29. Amel Pregnant

131 22 0
                                    

Amel sudah teratasi dan sudah di pulangkan kerumahnya. Dan kini hanya mereka berdua di kamar tidur itu.

"Shella." Panggil lembut Rafa.

"Apa?."

"Shella percaya sama saya, itu bukan anak saya."

"Tapi kak Amel bilang itu anak kakak."

"Shella saya bersumpah, saya tidak pernah meniduri Amel."

"Lalu bagaimana bisa kak Amel masuk kedalam sini?."

"Saya juga tidak tahu Shella, saya akan tanyakan kepada keamanan disini."

"Tengah malam, seorang wanita datang ke apart laki-laki dan lolos begitu saja di keamanan, jika bukan sudah sering atau tinggal disini, itu mustahil."

"Shella."

"Kak aku harus gimana? Lagi-lagi ini terjadi, itu semakin sulit kak."

"Untuk saat ini, saya mohon kamu di pihak saya."

Dering telepon Rafa membuat pembicaraan terhenti. 

"Saya angkat telepon sebentar."

Rafa keluar dari kamar dan meninggalkan Shella sendiri. Apa yang Shella lakukan? Tentu saja ia sedang menangis.

Sakit sekali rasanya hati Shella. Bagaimana tidak, lelaki yang beberapa saat lalu berjanji akan menyembuhkan lukanya, justru ia semakin menambah luka tersebut.

Lebih dari tersayat pisau, hati Shella kini telah hancur. Bagaimana ia akan menyembuhkannya.

Pesan masuk yang bertubi-tubi memenuhi handphone Shella. Ia membukanya dan melihat si pengirim.

____________

Kak Tasya...

Shella
Shell kamu gapapa?
Shella jawab aku

Aku gapapa kak

Syukurlah
Shella untuk saat ini, percaya sama Rafa
Tidak bukan membela
Kita tahu betul seperti apa Rafa
Anak-anak disini lagi ngurus masalah itu dan akan langsung di proses besok pagi
Tolong untuk saat ini percaya kepada Rafa dan kita

Sakit kak
Hatinya Shella sakit
Shella gak tahu harus gimana
Rasanya Shella ingin mengakhiri semuanya
Shella mau pergi jauh dari sini
Shella udah gak kuat lagi kak
Begitu banyak hal buruk yang terjadi

Hei-hei
Ini bukan Shella yang gue kenal
Mana Shella yang gak gampang menyerah
Lo pasti bisa
Ada gue ada anak-anak di belakang lo
Jangan beranggapan setelah lo keluar, hubungan lo juga terputus
Gak Shella, kami sepenuhnya masih mendukung lo
Gue dan anak-anak akan temui kalian berdua besok

_______________

"Tuhan, apa yang kau rencanakan sebenarnya." Lirih Shella menutup handphonenya.

Ia memukul-mukul dadanya, terasa sangat sesak di dalam. Ia menangis dan sedikit membenci dirinya.

"Kenapa? Kenapa harus aku tuhan. Aku gak sekuat itu."

Ia menangis hingga tak terasa rasa kantuk itu datang dan ia tertidur di lantai sambil memeluk lututnya.

Rafa kembali datang dan melihat Shella tak ada di dalam kamar, ia sedikit panik namun akhirnya ia menemukan Shella yang tertidur dengan posisi duduk.

"Hei kok tidur disini." Ucap Rafa mengelus rambut Shella.

Rafa mengangkat tubuh ramping Shella dengan mudah dan memindahkannya ke kasur agar lebih nyaman.

Saat Rafa sudah meletakkan Shella tiba-tiba mata Shella terbuka dan sorot mata itu langsung mengenai Rafa.

"Sudah tidur lagi." Kata Rafa dengan tersenyum dan membelai lembut pipi Shella.

Namun Shella justru menangis tiba-tiba dan membuat Rafa panik.

"Loh kenapa? Ada yang sakit? Dimana yang sakit."

Shella menangis semakin menjadi dan meletakkan tangannya sendiri di bagian hati.

"Disini, sakit sekali." Katanya.

Rafa terdiam dan ikut berbaring di depan Shella. Ia menjadikan tangannya bantalan untuk Shella. Dan memeluk gadis itu dengan erat.

"Maafkan saya, maafkan saya." Lirih Rafa.

Shella terus menangis di dalam pelukan Rafa hingga beberapa waktu akhirnya Shella terdiam dan tertidur. Rafa dapat mendengar deru nafas teratur Shella yang juga menyapu lehernya.

"Persetan dengan semuanya! Saya akan selesaikan besok saya janji, dan setelahnya biarkan saya menyembuhkanmu." Ucap Rafa dengan air mata yang menetes.

→→→→→→→→→→

Beberapa waktu lalu.

"Rafa aku hamil anak mu." Ucap Amel dengan lantang.

"A-apa maksudnya kak?." Tanya Shella.

"Lo harus tau, orang yang telah lo rebut itu akan segera menjadi seorang ayah. Lo gak tau diri lo-"

"CUKUP!." Bentak Rafa.

"Pergi dari sini, sebelum gue yang bunuh lo dan anak yang lo kandung."

"Rafa kenapa kamu jahat sekali."

"Jahat? Gak berkaca? Siapa yang buat gue berantakan kaya gini kalau buka LO!."

"Rafa apa maksud kamu?."

"Berhenti bersandiwara dan pergi dari sini sekarang!."

"Aku gak akan pergi. Yang harus pergi dari sini adalah Shella."

Rafa sudah tidak bisa menahan emosinya, dan langsung menarik tangan Amel dengan paksa keluar dari kamar mandi. Membanting pisau yang ada di tangan Amel, dan menggeret nya keluar dari apartemen.

"Rafa kamu harus tanggung jawab, ini anak mu."

"Anak ku? Kau bercanda! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN SUDI MENIDURI GADIS BEKAS SEPERTI DIRIMU."

"Berapa kali kau tidur dengan pria dalam satu malam? Kau pikir aku bodoh? Salah satu pria yang sudah meniduri mu itu adalah mata-mata ku. Dan dengan bodoh kau datang kepada ku dan mengaku ini anak ku? temui aku besok di kantor polisi. Buktikan Anak siapa yang ada di perutmu itu."

Rafa membanting pintu apartemen dengan penuh emosi. Ia langsung tersadar dan berjalan kembali kearah Shella, membawa gadis itu masuk ke kamar dan Rafa menghubungi keamanan dan akan memblacklist Amel dari apartemen tersebut.

Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang