part 38

13.4K 510 143
                                    

Hari ini seluruh keluarga Daviandra sedang berkumpul di rumah Marcel. Masih banyak sekali tamu yang datang untuk dan berbelasungkawa atas kepergian Serena.

"Jaegar, ajak ayah istirahat di kamarnya. Ia terlihat sangat kelelahan" ucap Tyas.

Jaegar langsung mengangguk dan berjalan untuk menemui Marcel dan mengajaknya untuk istirahat.

Kediaman Marcel itu seperti sedang di kelilingi oleh awan mendung. Tidak ada tawa atau obrolan yang sering terdengar di sana.

Semuanya seolah berusaha menerima kepergian Serena. Begitu juga dengan Albara. Laki-laki itu sedari tadi hanya mengurung diri di kamarnya.

Albara masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Serena telah tiada. Laki-laki itu terus bergelut dengan pikirannya sendiri.

Ia sangat yakin di balik semua hal yang terjadi ini pasti ada pelaku yang telah merencanakan semuanya ini.

Laki-laki itu hanya terduduk di sofa dan bersandar di sana. Ia memejamkan matanya mengingat banyak sekali hal yang ia lalui bersama dengan Serena.

Tak heran jika Albara menyebut Serena sebagai semestanya.

Tiba-tiba kamar itu di ketuk dari luar. Albara berjalan dan membuka pintu kamar itu. Ternyata Sagara, laki-laki itu telah berdiri di luar masih rapi dengan setelan jas hitamnya.

Sagara sedikit sedih melihat bagaimana kacaunya keadaan Albara. Laki-laki itu lalu masuk ke kamarnya itu berjalan di belakang Albara.

"Albara.." panggil Sagara.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Semua orang nanyain keadaan Lo. Mereka khawatir.."

"Bilang aja kalo gue baik-baik aja" ucap Albara.

Sagara menghela nafas nya mendengar ucapan Albara barusan.

"Mau sampai kapan Lo bakal kayak gini ha?!" Tanya Sagara.

"Mau sampai kapan Lo bakal terus merasa sedih dan terpuruk?" Tanya Sagara.

"Apa gue gak boleh ngerasain sedih?" Tanya Albara.

"Jadi gue harus ketawa dan bahagia di saat perempuan yang menjadi alasan gue bisa hidup sampai saat ini udah gak ada lagi di dunia!" Bentak Albara.

"Yang kehilangan nenek bukan cuma Lo Albara!" Sagara semakin meninggikan nadanya.

"Kita semua juga kehilangan nenek" sambung Sagara.

Albara terdiam mendengar itu.

"Gue tau Albara Lo saat ini pasti merasa bersalah. Dan berpikir Lo gak bisa jaga nenek dan akhirnya dia pergi ninggalin kita semua" ucap Sagara.

"Dia bukan hanya sekedar sosok nenek dalam hidup gue bang" ucap Albara.

"Dia juga ibu gue Lo tau itu kan?" Tanya Albara.

"Dan sialnya Tuhan lagi-lagi mengambil nyawa perempuan yang sangat penting dalam kehidupan gue" ucap Albara.

"Apa Lo tau rasa sakitnya ha?! Ketika kita sama sekali gak berdaya di hadapan kematian orang yang kita sayang?" Albara mencekram kerah jas Sagara.

Sagara tidak melawan sedikit pun. Ia tau Albara hanya butuh mengeluarkan segala amarahnya.

"Gue harus bersikap gimana?" Tanya Albara.

"Jawab gue harus gimana?!" Albara semakin menguatkan cengkraman nya.

Sagara sengaja memancing amarah Albara agar laki-laki itu benar-benar bisa meluapkan segalanya.

JENGGALA & SAGARA (Perjodohan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang