Boss and Secretary - 44

1.5K 112 4
                                    

Julian terbangun dengan terheran-heran. Dia masih mengenakan utuh pakaiannya. Dia merasa pusing akibat wine yang terlalu banyak diminum. Matanya menyapu ruangan tapi tidak ada Nilaa di sana.

"Sudah bangun?" Nilaa datang dengan secangkir kopi hangat di tangan sebelah kanannya.

Dahi Julian menyernyit tebal. "Semalam... kita bercinta bukan?" Dia heran sendiri. Agaknya dia lupa ingatan.

Nilaa memutar bola mata jengah. "Ya. Di mimpimu!" Semburnya. Dia mendekati Julian dan duduk di samping Julian. Di tepi ranjang.

Nilaa menyesap kopi hangatnya. "Aku menemukan buku diary Elena. Di sini tertulis namamu. Dia terlalu cinta sama kamu sepertinya." Nilaa bersendewa setelah membaca buku diary Elena.

"Hei, semalam apa kita bercinta?" Julian kembali bertanya penasaran.

"Kamu lupa dengan yang terjadi semalam."

"Ayolah jawab, Nilaa." Julian memaksa.

Nilaa menggeleng. "Aku menendangmu dan kamu pingsan." Jawab Nilaa dengan mata yang bergerak-gerak meragukan.

"Kamu serius menendangku?"

Nilaa mengangguk. "Aku kembalikan buku diary Elena. Saat membacanya aku mau muntah. Ueeeekkk!" Nilaa menjulurkan lidahnya.

"Ini kan privasi Elena kenapa kamu membacanya?" Julian mengangkat sebelah tangannya yang memegang diary Elena.

"Khilaf." Jawab Nilaa enteng. "Well, aku tidak mau lagi kamu datang ke kamarku secara tiba-tiba dan membuatku takut. Aku tahu aku salah, Julian. Ini kali terakhir aku menemui Arthur. Aku hanya memperjelas statusku sebagai istrimu. Lebih tepatnya pegawaimu sebagai rekan kerja. Sebagai... ya, istri di atas kontrak."

"Apakah di kontrak kita ada pembahasan soal anak?"

"Hahaha?" Nilaa terbahak. "Kamu ini sinting atau apa? Bercinta saja tidak ada di sana apalagi pembahasan soal anak." Tawa Nilaa lenyap. "Tidak ada anak, Julian."

"Tapi, di belakang surat kontrak itu ada pembahasan soal bercinta, Nilaa." Julian tersenyum nakal.

Meskipun semalam Julian tampak mengerikan tapi pagi ini Nilaa berusaha agar tidak memancing amarah Julian lagi.

"Aku tidak mau membahas soal semalam atau soal bercinta." Nilaa meninggalkan Julian yang masih terduduk di tepi ranjang kamarnya.

***

Malam itu Julian tertidur. Entah karena wine yang mempengaruhinya atau dia merasa kelelahan, pada saat itu juga, Nilaa kembali mengenakan pakaiannya yang berhamburan di ranjang dan lantai. Dia juga kembali memakaikan Julian pakaian. Dia berjanji pada dirinya sendiri kalau semalam tidak terjadi apa-apa. Dia akan melupakan yang terjadi antara dirinya dan Julian. Nilaa akan bersikap biasa-biasa saja pada Julian. Seperti biasanya saja.

Nilaa hanya mengesalkan kenapa dia tidak melepaskan diri dari Julian tadi malam. Andai dia bisa lepas dan pergi entah ke mana mungkin dia tidak akan mendambakan pria itu sedalam ini. Astaga... tidak!

Sentuhan tubuh Julian membuatnya menginginkan pria itu lagi. Dan ini kutukan bagi Nilaa.

Saat membuat kopi Nilaa dikejutkan oleh tepukan lembut Julian di bahunya. Dia bergidik.

"Ini untukku." Julian mengambil secangkir kopi yang baru saja jadi. Menyeduhnya perlahan dan menyesapnya.

Nilaa menatapnya kikuk.

"Kenapa kamu menatapku aneh begitu?" Dahi Julian mengernyit curiga.

"Tidak apa. Memangnya kenapa? Tatapanku memang begini."

Julian menatap Nilaa tanpa mengedip dan intens ini membuat Nilaa semakin tidak tenang.

"Semalam kita bercinta." Itu kalimat pernyataan bukan kalimat pertanyaan.

Nilaa menggeleng. "Tidak."

"Kamu pikir aku tidak ingat dengan yang terjadi semalam?" Sebelah alis pria itu tertarik ke atas. Bibirnya tersenyum. Senyuman yang tidak ingin dilihat Nilaa.

"Aku sepertinya dipengaruhi wine. Makanya aku bisa melakukan hal itu denganmu. Kalau bukan karena wine aku tidak mungkin menidurimu bukan?" Julian tersenyum. Senyum yang seolah menandakan perbedaan antara ucapannya dan hatinya.

Nilaa membeku.

"Aku meninggalkan tanda merah di leher sebelah kirimu."

Nilaa menyentuh leher sebelah kirinya. "Ini tidak ada artinya, Julian. Itu bukan perasaan cinta atau sayang atau apa pun. Itu hanya sebatas ya seperti..." Nilaa berpikir keras untuk meneruskan kalimatnya. "biasa saja."

Julian mengangguk. "Ya, biasa saja."

"Soal kontrak itu apakah memang ada pembahasan jika aku menemui Arthur maka aku dan kamu akan..."

"Malam itu aku sedang mabuk dan kesal. Tidak ada pembahasan apa pun yang mengarah soal bercinta."

Nilaa menelan ludah. "Kenapa kamu malah melakukannya?!" Dia mulai emosi.

"Wine dan kekesalan. Tapi, aku menyukainya." Julian kembali menyesap kopinya. "Apa kamu tidak menyukai atraksi semalam?"

"Sialan, kamu, Julian!!"

*** Besok malem mau update cerita baru nih judulnya Possessive Boss. Cerita Romance comedy, ringan-ringan aja kok ceritanya. Jangan lupa di add ke library ya.

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang