44 - Benar-Benar Pergi

9 0 0
                                    

~Happy Reading~

°
°
°

44 - Benar-Benar Pergi

Selama seminggu terakhir, Angel tidak pernah melihat Rey. Yah, cowok itu belum datang lagi semingguan ini. Namun, meski tak datang, Rey tetap tidak pernah absen untuk mengirim buket bunga. Angel sudah tidak tau, ada berapa total buket bunga yang Rey beri untuknya. Ia bahkan sampai memiliki ruangan sendiri untuk memaruh buket-buket yang Rey beri untuknya.

Itu yang ia inginkan. Hidup tenang tanpa kedatangan Rey. Awalnya seperti itu. Namun entah mengapa, ia malah merasa ada sesuatu yang hilang, sejak Rey tak datang lagi untuk menjenguknya. Bahkan sejak hal itu terjadi, keadaan Angel jadi agak drop. Ia sering merasa sakit dan sesak menerpa dadanya.

Angel juga jadi merasa sedih setiap kali melihat senja.

Seperti saat ini. Ia sedang melihat senja dari balkon rumahnya. Ia masih bingung dan terus memikirkannya. Ia suka senja. Namun ia selalu merasa sedih setiap melihat senja. Menurutnya, perasaannya kali ini bukan perasaan yang di akibatkan oleh kepergian Alice yang kebetulan terjadi saat senja, waktu itu. Ada hal lain yang membuatnya sedih. Namun ia tidak tau apa itu.

Lagi-lagi, Angel memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak dan sakit.

"Gw, kenapa sih?" Ia menghirup dan menghembuskan nafas terus menerus. Nafasnya tersengal seiring dadanya yang terasa semakin sesak. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk masuk ke dalam dan duduk di tepian kasurnya.

Dadanya masih terasa sangat sesak. Air matanya bahkan keluar tanpa ia sadari.

"Kenapa rasanya makin sakit?"

Angel kemudian memilih untuk tidur saja. Walau ia tau, bahwa hal ini tidak boleh dilakukan. Tapi ia tetap melakukannya. Ia takut jika terus di paksakan, dirinya malah pingsan lagi nantinya.

Baru juga ia memejamkan matanya. Ia langsung membukanya lagi. Ia tidak bisa tidur. Tepatnya, merasa tak nyaman untuk tidur.

"Gw, kenapa sih? Udahlah dadanya sesak, sekarang mau tidur pun gak bisa? Maunya apa sih?"

Angel kemudian keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Citra dan Devan ternyata baru saja pulang.

"Sayang... Tumben jam segini udah turun." Citra tersenyum menatap wajah putrinya. "Eh, kamu kenapa? Kok pucet gini?"

"Gak papa, ma."

"Dada kamu sesak lagi? Mau mami panggilin dokter Dika?" Angel menggeleng.

"Gak usah, ma."

"Oh, iya. Kalian dari mana?"

"Oh, kami baru aja ketemu sama camer kamu, buat bahas perjodohan kamu."

Angel manggut-manggut. "Terus, hasilnya gimana?"

Devan tersenyum. "Pernikahan kamu, bakal kita lakasanain dua minggu lagi."

"Dua minggu lagi? Cepet amat. Gak ada tunangan dulu, gitu?"

Citra menggeleng. "Kenapa?"

"Ya, gak papa sih. Heran aja, dikit."

"Oh iya. Ini, tadi kita beliin makanan buat kamu sama Roni." Citra menyerahkan bungkusan plastik ke pada Angel.

"Makasih ma, pa."

"Ya, udah. Kita ke atas dulu, ya?" Angel mengangguki ucapan Citra.

"Dua minggu lagi, ya?" Angel menghela nafas. "Masa, dua minggu lagi, gw, udah jadi istri orang?"

ANGELINA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang