Boss and Secretary - 43

1.6K 120 20
                                    




"Aku masih tidak terima dengan apa yang Julian lakukan. Aku yakin dia masih sangat mencintaiku, Arthur." Elena tampak cemas. Arthur mengkhawatirkan Elena lebih dari dia mengkhawatirkan perasaannya sendiri.

Arthur menggenggam bahu Elena lembut sembari mengelus-elus bahu itu. "Tenang, El. Tenang. Pernikahan mereka tidak akan bertahan lama."

"Oh ya?" Elena menatap Arthur seperti tatapan anak kecil.

"Ya. Julian tidak mencintai Nilaa dan begitu pun sebaliknya. Nilaa mencintaiku." Katanya dengan yakin dan percaya diri setelah ciuman itu nyaris terjadi antara dirinya dan Nilaa.

"Lalu kenapa Julian menikahi wanita keparat itu?!" Elena merasa jijik membayangkan wajah Nilaa.

"Dendam." Jawab Arthur. "Dia dendam pada kita, Elena."

"Ya, kamu benar. Pernikahan Julian dan Nilaa tidak akan lama karena dia hanya mencoba melampiaskan kekesalannya."

Benar atau tidak apa yang Arthur katakan membuat kecemasan Elena berkurang.

"Aku tidak perlu cemburu pada Nilaa karena Julian akan kembali padaku." Dia tersenyum.

"Ya." Arthur mengatakan 'ya' dengan getir. Dia tersenyum sendu pada wanita kesayangannya yang selalu saja mengharapkan Julian kembali.

"Terima kasih, Arthur. Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpa kamu. Aku pergi ke luar negeri berharap meredakan stres tapi aku malah semakin stres." Elena memeluk Arthur.

Arthur menikmati pelukan Elena. Dia tidak ingin pelukan itu berakhir. Meskipun hanya untuk mendapatkan pelukan itu dia mesti tertatih-tatih, tapi Arthur selalu menyukai perasaan sakitnya sebelum dia bisa mendapatkan pelukan dari Elena.

"Arthur..." Elena melepaskan tubuhnya dari tubuh Arthur.

"Ya."

"Apa kamu menyukai Nilaa?"

Arthur terdiam sejenak. Di satu sisi dia memang tertarik pada Nilaa tapi di sisi lain dia harus memilih berpihak kemana. Elena atau Nilaa? Dia tidak bisa berada di dua pihak yang berseberangan. Dia harus memilih.

"Kamu menyukainya?"

"Tidak, Elena."

"Lalu saat kamu dan dia bercinta di dalam mobil apa yang kamu rasakan?" Pertanyaan enteng itu keluar begitu saja dari kedua daun bibir Elena.

Pertanyaan privasi yang sehrusnya tidak dipertanyakan wanita bermartabat seperti Elena. Terdengar aneh dan menyeramkan untuk ukuran manusia normal mendengar pertanyaan Elena tapi wajar bagi Arthur yang memuja Elena.

"Hambar." Dustanya. Arthur jelas menikmati percintaan singkatnya dengan Nilaa. Dia hanya ingin menyenangkan Elena.

Mungkin kalau Nilaa mendengar perkataan Arthur, perasaan wanita itu akan lenyap digantikan dengan kebencian. Sayangnya, Nila tidak tahu akan hal itu.

"Hahaha." Elena tertawa hambar. Dia mirip orang dengan gangguan kejiwaan dengan tawa hambarnya. "Aku tahu kamu akan menjawab seperti itu, Arthur." Dia menempelkan kepalanya di dada Arthur. Arthur membelai rambut Elena lembut.

"Aku sangat mencintai Julian."

"Aku tahu."

"Apa kamu mencintaiku dengan sungguh-sungguh, Arthur?" Elena mendongak. Arthur menatap mata Elena. Mata yang membuatnya seperti pria bodoh. Pria paling bodoh di dunia.

"Ya."

"Seberapa besar?" Elena membenarkan posisi kepalanya hingga setara dengan wajah Arthur.

"Sangat besar."

"Kamu akan memilihku dibandingkan Nilaa?"

"Ya." Jawabnya tanpa ragu.

"Julian juga akan melakukan hal yang sama bukan?"

"Menurutku begitu."

Elena mulai melepas kancing bajunya.

"Elena..." Arthur ternganga melihat keindahan dada Elena.

"Julian tidak akan tahu soal ini." Elena tersenyum.

Dengan susah payah Arthur berdiri dan membuang pandangannya dari dada indah Elena. "Aku tidak bisa, Elena."

"Kenapa? Ini hadiah dariku untukmu, Arthur." Elena membelai kedua pipi pria itu dengan hangat dan lembut. Kemudian dia memeluk Arthur menempelkan dadanya di dada Arthur.

***

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang