51. An unfinished ending

262 14 2
                                    

Shella turun dari pangkuan Rafa, dan hendak pergi.

"Mau kemana?." Rafa menahan tangan Shella.

"Kan kakak mau kerja lagi."

"Disini saja."

"Apakah tidak menggangu?."

"Tidak sayang."

Shella tersenyum manis dan kembali duduk di pangkuan Rafa, ia menghadapkan tubuhnya kepada Rafa, dan menyandarkan kepalanya di bahu milik pria itu.

Ini terasa sangat nyaman, ia dapat menghirup aroma tubuh Rafa yang dapat menenangkan dirinya.

Rafa tersenyum dan memeluk pinggang Shella, lalu sedikit memajukan kursinya agar lebih dekat dengan meja.

__________

Kalian tahu, salah satu kelemahan laki-laki itu ada pada bagian lehernya? Ya. Rafa mati-matian menahan rangsangan yang menghinggapi dirinya.

Bagaimana tidak sudah hampir 30 menit Shella tertidur di ceruk leher Rafa. Hembusan nafas Shella dan tak jarang pula hidung dan bibirnya Shella menyapu ceruk leher tersebut.

"Oh ayolah Rafa lo pasti bisa!" Gumam Rafa dalam hati.

Rafa benar-benar hampir menyerah, hei lagi pula. siapa yang tahan akan hal itu? Posisi saat ini bukankah sedikit ambigu?

Shella terusik karena Rafa yang gelisah, gadis itu menggeliat dan mengangkat kepalanya. Rafa yang melihat itu, sedikit kecewa dan merasa lega juga.

"Sudah bangun?." Tanya Rafa, Shella menggeleng.

"Mau tidur lagi." Shella kembali menggeleng.

Gadis itu lalu kembali memeluk Rafa, ia belum sepenuhnya sadar.

"Aku laper." Gumam Shella yang di dengan Rafa.

"Mau makan apa, hm?."

"Gak tau."

Rafa sedikit memundurkan kursinya untuk memberi ruang kepada Shella.

"Mau saya buatkan sesuatu?."

"Apa?." Shella kembali mengangkat tubuhnya.

"Kamu maunya apa?."

"Terserah kakak."

Rafa memeluk pinggang Shella dengan tangan satu dan yang satunya di letakkan dibawah bokong Shella. Rafa menggendong Shella seperti koala.

Pria itu membawa gadis di pelukannya menuju dapur, dan saat tiba Rafa mendudukkan Shella di meja marmer yang ada di dapur.

Shella dengan tenang diam melihat Rafa kesana-kemari sibuk menyiapkan apa yang mau di masak. Rafa terlihat keren ketika ia sibuk dengan masakannya.

"Kakak." Rengek Shella.

"Iya sayang?."

"Mau lihat." Shella mengulurkan tangannya.

Rafa kembali menggendong Shella dan mendekatkannya kearah tempat Rafa masak. Pria memegang tubuh Shella dengan tangan satu dan tangan  yang lain sibuk mengaduk makanan.

"Mau coba?." Tanya Rafa.

"Mau."

Rafa mengambil dengan sendok dan meniupnya, lalu memberikan kepada Shella.

"Bagaimana?."

"Enak."

Sekitar 20 menit makanan siap dan Shella di bawa Rafa ke tempat makan, lalu Rafa menyiapkan segalanya.

______________

Malam sudah menunjukkan dirinya. Kini sepasang manusia itu telah siap selesai mandi, Rafa sudah kembali sibuk dengan kerjaannya dan Shella yang bosan hanya menonton tv.

"Kak." Suara manja Shella kembali terdengar.

"Apa sayang?."

"Bosan."

"Terus kamu mau apa?."

"Gak tau."

"Gak tau?."

"Iyaa."

"Sebentar yaa, ini akan selesai sebentar lagi."

Shella berjalan kearah Rafa dengan tangan yang menenteng cemilan. Ia menarik kursi lain dan duduk di sebelah Rafa.

Gadis itu melakukan apapun yang ia bisa lakukan, menelpon seseorang, bermain game, menjahili Rafa, duduk di pangkuan Rafa, berbaring di atas pangkuan Rafa, bahkan mengganggu kerja Rafa. Hingga akhirnya, ia sudah berada di puncak bosannya.

"Masih lama?."

"Tidak, saya akan mengirim email habis itu selesai."

"Lamaaa."

"Tidak sayang, mau lihat?."

Shella mengangkat kepalanya dan melihat kearah laptop lalu dengan gesit jari Rafa menari di atas keyboard lalu satu email terakhir terkirim.

"Dah, selesai."

"Sudah?."

"Iya sudah, sekarang kamu mau apa?."

"Mau sama kakak."

"Ayo."

Rafa kembali menggendong Shella dan membawanya ke tempat santai, duduk di sebuah sofa.

Mereka menikmati malam itu dengan senang dan bergembira, keduanya memulai semua dari awal dan mencoba untuk lebih saling terbuka, dan mencoba untuk lebih mengerti satu sama lain. Karena mereka sudah dewasa dan ini bukan lagi ajang untuk siapa yang harus mengerti siapa.

Usia mereka yang menunjukkan kedewasaan masing-masing, dan usia dimana ini bukanlah untuk bermain-main, mereka di haruskan menjalin hubungan yang lebih waras dan lebih dewasa pula.

Shella, gadis itu sudah belajar untuk kembali membuka hatinya. Dan Rafa, pria itu tidak memaksa Shella untuk langsung membuka sekaligus hatinya, karena ia paham itu tidak akan mudah, dan Rafa sudah memberi tahu Shella untuk melakukannya perlahan. Karena Rafa juga ingin membangun semua dari awal dan membuka lembaran baru.

Malam itu tuhan memihak keduanya, mereka tidak akan lagi di pisahkan namun akan terus di uji selama mereka menjalankan hubungan.










•••••••••••

Untuk yang kesekian kalinya aku berterimakasih kepada tuhan atas apa yang telah ia berikan kepadaku. Tak lupa pula aku berterimakasih untuk sebuah pertemuan yang menyakitkan namun sangat menyenangkan. Terimakasih tuhan! Karena telah mengirimkan sesosok pria yang selalu menghiasi doa-doa ku selama ini. Kenyataan yang sudah aku temui adalah awal dari kebahagiaan yang abadi.

Note from shella

•••••••••••••

God, that girl is mine, let me take care of her, let me love her when the universe hates her. I will always be by his side and be a hero who is always there for him I don't know what other words to express that I am very lucky to have a girl like her. Thank God for the first time in my life I have meaning to be a person.

Note from Rafa

Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang