30. Turnamen

78.3K 1.5K 26
                                    

Dua orang anak kelas 11 mendekati Echa dan Rasti yang sedang makan di kantin.

"Kak Raezha, Kak Rasti....." mereka berdua menyapa.

"Eh, Dini, Ara..."

"Ada apa ya?" Echa menyambut sapaan kedua adik kelasnya itu.

"Gini kak.... untuk pembukaan turnamen basket besok bisa nggak kak Raezha gabung di dance nya?" ucap Dini sambil menunjukkan wajah memelas

"Loh? Aku kan udah nggak di dance lagi Din." Echa tentu kaget dengan permintaan Dini.

"Iya kak... Jadi gini, Angel kemaren cidera pas latihan. Berhubung acaranya besok kita udah nggak sempet lagi buat ngelatih anggota yang masih anak kelas 10 kak." Dini menjelaskan.

"Pertimbangan kita ngajak kak Raezha karena kakak dulu kapten di tim dance kita. Kami yakin kakak pasti masih hapal banget gerakannya." Ara ikut menjelaskan.

Fyi, Echa dulu emang sempet jadi anak dance, kaptennya malah. Naik ke kelas 12 ini dia mutusin untuk nggak ikutan dance lagi. Mau konsen ke pelajaran dengan tujuan keterima di universitas impiannya.

"Jadi please.....mau ya kak gantiin Angel. Kita udah nggak tau lagi musti ngapain. Please ya kak .
.." Dini dan Ara memohon pada Echa.

Echa menatap Rasti meminta jawaban.

"Udah iyain aja Cha! Kasian...."

"Uhmm... emang ntar tampil jam berapa sih?" tanya Echa.

"Pembukaan jam 3 sore kak."

"Jam 4 udah bisa beres kan?" tanya Echa lagi.

"Ya kan kita nge dance sebentar doang kak." Ara menimpali.

"Oke deh. Kalo mau latian pas jam istirahat aja ya. Aku nggak bisa kalo pas pulang sekolah."

"Oke kak! Nggak masalah, kita yakin kakak bisa kok."

"Yaudah, kalo gitu kita permisi dulu ya kak..."

Kedua adik kelas itu kemudian pamit meninggalkan Echa dan Rasti.

"Kok kayak orang lagi mikir gitu sih Cha?"

"Ya kan aku takut ketahuan sama abang."

"Ha?" Rasti terheran.

Lalu dimulailah acara mengghibah antara Echa dan Rasti.

"Jadi Ras....beberapa hari yang lalu aku kan sempet liat jadwalnya turnamen basket ini di Instagram. Si abang maraaaah....."

"Lah, kok bisa?"

"Aku agak histeris pas tau anak SMKN 2 ikutan turnamen ini. Kan dari dulu kita berdua suka banget cuci mata anak-anak SMKN 2. Nah itu lah abang marah....dia bilang aku centil lah ini lah itu lah..."

"Ih...kamu sih lebay! Terus?"

"Ya nggak dibolehin nonton laah...."

"Haiiisss!!!! Pantes sampe sekarang kamu nggak ngajakin nonton. Jadi karena nggak nggak dapet ijin..."

"Lah terus kamu malah ngedance buat pembukaan kan? Gimana tuh?"

"Ya kan kita besok emang pulang jam 4 kan? Dance tampilnya jam 3. Aman lah."

"Iya sih...aman kayaknya. Ntar habis ngedance kamu langsung ganti baju aja. Yah....tapi aku nggak bisa nonton kamu dong. Kan aku masih ngikut pelajaran."

"Hehe...gak papa kan dulu udah sering nontonin aku."

Namun, sepertinya rencana hanya tinggallah sebuah rencana.

Waktu pembukaan acara turnamen itu mundur hampir satu jam. Biasalah orang Indonesia, nggak enak kalo nggak ngaret.

Echa sebenarnya udah ketar ketir takut Igonya jemput, tapi mau gimana lagi? Dia udah pake kostum dance yang sayangnya cukup keliatan sexy. Udah pake make up buat dance yang bikin Echa keliatan makin cakep. Udah jadi harapan adek kelasnya biar formasi dance mereka tetep bagus.

Ya udah Echa nekat aja. Tetep lakukan yang terbaik sambil doa semoga waktu Igo jemput Echa udah selesai nge-dance.

Musik pengiring pun mulai dimainkan. Gerakan tiap gerakan yang mereka lakukan terlihat begitu indah dan mampu memukau penonton di dalam stadion itu.

Karena jam pelajaran anak kelas 12 sudah berakhir banyak yang menyempatkan untuk menonton dance pembukaan turnamen basket ini. Termasuk Rasti salah satunya.

"Waaah.... Echa masih bagus gerakannya, walau udah agak lama gak ngedance." Rasti berkata lirih mengagumi sahabatnya yang kini sedang tampil di tengah lapangan.

Di tengah-tengah hiruk-pikuk anak-anak SMA, seorang pria berusia 20-an sedang celingukan. Mencari sosok seseorang yang sedang dijemputnya.

Awalnya Igo hanya menunggu di depan gerbang sekolah Echa, seperti biasanya. Tapi setelah menunggu sekitar 10 menit tak ada siswa yang keluar sekolah, padahal biasanya jam segini sudah banyak yang keluar. Akhirnya Igo memutuskan untuk keluar dan bertanya pada satpam di sekolah itu.

"Pak, maaf mau tanya. Anak kelas 12 sudah pulang?"

"Oh, ya mas, sudah. Tapi sepertinya banyak yang langsung menuju stadion."

"Emang ada apa ya pak?"

"Pembukaan turnamen basket mas. Sepertinya banyak siswa yang masih menonton. Mas nya mau jemput adiknya ya? Cari aja disana mas, mungkin lagi nonton."

Begitulah akhirnya Igo berakhir disini. Berdiri di tribun, di tengah-tengah lautan anak SMA .

"Kak Raezha!!!! Woooooooh....."

"Raezha cantik mau nggak jadi pacar gue!!!!"

"Mau pingsan gue nontonin Raezha!!"

Tunggu-tunggu....ni cowok-cowok ngomongin siapa sih? Raezha? Kayak pernah tau ni nama.... Raezha? Bini gue?

Tatapan Igo akhirnya mengarah ke tengah lapangan basket dimana sekelompok siswi sedang menarikan modern dance. Igo turun, mendekati pagar batas tribun. Menumpukan kedua tangannya pada pagar tribun, Igo memperjelas pandangannya.

Ya, si Raezha-Raezha yang dari tadi dielu-elukan cowok-cowok itu adalah istrinya, Echa. Berada di tengah lapangan, menjadi pusat perhatian. Dengan memakai kostum yang mempertontonkan bahu dan lengan mulusnya, perut rata yang tersingkap saat Echa mengangkat tangannya, dan rok mini yang memperlihatkan sebagian besar pahanya.

Dance mereka baru saja berakhir, Echa menghempaskan rambut panjangnya, memberikan ending yang sangat indah hingga mampu membuat sebagian besar cowok-cowok disana tercengang.

Igo, masih menumpukan tubuhnya pada pagar tribun, tersenyum sinis sambil berucap lirih, "Brengsek!"

To be continued

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang