23. Shella is out

138 22 2
                                    

Waktu benar-benar berlalu dengan sangat cepat, tak terasa kini Shella sudah di hari terakhir ia bekerja sebagai baby sitter. Ia akan mengakhirinya hari ini.

"Reyhan akan antar kamu sampai rumah Shell." Ucap Nindita.

"Ah gausah Bu, rumah ku jauh nanti merepotkan."

"Gaada merepotkan Shella." Kata Reyhan.

"Gausah kak, lagi pula jarak dari sini ke stasiun dekat kok."

"Sama aja."

"Terus kamu naik apa?." Tanya Irfan.

"Aku sudah pesan taksi pak tadi."

"Shell biar kita antar saja yaa?." Ucap Tasya.

"Ah gausah kak aku bisa sendiri kok. Dan aku juga mau sendiri aja."

"Setidaknya sampai stasiun." -Vano.

"Terimakasih atas kebaikan nya, tapi untuk saat ini aku tidak ingin merepotkan siapapun. Bahkan jika kalian memang merasa tidak keberatan."

Omah menghampiri Shella dan memeluk gadis itu dengan erat dan sedikit menangis. Bagaimana tidak anak itu sudah ia anggap anaknya sendiri.

"Hati-hati ya nak, jaga kesehatanmu belajar yang benar. Dan penuhi janjimu yang akan berkunjung setelah kuliahmu selesai."

"Iyaa omah, Shella berjanji."

Renara melepaskan pelukannya dan menatap Shella dengan dalam. Dapat Renara lihat jika gadis itu sedang hancur bahkan mata Shella tidak bisa berbohong soal itu.

Semua yang melihat itu ikut bersedih dan meneteskan air mata tanpa mereka sadari. Shella memang benar-benar sangat berpengaruh di keluarga ini. Jadi, pantas saja jika mereka menangis dan bersedih.

Shella menoleh kearah chio dan melihat anak itu sedang merajuk dengan Shella. Lalu Shella mendekat dan berjongkok di depan chio. Shella mengulur kan tangannya untuk memeluk chio namun anak itu membuang muka dan tak ingin melihat kearah Shella.

"Chio gak mau peluk ncuss?."

Chio akhirnya mau menoleh kearah Shella lalu anak itu berdiri dan memeluk Shella dengan erat sambil menangis.

"Heii kok nangis?."

"Chio Ndak mau ncuss pelgi."

Shella mengelus punggung anak itu dengan lembut dan mendengarkan ocehan chio yang seolah memarahinya.

"Sudah marah nya?." Tanya Shella setelah chio berhenti bicara.

"Sudah."

"Sekarang dengarin ncuss. Waktu itu kan ncuss sudah bilang kan ke chio. Kalau waktu itu berjalan bagai-"

"Mobil yang lagi balapan." Sela chio.

"Nah chio tau kan. Kalau chio baik-baik nanti waktunya gak berasa. Dan nanti chio bisa bertemu dengan ncuss lagi. Oke?."

"Apakah akan secepat itu?."

"Yaa, itu akan wussh gitu."

"Wwuushh gitu ya ncuss."

"Hahaha iya sayang."

"Tapi ncuss janji akan beltemu chio lagi."

"Janji dong."

"Jika tiba waktunya ncuss akan datang dan temui chio, oke."

"Okee."

"Anak pintar. Hug lagi dong taksinya sudah mau sampai."

Chio kembali memeluk Shella. Semua yang menyaksikan seperti ada yang menusuk hati mereka. Melihat interaksi keduanya sangat mengharukan.

"Chio nanti, kalau sudah sekolah belajar yang pintar ya nak. Chio harus jadi murid yang nurut kata guru. Dan chio gak boleh nakal, karena kalau nakal nanti gaada teman nyaa." Chio mengangguk di pelukan Shella.

"Ncuss pamit dulu yaa sayang, chio sama ncus Sinta yang baik-baik yaa gak boleh usilin ncus nya, oke."

"Oke."

Shella melepas pelukannya dan lalu berdiri. Taksi yang di pesan Shella sudah sampai di depan rumah.

"Kak titip chio yaa." Ucap Shella kepada Sinta.

"Iyaa Shell." Jawab Sinta.

"Aku pamit dulu yaa semuanya."

"Hati-hati Shella."

"Pasti."

"Baik-baik ya Shella."

"Pasti kak, pamit dulu yaa. Kalian baik-baik. Dadah semuanya, terimakasih."

Shella keluar dari rumah itu dan masuk kedalam mobil taksi yang ia pesan, jujur Shella sangat berat meninggalkan mereka karena ia juga sudah merasa memiliki keluarga kedua.

Namun nyatanya cepat atau lambat Shella memang akan berpisah dengan keluarga itu. Dan kali ini mungkin terlalu cepat tapi mungkin juga tidak.

Tanpa ia sadari Shella menangis di dalam mobil itu, hatinya sangat sakit dan pikiran nya sangat bising. Rasa sakit ini berkali lipat di banding dahulu.

Shella menatap jalan dengan kabur karena air mata yang menggenang di matanya. Ntah untuk yang ke berapa kali Shella harus menangis seperti ini.

Di saat ia melamun menatap jalan, tiba-tiba mobil taksi yang ia tumpangi berhenti secara mendadak hal itu membuat Shella terkejut.

"Ada apa pak?." Tanya Shella.

"Maaf mba itu ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depan kita." Ucap sopir taksi tersebut.

"Oh astaga."

Si pemilik mobil yang mengejutkan itu turun dan menghampiri mobil mereka, lalu mengetuk kaca bagian sopir.

"Maaf pak penumpang bapak itu kekasih saya, saya yang akan membawanya."

"Tapi mas."

Pria itu mengeluarkan uang dari dalam dompetnya beberapa lembar ratusan.

"Ambil saja pak, anggap saya membayar atas kesalahan saya barusan."

"Maaf mba saya menurunkan mba disini, dan mba bisa melanjutkan perjalanan dengan mas ini." Ucap sopir taksi itu kepada Shella.

"Kak Rafa."

Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang