. Hanya ada dirinya sendiri.
"Ibu.. Jenggala gak sanggup... Jenggala gak bisa terus-terusan kayak gini"
"Kenapa ibu pergi.. kenapa ibu ninggalin Jenggala? Apa salah Jenggala Bu? hiks..hiks.."
"Kenapa tidak laki-laki sialan itu saja yang mati! Kenapa harus ibuku Tuhan...." Jenggala sudah berderai air mata.
"Aku membencinya karena dirinya aku dan ibu harus hidup penuh rasa sakit dan trauma karena kelakuan berengsek nya"
"Tidakkah kau tau Tuhan ibuku adalah kehidupanku lalu mengapa kau ambil ia dariku? Kenapa tidak dia saja orang yang hidupnya hanya mementingkan kepentingannya sendiri! Bahkan selama ini ia tak pernah bisa memenuhi tanggung jawabnya. Baik sebagai suami atau pun seorang Ayah. Kenapa tidak kau ambil saja ia Tuhan!....." Tangisannya semakin kuat.
Salah satu alasan mengapa Jenggala sangat membenci para laki-laki dan pernikahan itu semua karena ayahnya. Semenjak perceraian itu ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa menghiraukan bagaimana keadaan Putrinya ataupun istrinya.
Jenggala bersumpah akan membencinya sepanjang hidupnya. Dan yang lebih menyakitkan ialah saat ia harus menerima fakta bahwa darah pria bajingan itu terus mengalir di tubuhnya.
Persetan mereka yang mengatakan ayah adalah cinta pertama anak perempuan.
Buktinya ia adalah patah hati terburuk sepanjang hidup Jenggala.Dan kini ia harus hidup dengan seorang pria berengsek juga. Jenggala sangat membenci kelakuan Sagara karena ia mengingatkan nya pada Ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENGGALA & SAGARA (Perjodohan)
RomanceJenggala Khaandra Trauma nya akan dunia pernikahan sudah ia rasakan sejak kecil. membuat dirinya sangat membenci kata pernikahan. ia bahkan pernah bersumpah tidak akan menikah atau percaya pada laki-laki manapun. Namun siapa sangka takdir mempertemu...