Julian meraih pergelangan tangan Nilaa saat wanita itu hendak menuju kamarnya. "Apa?"
"Debora dan Suzanne masih di sini ya?"
"Sepertinya." Nilaa melirik ke arah kemunculan kedua sahabatnya itu.
"Sudah selesai?" Tanya Suzanne heran. "Astaga aku masih ingin menikmati apartemen mewah milik bosku."
"Ya, tadi kami berendam di bathtub." Debora berkata riang.
"Apa?!" Julian memelotot pada Debora dan Suzanne.
"Ya, kenapa? Kami membantu membuat calon istrimu terlihat menakjubkan loh." Suzanne tidak akan membiarkan Julian protes karena mereka berdua berendam di bathtub.
"Oke, aku tidak akan mengomentari kalian yang berendam di bathtub. Silakan pergi dari sini." Usir Julian dengan wajah malas.
Suzanne menatap Julian dengan tatapan terpesona. "Anda tampan sekali!" Pujinya dengan senyuman yang malah membuat Julian merinding.
"Kalian minum wine?"
Suzanne mengangguk.
"Astaga wine yang ada di lemari dingin milikku itu wine mahal!" Julian mulai frustrasi.
"Ayo, kita pulang, Suzann." Debora menarik Suzanne. Dia diam-diam menyelundupkan wine mahal milik Julian di jaketnya. Debora memang bijak tapi dia tetap saja manusia yang memiliki kekurangan.
"Meskipun Anda tampan aku masih belum bisa memaafkan kesalahanmu, wahai Pak Julian!" Cerocos Suzanne sembari berjalan menuju pintu apartemen.
"Seharusnya kamu tidak perlu memarahi mereka."
"Mereka bukan temanku."
Nilaa memutar bola mata jengah dan berlalu meninggalkan Julian. Julian menatap punggung Nilaa yang makin menjauh itu. Dia membayangkan menyentuh punggung wanita yang terlihat kaku dan arogan—Nilaa. Pertama kali melihat Nilaa, Julian menerka kalau Nilaa adalah wanita yang sulit untuk diajak berkencan. Dan selama itu pula dia tidak pernah mendengar gosip apa pun mengenai kedekatan Nilaa dengan pria mana pun. Selain Arthur. Dia bahkan melihat dengan jelas bagaimana tubuh Nilaa naik dan turun di atas pangkuan Arthur.
Setiap adegan Nilaa dan Arthur muncul, Julian merasa kesal. Sangat kesal. Dia menendang tempat sampah di sampingnya dengan kasar. Untungnya, tempat sampah itu belum terisi sampah sama sekali.
***
Keesokan paginya, Nilaa masuk ke kamar Julian. Sedari tadi ponsel pria itu terus berdering dan Julian tetap tertidur dengan pulas meskipun ponselnya berdering keras. Nilaa menatap layar ponselnya—Katty. Sepagi ini wanita dengan banyak implan di tubuhnya itu menelepon Julian.
Karena iseng Nilaa mengangkat telepon dari Katty.
"Hai, sepagi ini kamu menelepon pacarku?" Nilaa berkata sembari tersenyum samar. Dia tidak pernah usil tapi sesekali dia perlu usil pada Julian yang selalu mengganggu hidupnya.
"Siapa kamu?"
"Masa kamu tidak tahu ini suara siapa?"
"Ni-Nilaa?"
"Ya."
"Ngapain kamu sama Pak Julian?"
"Ah, semalam kami baru saja bercinta, Katty. Aku bahkan tinggal di apartemennya loh." Nilaa menahan tawa. Dia ingin sekali menyemburkan tawanya di depan wajah Katty.
"Sialan! Aku akan ke sana secepatnya untuk mengusirmu dari apartemen kekasihku. Dasar wanita jalang!"
"Hahaha." Nilaa terbahak. "Coba saja datang dan usir aku."
"Bagaimana kamu bisa menggoda pacarku?!"
"Aku tidak menggodanya tapi dia yang menggodaku. Ya, dia melepaskan baju dan celananya di hadapanku lalu dia mendekatiku. Semua terjadi begitu saja. Ranjangnya yang mahal hampir rubuh. Dia kuat sekali."
"Sialan! Kamu wanita ular keparat!" Telepon mati.
Nilaa tidak bisa menahan tawanya. Dia senang akhirnya dia bisa menghibur dirinya dengan kalimat vulgar yang dikatakannya pada Katty. Ini saatnya balas dendam pada wanita sinting yang selalu sok kecantikan itu.
"Sial!" Ucap Nilaa saat matanya tak sengaja melihat Julian yang menatapnya. Pria itu masih meringkuk di dalam selimutnya.
"Kamu bilang apa ke Katty? Itu pasti khayalanmu kan, Nilaa? Aku tahu kamu memang mesum." Julian tersenyum nakal padanya.
Bahkan saat bangun tidur pun aroma eksklusif leather-nya masih sangat terasa di indera penciuman Nilaa. Aroma yang selalu mengintimidasi Nilaa.
"Apa aku membuat masalah dengan berbohong pada Katty?" Tanyanya dengan tatapan menantang pada Julian.
Julian melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Mata Nilaa melebar saat melihat pria itu hanya memakai celana pendek ketat.
Nilaa tergagap saat Julian berdiri di hadapannya. Tepat di hadapannya hanya berjarak beberapa sentimeter saja.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Secretary (Adult 21+)
Romance"Well, aku tahu kamu membenciku, Nilaa." Julian mendekati Nilaa. "Aku tahu keinginanmu untuk resign dari kantor. Mungkin kalau hutangmu lunas kamu akan resign dari kantor." Dahi Nilaa mengernyit. "Hutang?" "Kamu memiliki hutang atas nama ayahmu...