Boss and Secretary - 62

1.4K 103 5
                                    

"Kamu dengar sendiri kan apa kata nenek." Julian menatap Nilaa saat mereka sampai di dalam mobil. Sembari terus menerus membayangkan percintaan panas mereka semalam. Julian merasa otaknya mulai korslet.

"Kenapa kamu tidak bilang diawal?"

"Aku saja tidak tahu soal itu. Entahlah. Mungkin itu akal-akalan nenek."

"Akal-akalan bagaimana?"

"Ya, biar kamu tidak menunda kehamilan."

Menunda kehamilan? Bahkan mereka melakukan hubungan badan tanpa pengaman saja itu sudah...

"Seharusnya kita membuat bayi lagi sekarang." Ucapan ringan Julian menuai tatapan sengit Nilaa.

"Aku harus menyiapkan mentalku saat aku hamil, melahirkan dan membesarkan anak itu..." jeda sejenak. "Tidak mudah, Julian. Apalagi pernikahan kita itu bukan atas dasar cinta dan kita akan berpisah entah kapan. Ya Tuhan, aku belum siap dengan ini."

"Aku akan menunggu sampai kamu siap." Jawaban julian malah menambah kekhawatiran Nilaa.

"Kenapa kamu tidak coba bercinta dengan salah satu wanita sewaanmu itu dan meminta dia mengandung anakmu."

Kali ini Julian yang tampak marah. "Kamu gila, Nilaa! Untuk apa aku menikahimu kalau aku harus meminta wanita lainnya yang mengandung anakku?"

Nilaa menggigit bibir bagian bawahnya.

"Aku bilang aku akan menunggumu sampai kamu siap meskipun kita sudah mencoba melakukannya.."

Mereka saling menatap tanpa mengatakan apa pun hingga beberapa saat lamanya.

***

Hari pernikahan Elena dan Arthur digelar di salah satu hotel mewah kota. Mereka mengundang lebih dari 2000 tamu undangan. Elena mengenakan gaun putih yang didesain mirip seperti gaun vintage tahun 90-an. Arthur mengenakan jas hitam. Dia terlihat lebih tampan dari biasanya. Elena beberapa kali menatap wajahnya dicermin saat selesai make up. Dia mengagumi kecantikannya sendiri dan membayangkan kalau pengantin prianya adalah Julian.

Saat Elena berjalan menuju Arthur dan semua tamu undangan menatapnya sembari memuji kecantikannya dalam hati, dia malah menatap Julian. Matanya terlalu fokus pada Julian hingga gaunnya terinjak oleh kakinya sendiri dan Elena terjatuh.

Mata para tamu melebar kaget, mulut mereka membentuk huruf O. Wajah Elena memerah menahan malu. Pengiring pengantin membantu Elena kembali berdiri dan berjalan. Dia melempar senyum pada para tamu dengan wajah kaku dan merah.

"Dia melihat ke arah Julian terus." Celetuk Suzanne.

"Ya, dia mungkin berharap Julian akan menghalanginya menikah dengan Arthur." Debora berkata sambil cekikikan.

"Dia cantik." Puji Nilaa lebih berbicara kepada dirinya sendiri.

"Iya." Sahut Julian.

"Kamu menyesal melepas Elena bukan?" Nilaa melirik Julian.

"Tidak. Biasa saja. Di luar sana banyak yang lebih cantik dari Elena."

"Bisa-bisanya seorang pria memuji wanita lain di depan istrinya." Kata Suzanne dengan raut wajah sengit.

"Nanti kalau ada pria lain yang memuji Nilaa, Pak Julian marah, kesal, cemburu, ngamuk, guling-guling di tanah, naik ke atas atap kantor teriak-teriak, nyalahin tembok, nyalahin saya, nyalahin Suzanne dan lain-lain." Tambah Debora yang menuai tatapan kesal Julian.

Suzanne tertawa mendengar ucapan Debora. "Oh ya, di mana Adrian?" tanya Suzanne pada Debora.

"Itu, sama istrinya—sepertinya." Debora menunjuk dengan dagunya ke arah Adrian yang sedang berdiri bersama seorang wanita cantik.

"Oh, itu istrinya."

"Mungkin." Debora berkata.

"Itu, Chelsea. Istri Adrian. Jadi, kalau Nilaa mau jadi selingkuhan Adrian dia akan berurusan dengan anak mantan gubernur." Julian memberitahu dengan wajah songong.

"Dia anak mantan gubernur?" tanya Suzanne penasaran.

Julian mengangguk malas menjawab pertanyaan Suzanne.

"Beraninya Adrian sama anak gubernur. Apa dia tidak takut kalau sampai Chelsea tahu kelakuannya?"

"Kan tadi dia bilang kalau dia sudah malas dengan Chelsea. Kita tidak pernah tahu masalah apa yang menimpa rumah tangga orang." Kata Debora sok bijak.

Suzanne mengangguk-ngangguk setuju.

Elena sampai di depan Arthur yang menatapnya takjub bahkan mata Arthur meremang basah saking tidak percayanya kalau dia dan Elena menikah. Wanita yang diidam-idamkannya selama beberapa tahun. Dan dengan kesabaran menemani Elena yang rapuh. Meskipun pernikahannya tidak berbeda dengan pernikahan Julian dan Nilaa tapi Arthur cukup bahagia menjadi suami Elena.

Mereka saling menatap dan tersenyum palsu. Lalu, Arthur dan Elena berciuman di depan tamu undangan.

Saat adegan ciuman Arthur dan Elena berlangsung, Nilaa melihat Julian membuang pandangan dan berkata, "Kamu tidak tahan melihat adegan ciuman mereka?"

"Terlihat menjijikan." Julian menatap Nilaa.

"Kamu cemburu, Julian." Nilaa mengatakan hal itu dengan perasaan yang tidak nyaman.

"Tidak."

"Ya."

"Tidak."

"Ya."

Julian yang sebal akan tuduhan Nilaa menarik wajah perempuan itu dan mendekatkan bibirnya pada bibir Nilaa. Mereka berciuman saat pengantin pria dan wanita melakukan hal yang sama.

"Wow!" seru Suzanne.

Ciuman Julian sangat panas dan menggairahkan hingga semua mata lebih tertarik melihat adegan ciuman Julian dan Nilaa. Sialnya, Elena dan Arthur melihat adegan ciuman panas itu.

***

Gaes bab 63-65 udah aku update di Karyakarsa lebih dulu ya. Ini spoilernya di bawah. Kejutannya agak mengejutkan tapi percayalah Julian nggak punya niat apa2

Akun Karyakarsa : Sabrinawd (difollow ya)

Link : https://karyakarsa.com/Sabwd/boss-and-secretary-bab-63-64

com/Sabwd/boss-and-secretary-bab-63-64

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang