16. Coffee Shop

91.8K 1.7K 36
                                    

Sebuah coffee shop yang cukup ramai malam ini, dipenuhi oleh mayoritas remaja pria usia SMA dan awal 20-an. Kebanyakan mereka hanya nongkrong, ngopi sambil ngerokok, beberapa bermain gitar, dan ada juga yang cuma mabar game online.

Tiba-tiba saja coffee shop bertitle INFERNO itu menjadi senyap saat seseorang datang dengan motor gedenya. Seseorang dengan aura yang kuat dan mengintimidasi sebanding dengan tubuhnya yang tinggi dan cukup berotot dengan hiasan tato di beberapa bagian tubuhnya.

Seseorang itu Igo.

Tanpa menyapa siapapun, Igo langsung mengarah ke lantai atas coffee shop itu. Lagian siapa yang berani menyapa Igo, saat ini wajahnya kelihatan nggak sabaran banget.

"Eh...siapa tuh yang dateng?"

"Bang Igo. Ada bang Igo kesini."

"Mau ngapain bang Igo?"

"Emang ada masalah? Lo nggak denger apa-apa?"

"Takut gue sama bang Igo. .."

"Kok muka dia kayak marah gitu? Kenapa nih?"

"Seriusan nih, nggak ada yang bikin masalah kan sama bang Igo?"

Begitulah kira-kira percakapan, lebih tepatnya bisik-bisik diantara para remaja pria itu.

Pasalnya jarang sekali Igo datang ke coffee shop ini. Igo, pencetus sekaligus pemimpin tertinggi geng mereka baru akan datang ke tempat ini kalau ada masalah yang terjadi berkaitan dengan geng motor Inferno.

Yup, coffee shop yang bernama persis dengan geng motor Inferno ini merupakan markas mereka. Tentu saja dulu Igo dibantu beberapa pendiri awal Inferno untuk membangunnya.

Tujuan membuat markas berupa sebuah coffee shop adalah agar anggota Inferno tidak berkeliaran dan nongkrong sembarangan. Bagaimanapun juga anggota Inferno masih banyak yang berusia remaja. Igo dan kawan-kawannya merasa punya tanggung jawab sebagai senior sekaligus pendiri Inferno. Setidaknya Igo dapat berfikir logis, cukup generasi pertama saja yang rusak. Kalau bisa junior mereka walau nakal jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang tidak baik.

Setidaknya juga, dengan adanya coffee shop, Inferno juga akan mendapatkan pemasukan bagi kegiatan internal mereka. Sekaligus memberikan lapangan pekerjaan bagi anggota Inferno yang membutuhkan pekerjaan.

Coffee shop Inferno ini cukup luas, ada area indor dan juga area outdoor yang sangat luas. Lantai satu dan area outdoor tentu saja coffee shop. Sedang lantai dua adalah markas Inferno.

"Bang!"

Igo hanya menganggukkan kepalanya saat seorang pemuda di balik meja kasir menyapanya.

Langsung saja si pemuda mengikuti Igo naik ke lantai atas.

"Tumben kesini bang? Ada masalah?" tanya pemuda yang diketahui bernama Davin itu.

"Nggak ada."

"Vin! Ntar lagi yang lain nyusul, lo siapin amer."

"Siap bang!"

Davin sebenarnya masih penasaran. Takut kalau ada anggota Inferno yang bikin masalah. Tumben banget Igo datang kesini cuma buat santai, biasanya dia datang buat 'mendisiplinkan' anggota Inferno.

Davin sendiri merupakan anak kuliahan semester 5. Dia salah satu yang masuk menjadi anggota inti Inferno. Dia juga dipercaya Igo mengurus coffee shop ini.

Malam semakin larut, satu persatu kawan-kawan Igo pun datang. Andre, sahabatnya sejak SMA sekaligus teman nakal yang paling klop dengannya.

Pasha, salah satu pendiri awal Inferno juga, sudah nikah karena dulu hamilin ceweknya duluan pas SMA.

IGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang