29 - Terulang Kembali

12 0 0
                                    

~ Happy Reading~

°
°
°

29 - Terulang Kembali

"Sore. Waktu itu, juga. Gw, suka senja. Tapi, gak disaat kayak gini. Gw, benci itu."

Tangan Angel mengepal kuat. Ia menatap Leo yang juga sedang menatapnya. Dirinya agak was-was.

"Heh! Lo, tuh, maunya, apa sih?! Hari-hari lo, perasaan nyegat kita mulu, deh." Teriak Reva, kesal.

"Gw? Gw... Mau bunuh kalian." Balas Leo.

"Cogil..." Gumam Gendis.

"Kan, emang..." Saut Reva.

Angel menyengir, sinis. Ia sebisa mungkin menutupi kekhawatirannya. Kemudian dirinya menyisir rambutnya kebelakang, menggunakan tangannya.

"Lo tuh, gak ada, kapok-kapoknya, ya? Lo, bawa dua puluhan pasukan, buat ngelawan kita? Cih! Pengecut!" Ujar Angel.

"Bodo amat, lo, mau ngomong apa. Selama gw, bisa ngehabisin, lo. Apapun bakal gw, lakuin." Balas Leo, sinis pula. "Tapi, sebelum ngehabisin, lo. Gw, harus ngehabisin mereka dulu. Karena sama kayak kembaran bodoh lo, itu. Gw, yakin, mereka juga pasti bakal nyelmatin, lo." Lanjutnya.

Angel menatap tajam Leo. Ucapan Leo tentang saudari kembarnya, benar-benar mengundang emosinya. Gadis itu kemudian memusatkan perhatiannya kepada saku celana Leo. Senjata yang sama, seperti waktu itu. Setelah memastikan, ia kembali menatap mata Leo, yang turut menatapnya.

"Dia bawa pistol. Hati-hati." Bisik Angel, kepada Rey.

Rey sontak menatap Angel, kaget. "Yang bener aja, lo." Ujarnya, bisik pula.

Angel hanya menatap Rey sebentar, kemudian memfokuskan pandangannya lagi, lurus, ke depan.

"Lo pikir, dia ngebunuh Alice, pakai apa? Dia gak pernah bercanda, soal ngehabisin seseorang. Dia gak bakal langsung pakai pistolnya. Dia, bakal pakai di akhir. Pas dia, udah tersudut." Jelas Angel. "Lo, bakal selamat. Kalau lo, gak ngedekin gw, pas dia udah tersudut." Lanjutnya.

"Maksud, lo? Lo, bakak ngorbanin diri?" Tanya Rey.

"Gak lah. Buat apa gw, ngorbanin diri, gw? Tanpa gw, ngorbanin diri pun, dia bakal ngelakuin apapun, buat ngehabisin, gw. Dia juga, udah bilang itu kan, tadi." Balas Angel.

Leo yang mungkin sudah jengah dan tidak sabar, kemudian menghela nafas panjang. "Udah selesai bicaranya? Gw, capek nungguin kalian." Ujarnya.

Angel berdecak sebal. "Ganggu, banget, sih, lo! Lagian, gak ada yang nyuruh lo nungguin, kita, selesai ngomong! Kalau mau, nyerang, ya udah nyerang aja!" Sentak Angel, sebal.

Melihat pemandangan didepannya, membuat Reva tersenyum kecut. "Salah, gw, pas bilang kalau Angel berubah." Ujarnya kemudian menghela nafas. "Kenyataan kalau kesabaran dia setipis tisu, kesiram air, dibagi seribu itu, masih belum berubah." Lanjutnya, lalu menggelengkan kepalanya, heran.

"Kenapa malah diem?! Gak mau maju duluan, lo?! Kalau gak mau, biar gw, yang maju dulu!" Tantang Angel.

"Nah, kalau ini kejadian langka." Komen Reva.

"Komen mulu, lo. Heran, gw." Protes Rafi.

"Bacot, lo. Kalau gak suka, sumpel telinga, lo. Biar gak denger, komenan, gw." Saut Reva.

"Tetep aja, mulut lo, keliatan komat-kamit." Balas Rafi.

"Ya, udah, mata lo, ditutup juga. Atau perlu, gw, jahit, mata sama telinga, lo?!" Sentak Reva.

ANGELINA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang