48. Sulking

98 16 3
                                    

45 menit kemudian Rafa sudah sampai di rumah Shella. Gadis itu sudah berganti pakaian dan hanya bersantai di ruang tamu.

"Permisi." Ucap Rafa di depan rumah Shella.

Shella yang melihat itu, langsung berdiri dan berjalan kearah pintu, ia hanya mengenakan hotpant dan kaos oversize.

"Kenapa?." Ketua Shella.

"Ada Rafa." Ucap Irwansyah tiba-tiba dari arah samping.

"Pak." Salam Rafa.

"Baru sampai?."

"Iya pak, baru saja."

"Silahkan masuk."

"Terimakasih."

"Tidak usah sungkan."

Rafa hanya tersenyum dan masuk, lalu duduk di ruang tamu bersama dengan Irwansyah dan juga Shella.

"Shella ambilkan minum." Pinta Irwansyah.

"Tidak usah repot-repot pak."

"Tidak apa-apa, kamu pasti lelah."

Shella berjalan kearah dapur, dan itu terus di perhatikan oleh Rafa. Irwansyah yang tahu situasinya langsung memahami itu.

"Dia hanya sedang merajuk, di tambah dia juga sedang datang bulan."

"Iya pak, Rafa tahu. Maaf ya pak."

"Untuk apa minta maaf? Bapak tahu betul sifat Shella itu. Karena dia mewarisi sifat ibunya. Dia tidak bisa marah lama-lama denganmu."

Rafa hanya diam mendengarkan apa yang sedang Irwansyah bicarakan.

"Bapak tidak sedang memuji Shella, hanya saja bapak katakan. Dia anak baik dan juga anak yang pintar, dia bisa memahami seseorang hanya dengan melihat orang itu, dan dia juga mampu menahan beban yang ia pikul seorang diri. Kamu pasti sudah mendengar cerita masa lalu dia bukan?."

"Sudah."

"Bapak waktu itu sempat hampir putus asa akan masa depan Shella, saya marah dengan orang yang sudah menyakiti anak saya, terlebih dia adalah anak perempuan. Saya selalu berdoa kepada tuhan, untuk membantu Shella melewati masa sulitnya karena cuma tuhan dan Shella yang bisa, kita hanya bisa memberikan dukungan dan semangat untuknya."

"Masa-masa itu adalah masa dimana saya merasa gagal menjadi seorang bapak karena gagal menjaga anaknya dari pria macam itu. Saya sangat mengutuki diri saya sendiri pada saat itu, dan saya sudah pasrahkan semua kepada tuhan. Jika memang Shella tidak mampu lagi menahan beban yang ia pikul dan lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya saya akan ikut bersamanya dan menghadap Tuhan bersama-sama, karena saya berpikir jika saya bersama Shella disana, setidaknya saya berguna dan bisa menemani dia di kehidupan selanjutnya itu yang selalu terlintas di pikiran saya."

"Namun saya salah, ternyata anak saya mampu untuk melalui itu, dan mau kembali menjalani hidup. Cukup lama hingga akhirnya ia membawa kabar di pulang kerjanya, bahwa ia sedang jatuh cinta lagi dengan seorang pria yang ia temui. Dan itu adalah kamu. Saya masih ingat bagaimana seri di wajahnya saat dia bercerita tentang dirimu kepada saya. Dan saya dapat menebak bahwa kamu adalah orang baik yang tuhan kirimkan untuk anak saya. Dan saya percaya itu."

Rafa sangat tertegun mendengar penuturan kata yang Irwansyah ucapkan, hati nya sangat terharu dan sangat merasa bersalah juga.

"Tapi sepertinya, Rafa bukan orang yang baik pak."

"Kenapa kamu berbicara seperti itu?."

"Karena saya masih suka membuat Shella menangis dan secara tak sengaja membuat Shella kecewa seperti saat ini."

"Dalam setiap hubungan pasti ada saja masalahnya, hanya perlu kepercayaan masing-masing kepada pasangan maka masalah itu akan hilang dengan sendirinya."

"Makasih ya pak, sudah percaya dengan Rafa."

"Yaa, bapak titipkan dia kepadamu, jika memang kalian berjodoh dan berakhir menikah. Maka bimbinglah dia ke jalan yang benar beritahu dia dengan baik-baik jika dia tidak bisa di beritahu maka marahi lah dia, dan jika masih tidak bisa di beritahu kembalikan dia kepada saya."

"Rafa berjanji pak, Rafa akan menjaga Shella dengan baik dan akan membimbing dia kejalan yang benar dan Rafa akan tunjukkan itu kepada bapak." Ucap Rafa dengan bersungguh-sungguh.

"Bapak percaya sama kamu."

"Terimakasih pak."

Irwansyah tersenyum, tak lama kemudian Shella datang membawa secangkir teh.

"Yasudah bapak pergi dulu." Ucap Irwansyah sambil berdiri.

"Bapak mau kemana?." Tanya Rafa.

"Bapak mau beli pestisida dan yang kawan-kawannya."

"Mau Rafa antar pak?."

"Tidak usah, bapak pergi sama pamannya Shella."

"Oh baiklah pak, hati-hati."

"Iyaa."

"Oh ya pak satu lagi, maaf."

"Ada apa?."

"Rafa mau ajak Shella untuk staycations di puncak semalam."

"Pergilah, bapak izinkan. Shella sudah siap sejak kemarin."

"Paaakk." Rengek Shella.

"Loh bukannya benar?."

"Gak tau ah malas."

Irwansyah hanya tertawa melihat tingkah putrinya tersebut.

"Terimakasih pak." Ucap Rafa.

"Sama-sama, kalian hati-hati. Bapak titip Shella jangan sampai hilang."

"Hahaha baik pak."

Irwansyah lalu keluar dari rumah dan hanya menyisakan Shella dan Rafa di dalam rumah itu.


Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang