Julian mengenakan celana pendek berbahan denim dan kaus warna putih yang dibawa dari apartemennya. Entah kenapa dia membawa sekuper pakaiannya ke apartemen Nilaa. Masuk ke apartemen Nilaa tanpa ijin dan mengetahui kode pintu apartemen Nilaa tanpa meminta pada Nilaa.
"Mana kopinya lama sekali sih!" Gerutu Julian yang sedang menikmati film laga bertema mata-mata.
"Kurang ajar kamu, Flynn. Dasar bocah keparat!" Umpat Nilaa pada Flynn melalui pesan audio.
Julian menatap sinis Nilaa yang meletakkan kopi di atas mejanya. "Kenapa kamu bawa sapu, panci, alat pel, kamu pikir aku pencuri?"
Nilaa menghembuskan napas dengan kasar. "Kalau bukan pencuri ngapain kamu masuk ke dalam apartemenku?"
"Aku ini bosmu. Lagian, apa sih yang bisa dicuri dari apartemen sempit kaya gini?" Julian menyeduh kopinya dan menyesap perlahan.
Nilaa terdiam. Dia berpikir bagaimana caranya mengusir Julian dari apartemennya. Dia melirik koper Julian. "Untuk apa ada kuper di sini?" tanyanya.
"Tempat pakaian. Aku lagi berusaha untuk berempati pada orang miskin seperti kamu tahu!" Julian berkata dengan mata berkilat-kilat marah.
Nilaa malah makin tidak mengerti dengan isi otak Julian. "Maksudnya?"
"Aku akan tinggal di apartemen kamu." Nada bicara Julian melunak. Dia menyesap kopi buatan Nilaa perlahan.
"Tinggal di sini?" Nilaa bertanya dengan kepala miring heran menatap bosnya yang masuk ke apartemen tanpa ijinnya itu.
Julian mengangguk. "Kamu budeg?"
Kedua daun bibir Nilaa sedari tadi menganga mendengar jawaban-jawaban Julian. "Anda tinggal di apartemen sempit ini karena ingin berempati pada orang miskin seperti saya?"
"Iya, Nilaa! Astaga! Kamu membuat tensi saya meninggi." Semprot Julian kesal.
Jawaban Julian membuat Nilaa bingung. Tidak mungkin kalau Julian ingin berempati pada orang sepertinya dengan tinggal di apartemen sempitnya. Pasti ada udang di balik batu. Dan Nilaa tidak bisa membayangkan Julian yang tinggal di apartemen yang hanya memiliki satu kamar tidur, satu kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dan ruang tamu yang menyatu dengan dapur.
Julian kembali menyesap kopinya perlahan dengan raut wajah sebal pada Nilaa dan mencoba menetralisir emosinya. Padahal yang seharusnya marah-marah dan emosi adalah Nilaa bukan dirinya.
"Pak, kalau Anda ingin belajar berempati ada baiknya menyewa apartemen lain untuk tinggal dan melepas semua kartu kredit Anda."
Saran Nilaa ditanggapi dengan raut wajah Bossy Julian seolah Nilaa baru saja memberikan saran pada bosnya yang merasa lebih tahu mengenai permasalahan kantor.
"Hemat." Perkataan itu meluncur dari kedua daun bibir Julian begitu saja seolah dia tidak sempat berpikir mengenai jawaban dari saran Nilaa.
Nilaa tampak frsutrasi merespons Julian. Dia ingin marah pada Julian membentaknya dan mengusir pria itu seperti caranya mengusir seorang kriminal yang tiba-tiba masuk ke dalam apartemennya tapi... Julian bosnya. Dia masih membutuhkan pekerjaan ini. Akibat hutang yang ditinggalkan ayahnya.
"Kenapa? Tidak suka saya tinggal di sini, heh?" Julian menatap Nilaa dengan tatapan sombong.
"Oke, Anda boleh tinggal di sini tapi tidur di sofa dan saya minta uang sewa sebesar gaji saya sebulan."
"Eh?"
"Deal."
"Gaji kamu sebulan? Uang sewa? Kamu ini memeras saya ya?"
Nilaa memutar bola mata jengah. "Yasudah kalau Anda tidak bisa menerima persyaratan saya silakan pergi dari sini." Nilaa melipat kedua tangannya di atas perut.
Nilaa bukan memeras tapi dia menyewakan apartemen sempitnya pada Julian.
"Karena saya bos yang baik hati saya setuju dengan syarat kedua. Tapi, untuk syarat pertama saya tidak setuju. Yang tidur di sofa... kamu."
Nilaa menatap tersinggung Julian.
"Saya bayar sewa, loh." Kata Julian cepat-cepat sebelum Nilaa protes.
"Kalau nanti saya tidur di sofa Anda bisa mendatangi saya kapan saja dan saya tidak tahu apa yang akan Anda lakukan pada saya..."
"Kamu mesum juga ya." Julian terkekeh.
"Bukannya saya mesum tapi Anda pernah mencium saya!" Nilaa sewot.
"Itu namanya kecelakaan. Lagian ciumannya tadi enak kan?" Julian menyeringai. Seperti seringai pria nakal yang mencoba menggoda gadis polos.
Nilaa tidak bisa berkata-kata. Dia meremas kedua tangannya.
Apa tadi dia bilang? Enak? Dia bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk bernapas!
*** Yang setuju aku update lagi malem ini kasih komentarnya yaa ^^ 60+ aku update lagi ^^ udah nentuin pilih Julian atau Arthur nih?
![](https://img.wattpad.com/cover/345304087-288-k689506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Secretary (Adult 21+)
Romance"Well, aku tahu kamu membenciku, Nilaa." Julian mendekati Nilaa. "Aku tahu keinginanmu untuk resign dari kantor. Mungkin kalau hutangmu lunas kamu akan resign dari kantor." Dahi Nilaa mengernyit. "Hutang?" "Kamu memiliki hutang atas nama ayahmu...