25 - Sebuah Cerita Masa Lalu

3 0 0
                                    

~Happy Reading~

°
°
°

25 - Sebuah Cerita Masa Lalu

"Sesuai sama apa yang gw, bilang tadi, gw, bakal ceritain soal mereka." Ujar Angel dengan tenang.

Semuanya langsung diam, menatap Angel.

"Kalian, kenal Killervoz gang?"

"Emm... Gw, pernah denger. Tapi, setau gw, mereka udah gak aktif sejak, dua tahun yang lalu."

"Ya, mereka emang udah gak aktif dari dua tahun lalu. Dan, alasannya simpel. Kayak yang Reva, bilang tadi. Leo, ketua mereka, di penjara karena kasus pembunuhan dua orang." Ujar Angel, membenarkan. "Harusnya sampai sekarang, dia masih di penjara. Tapi, gw, juga gak tau, kenapa dia bisa tiba-tiba bebas dan tau, kalo gw, pindah kesini." Lanjutnya.

"Kayak yang kalian tau, gw, jadi murid pindahan di SMA Cakrawala, pas kelas sebelas, dan gw, pindahan dari Bandung." Seluruh anak Omorfos dan juga Gendis mengangguk, mengiyakan.

"Yah, salah satu alasan gw, pindah kesini, itu karena mereka."

"Kenapa?" Rey yang bertanya.

Angel menyunggingkan senyum kecutnya. "Asal kalian tau, dulu, gw, punya kembaran." Angel lalu memperlihatkan layar handphonenya. Layar tersebut menampilkan sebuah foto. "Namanya Alicia Nita Safira." Jelasnya.

"Emmm... Njel, kembaran lo, monyet?" Tanya Gendis.

Angel lalu membalikkan handphonenya, agar menghadap kepadanya. Benar saja, layarnya tadi ternyata menunjukkan foto seekor monyet.

"Eh, salah, kegeser tadi. Ini yang bener." Ujar Angel lalu kembali menunjukkan layar handphonenya, kali ini, ia sudah mematikan foto yang ia tunjukkan adalah fotonya, dan kembarnya, Alice. "Jangan salfok sama baju yang gw, pake. Gw, emang berandal, dulu." Lanjutnya.

"Lah, lo, yang pake baju serba item ini? Gw, kira, lo, yang pakaiannya feminim, njir." Celetuk Roy.

"Iya, njir... Lo, beda banget. Di foto ini, tampang lo, bener-bener keliatan garang, nakal, dan mayan nyeremin. Lebih nyeremin daripada Rey." Saut Reno.

Angel membalikkan handphonenya, dan kembali tersenyum kecut. "Iya, lo, bener Ren. Sekarang, gw, malah lebih mirip sama Elis." Ujarnya, lirih.

"Emm... Tapi, kenapa, lo, bilangnya 'dulu'? Emang, sekarang Elis dimana?" Tanya Gendis.

Semua menatap Angel dengan sangat hikmat, meminta jawaban.

Angel lagi dan lagi, tersenyum kecut. "Dia udah meninggal, dua tahun yang lalu. Dia, salah satu korban pembunuhan Leo." Jawabannya.

Hening.

"Maaf..." Lirih Gendis.

"Santai aja." Angel menghela nafasnya. "Gw, jarang akur, sama dia, dulu. Dan, hal itu bikin gw, bersyukur sekaligus nyesel." Lanjutnya. "Gw, bersyukur, karena dengan hal itu, gak banyak kenangan indah yang gw, lakuin sama dia, jadi, gw, agak lega, dan bisa nge-ikhlasin dia, dengan mudah. Tapi di sisi lain, juga bikin gw, nyesel, karena dulu, gw, sering rada kejam sama dia." Jelasnya.

Keadaan menjadi lebih canggung daripada tadi, sekarang.

"Tau gini, gw, gak bakal nanya, tadi." Batin Gendis, merutuki dirinya sendiri.

"Lo, gak perlu nyesel karena udah nanya soal Elis, tadi. Tanpa, lo, nanya pun, gw, juga bakal cerita tentang dia. Lagian, gw, juga seneng kok, kalo di tanyain soal Elis." Celetuk Angel sambil tersenyum. Kali ini, senyumnya terlihat lebih merekah, daripada sebelumnya.

ANGELINA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang