Nilaa meminta waktu untuk bisa menjawab pertanyaan sederhana dari Nenek Julian. Dia tidak bisa menjawabnya sekarang. Dia tahu kalau dia sudah mencintai pria itu bahkan dia tidak bisa mengelak kalau Julian memiliki sentuhan magnetic yang bisa membuatnya tergila-gila pada bos sekaligus suaminya itu.
Tapi, Nilaa tidak bisa dan tidak akan menjawab pertanyaan itu saat itu juga. Dia ingin menjaga harga dirinya di depan Julian maupun di depan Nenek Julian.
Julian muncul mengenakan kemeja biru tua yang membuatnya makin mempesona hingga Nilaa ingin sekali memeluk pria itu.
"Aku mau bertemu dengan Adrian dan Kendrick." Katanya.
Nilaa hanya terdiam. Entah kenapa dia curiga kalau Julian akan bertemu dengan Jasmine.
"Aku tidak mencintaimu, Julian." Nilaa ingin menegaskan meskipun hal itu bertentangan dengan suara hatinya.
Kedua daun bibir Julian terbuka tapi dia tidak bisa berkata-kata selain menyerang Nilaa dengan ciuman liarnya yang panas. Sayang, saat napas Nilaa mulai memburu Julian melepaskan bibirnya.
Dia pergi meninggalkan Nilaa tanpa sepatah kata pun.
"Untuk apa dia menciumku kalau dia akan menemui Jasmine?" Nilaa kesal pada Julian, tapi dia lebih kesal pada dirinya sendiri yang mau saja dicium Julian hanya karena pria itu bisa membuatnya meleleh.
Nilaa menelepon Suzanne dan Debora untuk datang ke apartemen Julian.
***
"Jadi kamu curiga kalau Julian dan Jasmine punya hubungan?" Debora tidak percaya kalau Julian seperti itu.
"Aku tidak tahu." Jawab Nilaa bimbang.
"Aku menduga hal yang sama dengan Nilaa. Oke, kita ikuti Julian."
"Julian sudah pergi lima belas menit yang lalu."
"Ayo, kita ke apartemenmu." Ajak Debora. "Kamu curiga Julian bertemu dengan Jasmine kan?"
Nilaa mengangguk. "Kalau nanti ada Julian di sana bagaimana?"
Suzanne dan Debora saling menatap.
Suzanne menjawab ragu. "Kamu marah pada Julian."
"Aku dan Julian menikah di atas kontrak yang kami tandatangani."
"Nilaa, ayolah, kamu bisa marah pada Julian. Tampar dia, hajar dia dan hajar juga Jasmine." Ide Suzanne terdengar buruk di telinga Debora.
"Yasudah, kalau kamu ragu-ragu kita di sini saja menunggu Julian pulang." Debora tidak mau melihat Nilaa menghajar suami dan adik tirinya.
Nilaa menggigit bibir dalam bagian bawahnya. "Oke, ayo kita ke apartemenku." Dia mengambil jaket di dalam lemari sebelum pergi menuju apartemen sempitnya.
***
Julian menenggak wine untuk ke sekian kalinya. Adrian mulai ragu untuk meneruskan pernikahan dan Kendrick tidak bisa berlama-lama di bar. Dia harus segera pulang sebelum istrinya mengomel di sepanjang malam.
"Oke, aku mengerti masalah yang menimpa kalian. Julian menikahi Nilaa tapi dia tidak ingin jatuh cinta pada Nilaa sedangkan dia tahu kalau perasaannya begitu kuat pada istrinya." Kendrick menoleh pada Adrian yang menatapnya lesu.
"Sedangkan Adrian berkebalikan dengan Julian. Adrian jenuh, bosan dan merasa muak pada Chelsea. Dia ingin bercerai tapi tidak semudah itu karena Chelsea adalah anak dari mantan gubernur. Perceraian hanya akan merusak reputasi ayah Chelsea. Dan aku tidak punya saran apa-apa untuk kalian. Kalian sudah dewasa, kalian tahu mana keputusan yang harus diambil."
Kendrick mengambil jaketnya dan kunci mobilnya di atas meja. "Aku tidak mau istriku marah karena aku pulang terlambat 30 menit. Bye!"
Kendrick meninggalkan Julian dan Adrian begitu saja tanpa memberikan solusi apa pun untuk masalah kedua temannya itu.
Julian dan Adrian kembali menenggak wine.
"Aku harus punya kekasih agar Chelsea menceraikanku." Adrian tahu ini ide paling konyol yang keluar dari mulutnya.
"Aku rasa aku juga harus punya kekasih agar perasaanku tidak sekuat ini pada Nilaa." Julian mengusap-usap wajahnya dengan kasar.
Dia tidak mau rasa cinta dan sayangnya pada Nilaa membesar. Karena dia menikahi Nilaa atas perintah neneknya. Ya, mungkin nenek Julian setuju kalau Julian dan Nilaa menikah sungguhan, namun tidak bagi Julian. Sulit baginya menerima Nilaa sebagai istri sungguhannya meskipun dia tahu perasaannya pada Nilaa. Saat perasaannya tertuju pada Nilaa maka dia akan kehilangan milyaran saham perusahaan.
Pikirannya tertuju pada Elena. Tidak. Dia tidak akan kembali pada wanita yang sinting seperti Elena. Dia perlu wanita yang akan membuatnya pikirannya teralihkan dari Nilaa.
***
Nilaa, Suzanne dan Debora memasuki apartemen tetangganya—seorang pria muda yang bekerja sebagai waitres di restoran sederhana. Namanya, Mike. Pria tampan yang lebih cocok bekerja sebagai aktor dibandingkan waitres.
"Lama tidak melihatmu?" Tanya Mike pada Nilaa sembari membereskan barang-barang yang berantakan di apartemennya yang sempit.
"Ya, maaf, Mike, aku ke sini bukan untuk bertamu. Aku ingin mengawasi apartemenku."
Mike terdiam sesaat. "Maksudmu?"
"Kami hanya ingin melihat-lihat apartemen Nilaa." Suzanne mencoba membuat Mike tidak curiga.
"Ya, bertamu juga." Debora mulai hilang fokus melihat ketampanan Mike.
"Jadi, ijinkan kami untuk berdiri di depan pintumu yang terbuka setengahnya saja." Suzanne membuka sedikit pintu apartemen Mike untuk mengintip ke luar.
Selama tiga puluh menit tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan.
"Mungkinkah mereka bertemu di luar?" Debora mulai mencurigai hal yang sama seperti kecurigaan Nilaa dan Suzanne.
"Ya, mungkin saja." Suzanne berkata ragu.
Dua jam berlalu dan akhirnya mereka memilih pulang setelah Suzanne mengetuk pintu apartemen, berpura-pura menanyakan Nilaa dan Jasmine hanya sendirian di apartemennya.
"Kita akan terus menguntit dan mengawasi mereka." Kata Suzanne sembari menyetir mobil.
"Mungkin kali ini kita gagal." Tambahnya.
"Aku tahu kamu mulai mencintai Julian, Nilaa. Tapi, Julian itu sulit ditebak." Debora mulai mengkhawatirkan keadaan Nilaa.
"Aku tidak mudah jatuh cinta."
"Kamu sudah jatuh cinta padanya." Suzanne menegaskan.
"Ya, kalau tidak, kamu tidak akan peduli apakah Julian itu sedang menjalin hubungan dengan Jasmine atau bukan."
"Yap!" Suzanne menoleh pada Nilaa yang tampak sendu.
Bibirnya bisa berbohong, tapi dia tidak bisa membohongi teman-temannya.
***
Follow akun Karyakarsa aku ya : Sabrinawd

KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Secretary (Adult 21+)
Romance"Well, aku tahu kamu membenciku, Nilaa." Julian mendekati Nilaa. "Aku tahu keinginanmu untuk resign dari kantor. Mungkin kalau hutangmu lunas kamu akan resign dari kantor." Dahi Nilaa mengernyit. "Hutang?" "Kamu memiliki hutang atas nama ayahmu...