40 - Mémoire

4 0 0
                                    

~Happy Reading~

°
°
°

40 - Mémoire

Suara decitan brankar menggema di seluruh koridor rumah sakit, dengan suara isakan tangis menyertainya.

Citra, Devan, dan Roni baru saja sampai di rumah sakit tepat setelah Angel masuk ke dalam ruang UGD.

"Apa yang terjadi sama Angel, Rey? Bagaimana bisa, dia mengalami kecelakaan seperti ini?"

Rey diam. Pikirannya terlalu kalut, sehingga ia tidak mendengar ucapan Citra. Ia melamun menatap pintu UGD yang tertutup. Memorinya dengan Angel terputar di pikirannya. Mulai dari kenangan bagaimana ia dulu mengganggu Angel setiap berada di sekolah, hingga kenangan saat ia melakukan duet dengannya tadi.

Ini, persis kayak mimpi, gw...

Rey tiba-tiba memukul tembok di sebelahnya. Ia merutuki kebodohannya yang telah mengabaikan peringatan itu.

Roy sontak langsung menariknya, terkejut. Sehingga kini Rey berhadapan dengannya.

"Gw, bodoh, Roy. Gw, pernah dapet peringatan kalo hal kayak gini bakal terjadi dari mimpi, gw. Tapi lagi dan lagi, gw, ngabaiin hal itu. Gw, gagal ngelindungin orang yang gw, sayang lagi..." Suara Rey begitu serak.

Roy memegang pundak kanan Rey dengan tangan kirinya. "Jangan salahin diri lo, sendiri. Lo, bukan tuhan, yang bisa ngendaliin atau ngubah takdir seseorang."

"Rey... Kamu, bisa menceritakan apa yang terjadi sama Angel ke saya?" Rey membalikkan tubuhnya ke belakang, menatap Devan.

Setelahnya, Rey menceritakan semua yang terjadi hari itu kepada Devan dan juga Citra.

Sudah berjam-jam berlalu semenjak Rey selesai bercerita. Namun dokter belum juga keluar dari dalam sana. Rey masih terus menunduk dan memejamkan matanya, merapalkan do'a terus menerus dalam hatinya. Ia langsung berdiri ketika pintu ruangan di sebelahnya terbuka dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari sana, begitu pula dengan yang lainnya. Dokter dengan nametag "Faisal Ramadhani" itu membuka maskernya.

"Gimana keadaan kakak saya, dok?! Dia, baik-baik aja, kan?"

"Luka yang saudari Angelina Nita Safira alami cukup parah. Hal itu mengakibatkan dirinya jatuh koma sekarang."

Seketika tubuh Roni seketika menjadi lunglai. Ia akan jatuh, jika saja Kevin tak menahannya. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Ia telah kehilangan satu kakaknya dulu. Bagaimana jika ia kehilangan satu-satunya kakaknya?

Kevin langsung menaruh tubuh Roni untuk duduk di kursi. Sementara dokter Faisal langsung pergi begitu berpamitan dengan yang lainnya.

"Kalian boleh masuk. Maksimal hanya lima orang dan tidak boleh terlalu berisik. Saya permisi dahulu." Dokter Faisal kemudian pergi meninggalkan ke tiga belas remaja itu.

"Bang Kevin... Gimana kalau Roni kehilangan kakak Roni, lagi?"

"Sttt... Lo, gak boleh ngomong gitu. Lo, harus banyak-banyakin do'a yang baik, buat Angel. Bukan malah ngomong gitu. Oke?" Roni mengusap jejak-jejak air mata dari pipinya dan mengangguk.

"Maaf..." Semuanya langsung mengalihkan pandanganya ke pada Rey. "Gw, bener-bener minta maaf..."

"Angel... Gimana keadaan Angel?" Citra baru saja datang, disusul dengan Devan.

Ia pingsan, begitu mendengar cerita Rey tadi.

"Kata dokter, luka yang Angel alami cukup parah. Jadi, sekarang dia ngalamin koma."

ANGELINA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang