Boss and Secretary - 5

3.7K 205 127
                                    

Dua minggu kemudian...

Nilaa membawa setumpuk laporan di dalam map berwarna biru muda. Data-data di flashdisk dan data lainnya di ponsel miliknya untuk diberikan pada Arthur. Saat dia meminta ijin pada Julian dan Julian diam saja seolah tidak menganggapnya ada, Nilaa tetap pergi ke kantor Arthur ditemani Suzanne.

Saat berada di depan pintu ruangan Arthur, Suzanne fokus merapikan rambut blondenya sedangkan Nilaa mencoba mengatur rasa deg-degannya. Entah sejak kapan dia mula deg-degan.

"Aku sudah cantik?" Tanya Suzanne memiringkan poni rambut yang biasanya hampir menutupi matanya itu.

Nilaa mengangguk. "Ya."

"Astaga, lihat rambutmu." Suzanne merapikan rambut Nilaa yang memang pada dasarnya sudah rapi.

Saat Suzanne hendak mengetuk pintu ruangan Arthur, seorang wanita dengan tinggi sekitar 175 sentimeter mengenakan dress warna hitam selutut keluar dari ruangan Arthur. Wanita itu memiliki kecantikan sempurna dengan perpaduan wajah wanita latin, eropa dan timur tengah. Kecantikannya bukan hanya membius para pria tapi juga wanita.

Suzanne dan Nilaa membeku melihat Elena keluar dari ruangan Arthur. Elena sempat tersenyum sebelum meninggalkan Suzanne dan Nilaa.

"Kenapa dia ada di sini?" Bisik Suzanne dengan raut wajah tak terima dengan kehadiran Elena di ruangan Arthur.

"Mana aku tahu." Jawab Nilaa sembari mengangkat bahu.

"Siang, Pak." Nilaa menyapa Arthur yang tersenyum padanya.

"Ya." Jawab Arthur.

Nilaa memberikan setumpuk laporan, flashdisk dan beberapa file dari ponselnya melalui aplikasi ponsel.

"Terima kasih untuk laporannya." Arthur kembali tersenyum.

Suzanne meleleh melihat senyum Arthur. Pria yang dikaguminya itu melihat ke arahnya.

"Dan kamu..."

"Suzanne, Pak. Dari divisi pemasaran teman baik Nilaa." Dia mengulurkan tangan pada Arthur dan dibalas dengan ramah oleh Arthur.

"Pak, tadi Elena keluar dari ruangan ini, apa dia kerja di sini, Pak?" Tanya Suzanne lancang.

Nilaa menyenggol lengan Suzanne dan menatap dengan tatapan menegur. Yang ditegur melengos begitu saja.

"Oh, Elena. Kalian mengenalnya?"

"Iya, Pak. Saya sering lihat dia di kantor. Datang ke ruangan Pak Julian. Tidak kenal sih, hanya tahu saja kalau Elena pernah dekat dengan Pak Julian."

Merasa Suzanne makin lancang, Nilaa sesegera mungkin mengakhiri pertemuannya dengan Arthur. "Saya permisi, Pak." Dia menggandeng tangan Suzanne. "Ayo!" katanya memelotot pada Suzanne.

"Masih ada waktu."

"Ayo, balik ke kantor, Suzann." Tegur Nilaa dengan tatapan mata mengancam.

Arthur tampak terhibur melihat cara Nilaa menegur temannya itu.

"Terima kasih ya, Pak Arthur." Suzanne berkata sambil menundukkan sedikit kepalanya pada Arthur.

"Hati-hati di jalan." Katanya menatap Suzanne dan Nilaa secara bergantian.

Suzanne tersenyum lebar. "Iya, Pak. Terima kasih atas perhatiannya."

Nilaa menanggung malu membawa Suzanne ke kantor Arthur. Kalau saja dia tahu akan tingkah dan sikap konyol Suzann dia akan memilih pergi ke kantor Arthur sendirian saja.

***

Suzanne menerima omelan Nilaa hingga lebih dari 10 menit lamanya. Meskipun mereka sedang menikmati santap siang di kantin, tapi Nilaa masih saja mengomeli Suzanne. Yang diomeli berlagak tak bersalah.

"Mulut Suzanne remnya blong." Flynn mencocol kentang goreng dengan saus.

"Bayangkan bagaimana ekspresi Pak Arthur saat itu." Kata Nilaa agak dramatis.

"Santai saja." Jawab Suzanne menikmati santap siangnya.

Ponsel Nilaa berdering. Dahi Nilaa mengerut melihat nama Julian di layar ponselnya.

"Siapa, Nil?" tanya Debora penasaran disusul Suzanne yang menatap layar ponsel Nilaa.

"Julian." Ucap Suzanne.

"Ada apa sih?" Dengan enggan Nilaa mengangkat ponselnya.

"Halo."

"Saya tunggu kamu sekarang di ruanganku."

Telepon mati secara sepihak. Nilaa jelas kesal karena dia sedang menikmati santap siangnya. Tapi, mau bagaimana lagi dia harus segera datang ke ruangan Julian.

***

Elena bukanlah wanita sembarangan. Semua mantan kekasihnya adalah anak konglomerat. Dia terlahir sebagai wanita cantik yang dengan kecantikannya bisa meluluhkan pria mana saja termasuk Julian ataupun Arthur. Meskipun sudah berpisah dengan Julian, tapi Elena masih mencoba menghubungi Julian.

Katty hanyalah gadis yang tidak akan dinikahi Julian. Dia hanya gadis lalu lalang yang tidak akan mungkin menjadi pendamping Julian. Dan Elena tahu pasti akan hal itu. Tidak ada gunanya dia cemburu pada Katty atau wanita mana pun yang tidak selevel dengannya.

Orang tua Elena memiliki bisnis pertambangan batubara di asia tenggara. Dan kini Elena terjun ke dunia mode dan fashion dengan mengusung konsep vintage and fairy. Semua orang jatuh cinta melihat wajah Elena pertama kali. Keberuntungan selalu berpihak padanya. Pada dia yang cantik dan kaya raya.

Elena menatap layar ponselnya. Tertera nama Julian yang mengiriminya pesan.

Datang saja ke ruanganku sekarang.

***

Yang mau ceritanya di-update lagi, komentarnya jangan lupa ya. Boleh spam kok :D

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang