Julian mungkin lupa kalau gosip soal pernikahannya dengan Nilaa menyebar. Dan dia ingin hal itu dibiarkan menjadi isu saja tanpa pembuktian apa-apa. Julian hanya ingin melihat Nilaa tetap menjadi sekretarisnya. Melihat Nilaa tetap menjadi budaknya agar dia masih bisa selalu menyuruh-nyuruh Nilaa. Ya, ada sensasi tersendiri saat melihat Nilaa kesusahan karena perintahnya.
Nilaa membaca daft kontrak pernikahannya yang disodorkan Julian. "Melayani saat kamu mau?" Nilaa mendongak membaca bagian ke lima soal kontrak pernikahannya.
"Ya."
"Apa maksudmu? Melayani nafsumu?" Dia akan memberontak kalau sampai itu soal gairah Julian. Nilaa tidak sudih melayani pria yang tidak disukainya itu. Tolonglah, meskipun Julian begitu sempurna tapi di mata Nilaa dia sama sekali tidak sempurna."Tidak."
"Lalu ini soal apa?" Tanya Nilaa tidak sabar.
"Itu soal masak. Melayani nafsu makanku, bodoh."
Nilaa mengembuskan napasnya dengan kasar. "Kenapa tidak diperjelas?"
"Untuk mengetes seberapa mesum otakmu."
Kedua daun bibir Nilaa terbuka, bibirnya bergerak-gerak tak keruan saking kesalnya pada Julian yang sama sekali tidak memperjelas maksud dari kalimat 'melayani saat kamu mau'. Dan dalih Julian adalah untuk mengetes seberapa mesum otaknya, sangat tidak masuk di pikiran Nilaa. Apakah selama ini dia terlihat mesum? Bukankah sebaliknya, Julianlah yang terlihat mesum.
"Cepat tanda tangani." Titahnya.
Nilaa mendatatangani draft kontrak pernikahannya dengan Julian.
"Selama menjadi istriku kamu tidak boleh bercinta dengan siapa pun. Apalagi Arthur."
Nilaa mendongak menatap wajah Julian yang penuh ancaman. "Sampai kapan aku harus menjalani kontrak pernikahan ini karena aku punya keinginan untuk memiliki suami dan anak."
Sebelah sudut bibir Julian tertarik ke atas. "Sampai aku puas." Dia tersenyum misterius.
"Maksudmu?"
"Aku akan melepaskanmu pada saatnya nanti. Dan kapannya aku tidak tahu."
Nilaa ingin membatalkan kontrak pernikahannya tapi Julian sudah melunasi semua hutangnya. Dia terbebas dari hutang, dari beban yang ditinggalkan ayahnya. Entah masih pantaskah ayahnya dipanggil 'ayah' dengan hutang yang ditinggalkannya untuk membahagiakan istri kedua dan adik tirinya itu. Dia bersyukur ayahnya sudah meninggal. Kalau ayahnya masih hidup entah bagaimana reaksinya saat dia tahu Julian menikahi putrinya. Mungkin akan lebih sewena-wena pada Nilaa.
***
Justin akhir-akhir ini sering uring-uringan pada Sarah. Wanita itu sering mendengar omongan kasar dari Justin. Semampunya, Sarah bersabar atas semua amarah yang diluapkan Justin. Kalau dia tidak sabar dia akan tinggal di mana. Rumahnya diambil pihak debitur. Semua aset lenyap. Dia tidak memiliki tabungan sepeser pun. Bahkan Sarah rela menyelesaikan pekerjaan rumah demi perutnya.
"Kekasihku sebentar lagi akan datang, tolong siapkan makan malam kami." Justin berkata seolah dia adalah majikan dan Sarah adalah pembantunya.
"Kekasihmu? Lalu aku apa?!" Matanya berkilat marah mendengar perkataan Justin.
"Aku ini masih muda. Aku berhak punya banyak kekasih. Lagian kamu ini hanya bisa menyusahkanku saja."
"Menyusahkan bagaimana? Saat aku memiliki banyak uang aku selalu memberikanmu uang, mobil, moge dan semuanya. Aku berikan semuanya kepadamu tapi setelah aku tidak memiliki apa-apa perlakuanmu sangat buruk padaku, Justin!" Sarah sedih melihat pria muda ini hanya memperlakukannya dengan baik saat dia memiliki banyak uang.
"Masih mending aku masih mau menampungmu. Mau tinggal di mana kalau bukan karena kebaikanku." Katanya dengan wajah sombong.
Kini Sarah hanya bisa menyesali kebaikannya pada Justin. Pada pria muda yang sebaya dengan putrinya. Seharusnya, dia mendengarkan omongan Jasmine dibandingkan menuruti egonya. Justin memang baik dan sangat baik padanya, tapi itu saat Sarah memiliki banyak uang. Saat dia masih bisa memanjakan Justin dengan uang yang dimilikinya.
"Mommy carilah pria tua yang kaya saja daripada bersama Justin."
"Mommy suka Justin, Jasmine. Dia itu baik sekali pada Mommy dan selalu perhatian pada Mommy." Sarah berkata dengan wajah dipenuhi bunga-bunga asmara.
"Mom, aku lebih tahu Jutsin. Percayalah, Justin bisa berubah sewaktu-waktu."
Sarah masing mengingat percakapannya dengan Jasmine saat dia baru menjadi pacar Justin.
Sarah mulai berpikir kalau dia akan kembali ke profesi lama yang sudah sangat lama ditinggalkannya. Dia masih ingat saat masih muda, Anderson melihatnya berjalan mengenakan gaun malam yang ketat. Anderson begitu terpikat oleh kecantikan Sarah. Dia rela membayar ratusan dolar pada tahun 90-an hanya untuk bisa tidur dengan Sarah.
Namun, kini dia sudah tua. Usianya sudah menginjak 45 tahun. Kalaupun dia kembali ke profesi lamanya, dia tentu saja akan tersingkir oleh yang lebih muda darinya.
*** Yang mau didouble update jangan lupa komentarnya ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Secretary (Adult 21+)
Romance"Well, aku tahu kamu membenciku, Nilaa." Julian mendekati Nilaa. "Aku tahu keinginanmu untuk resign dari kantor. Mungkin kalau hutangmu lunas kamu akan resign dari kantor." Dahi Nilaa mengernyit. "Hutang?" "Kamu memiliki hutang atas nama ayahmu...