34 - Darah Rendah

6 1 0
                                    

~Happy Reading~

°
°
°

34 - Darah Rendah

Baru seminggu Aurel sekolah di SMA Cakrawala, tapi rasanya, Angel sudah ingin melempar gadis itu jauh-jauh dari sekolah tersebut.

Bagaimana tidak? Semenjak Aurel sekolah di sekolahnya, hari-hari Angel jadi di penuhi oleh drama di setiap waktunya. Ya, walaupun sebenarnya memang dari dulu, hidupnya sudah di penuhi drama, tapi kali ini dramanya menjadi bertambah, lebih drama daripada drama-drama kehidupannya yang lalu-lalu.

Anak-anak di sekolah itu yang tadinya memang tidak waras, kini malah menjadi gila. Belum lagi, selama seminggu ini, Aurel terus mengusiknya. Ia tidak pernah membiarkan Angel tenang sehari saja. Rasanya Angel ingin keluar saja dari sana. Tapi, ya masa, belum dua tahun pindah, mau pindah lagi? Yang ada, nanti di sekolah barunya, ia akan di kira anak yang tidak beres, karena pindah-pindah sekolah terus. Kecuali kalau home schooling... Jadilah lengkap julukan Angel sebagai 'anak rumahan'.

"Njel..." Panggil seorang gadis dengan nametag bertuliskan 'Clara', dari ambang pintu kelas XII IPA 5.

Angel baru saja berjalan-jalan mengelilingi sekolah, guna menghabiskan waktu istirahatnya dan menghindari Aurel, tentunya.

"Apa?" Ketus Angel.

"Lo, bilangin kek, ana..."

"Kalau lo, mau ngeprotes tingkah si Aurel, mending lo, diem. Muak, gw." Potong Angel.

"Ya, dia kan, anak kelas, lo. Masa, lo, gak mau ngurusin?" Ujar Clara.

"Bukannya gak mau. Gw, udah nyoba ngomongin dia, pakai cara halus udah, kasar juga udah. Tapi gak ada yang mempan. Jadi, kalau lo, mau protes, bilang aja langsung ke Bu Dewi. Gw, angkat tangan." Balas Angel.

Clara menghela nafasnya. "Gak sekalian angkat kaki aja, lo?" Ujarnya.

"Pengennya juga gitu."

Angel kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya. Ia sudah lelah dan lemas. Bagaimanapun, ia adalah anak mager. Jadi, walau hanya berjalan berkeliling di sekitar sekolahnya selama sepuluh menit saja, sudah membuatnya hampir pingsan, kelelahan.

"Darimana lo, Njel? Pucet gitu. Sakit, lo?" Tanya Reva, tepat setelah Angel memunculkan batang hidungnya.

Rey langsung bangkit dari kursinya dan menghadang Angel.

"Kenapa? Sakit?" Tanyanya. Wajahnya terlihat khawatir.

Angel tersenyum dan menggeleng pelan. "Nggak. Gw, capek aja. Dari tadi, jalan ngelilingin area sekolah." Jawabnya.

"Angel alay banget." Aurel yang angkat suara.

Angel, Rey, Gendis, Reva, dan Ghea secara serentak menatap gadis itu.

"Paling jalan ngelilingin sekolah aja, sampai kayak mau pingsan gitu. Gak kayak aku. Aku mah..."

"Bacot! Gw, gak nanya! Jadi, mending, lo diem! Jangan sampai nih sepatu nyumpelin mulut, lo!" Potong Angel, geram.

Suara Angel akhir-akhir ini memang sangat keras. Sepertinya, batas kesabarannya benar-benar sudah habis. Jelas semua manusia yang ada di ruangan itu terkejut. Bahkan, anak laki-laki yang tadinya ribut bermain game langsung diam. Tidak ada yang berani buka suara, mengingat kejadian-kejadian yang terjadi selama satu minggu ini.

ANGELINA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang