Boss and Secretary - 26

2K 133 31
                                    




Tiga hari kemudian...

Nilaa tetap bekerja seperti biasa. Tak ada yang salah dari apa yang dikatakan orang-orang kantor. Dia memang gegabah. Dan Nilaa mneyadari kebodohannya saat ini. Semua berjalan seperti biasa. Orang-orang mengenalnya sebagai kekasih Arthur meskipun Arthur sampai saat ini tidak pernah mengiriminya pesan lagi.

"Berengsek si Arthur!" Suzanne menyesali dukungannya pada hubungan Nilaa dan Arthur.

"Lain kali kalau ada apa-apa kamu harus hati-hati. Jangan teburu-buru begitu. Aku kan bilang Arthur itu mungkin penyebab putusnya Julian dan Elena." Flynn menggigit kentang gorengnya.

"Sudahlah. Lupakan saja semuanya. Kita melangkah ke arah depan." Debora menunjuk arah depan seolah dia bisa melihat masa depan yang lebih baik.

"Ke arah depan ada Katty. Ngapain?" Kata Suzanne yang melihat Katty berjalan membawa nampan bersama Amanda.

"Hahaha." Flynn terbahak.

Keadaan hati Nilaa sudah lebih baik karena dia sudah biasa menyembuhkan lukanya sendiri. Meskipun dia masih berharap Arthur datang padanya dan menjelaskan semuanya secara jujur pada Nilaa. Harapan biasa akan dipatahkan oleh ekspektasi. Dan Nilaa memilih mematahkan harapan itu sebelum dikecewakan oleh ekspektasinya sendiri.

"Jadi, sebenarnya Julian itu serius mau menikahi kamu tidak sih, Laa?" Flynn bertanya serius pada Nilaa.

"Dengan melunasi hutang-hutang Nilaa saja sudah pasti dia serius." Suzanne berkata dengan nada lebih serius.

"Kalau Julian memang mencintai Nilaa sih ya tidak apa, tapi apa benar dia benar-benar mencintai Nilaa." Debora lebih mengkhawatirkan mental Nilaa karena Debora tahu seberapa tidak sukanya Nilaa pada Julian.

"Dinikahi pria tampan dan kaya seperti Julian saja itu sudah termasuk anugerah. Soal cinta itu belakangan saja asalkan kita tidak menggunakan perasaan. Kalau aku Nilaa aku akan memaksa Julian untuk segera menikahiku. Aku akan balas dendam pada Arthur sialan." Suzanne berkata seolah-olah Arthur telah mengkhianatinya.

Nilaa menimbang-nimbang. Ya, Suzanne benar. Apa pun itu Julian sudah punya niatan baik dengan melunasi hutang Nilaa. Tapi, dia punya beberapa syarat kalau Julian memang ingin menikahinya. Dia tidak ingin Julian menyentuh kulitnya seinchi pun.

***

Jasmine datang ke rumah Justin diam-diam saat Justin tidak ada di rumah. Dia ingin menemui ibunya dan menceritakan apa pun yang dia tahu tentang hidup Nilaa termasuk soal keinginan Julian menikahi Nilaa.

"Seharusnya kamu yang menikah dengan pria kaya raya itu, Jasmine." Sarah kesal mendengar cerita Jasmine tentang Julian yang akan menikahi Nilaa.

"Mom, dia sudah naksir Nilaa lama. Makanya dia mau menikahi Nilaa."

"Bego kamu kalau tidak bisa merebut Julian dari Nilaa."

"Mom! Jangan sembarangan bilang kalau putrimu ini bego!" Protes Jasmine.

"Kalau kamu bisa mendapatkan atasan Nilaa itu kita bisa kembali seperti dulu dan kita bisa kembali foya-foya. Tinggal di rumah mewah dan plesiran kemana pun kita mau." Tinggal bersama pria yang usianya sebaya dengan putrinya tidak membuat Sarah bahagia. Dia seperti asisten rumah tangga di rumah Justin. Dia harus mencuci pakaian, mencuci piring, mengepel dan bersih-bersih rumah. Di usia yang masih muda Justin jauh dari kata 'mapan' dia hanya bekerja sebagai karyawan biasa di toko baju.

"Mom, hidup Jasmine di apartemen Nilaa meskipun tidak mewah dan sangat sederhana tapi Nilaa memperlakukan Jasmine dengan baik. Dan kita tetap bisa menikmati hidup saat Nilaa menikah dengan Julian. Aku bisa mengurus keponakanku nanti."

"Cetek sekali pikiranmu ini kalau kita bisa merebut Julian dari Nilaa kenapa kita hanya hidup sebagai pemeran pembantunya saja. Ingat, ayahmu saja bisa begitu sayangnya pada mommy artinya Julian juga bisa seperti ayahmu dan Nilaa." Sarah lupa kalau setiap pria itu tidaklah sama.

Jasmine tidak yakin kalau dia bisa merebut Julian dari Nilaa, toh, meskipun hidupnya tidak semewah dulu dia tetap bisa makan enak. Masih bisa tidur dengan nyaman meskipun di atas sofa dan melihat Nilaa yang mengalah dan memilih tidur di atas lantai.

"Aku akan datang ke pesta Samantha. Aku akan meminjam Julian dari Nilaa."

"Tidak usah meminjamnya segala bawa saja Julian ke pesta dansa nanti."

Jasmine memutar bola mata jengah. "Julian tidak akan mau kalau Nilaa tidak mengijinkannya pergi denganku." Jasmine keluar dari rumah Justin sembari mengomel sebal pada ibunya.

Kenapa tidak ibunya saja yang mencoba merebut Julian dari Nilaa?!

***

Arthur tahu kedatangannya ke apartemen Nilaa tiga hari yang lalu telah menggoreskan luka di hati Nilaa. Dia sempat menatap mata Nilaa yang tampak kecewa padanya. Dengan cepat dia membuang pandangannya karena tidak mau melihat mata itu terlalu lama. Dia tidak ingin merasa bersalah lebih dalam lagi pada Nilaa.

Kabar keinginan Julian yang ingin menikahi Nilaa begitu cepat berembus hingga sampai di keluarga besar Reckleen. Tentu saja mereka menentang pernikahan Julian dengan sekretarisnya itu. Tidak ada benefit apa pun dari pernikahan yang dilakukan atasan dan bawahan kecuali untuk bawahan. Tidak ada prospek bisnis yang menarik dari pernikahan Julian dan Nilaa namun semua keluarga tahu bagaimana karakter Julian yang keras kepala. Dan mereka hanya bisa mengulum keprotesan dari keputusan frontal Julian.

"Elena lebih cocok jadi istrimu, Julian." Suara Bibi Emma menggema di ruangan keluarga.

Arthur masih ingat tatapan tajam Bibi Emma yang tidak setuju Julian menikahi sekretarisnya itu dengan begitu terburu-buru.

"Apa dia mengancammu?" Tuduh Bibi Emma.

Julian menepis semua tuduhan Bibi Emma. Dia menikahi Nilaa atas dasar cinta bukan atas dasar ancaman atau semacamnya. Dan tentu saja Julian berbohong kalau dia menikahi Nilaa atas dasar cinta.

Arthur mengirimi pesan pada Nilaa. Dia mengajak bertemu di Nilaa di sebuah tempat yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.

*** Hai hai hai aku update cerita Boss and Secretary lagi setuju? Tapi kalo komentar udah banyak ya. Aku baru update cerita baru judulnya Marriage With Benefits. Add ke library ya gaes ^^

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang