11. Poor Shella

185 36 2
                                    

"Yaudah Tante aku pamit pulang dulu ya." Ucap Amel ke Kirana.

"Iya Amel hati-hati."

"Shell gue pulang dulu." Pamit Amel ke Shella.

"Iya kak hati-hati ya."

Amel tidak merespon apapun dan hanya tersenyum lebar kearah Kirana, lalu tersenyum tipis kearah Shella.

Lihatlah bukankah sudah sangat terasa bahwa Amel tidak menyukainya. Cara bicara Amel ke Shella pun sangat berbeda dan terkesan ketus. Ia tidak mengada-ada bahkan ada kesempatan Kirana tidak bersama mereka Amel selalu menunjukkan kemesraannya dengan Rafa waktu mereka berpacaran.

Ya Amel adalah mantan Rafa. Shella baru melihat Amel hari ini, namun ia sudah tahu kalau Amel adalah mantan pacar Rafa.

_______________
Beberapa menit lalu.

"Sorry ya Shell, bukannya gue mau pamer. Tapi dulu Rafa sering banget kasih gue barang-barang ber merk bahkan Rafa gak mau gue terlihat biasa aja, karena Rafa benci melihat cewek berpenampilan tidak menarik."

Ucap Amel dengan memandangi Shella, seolah Shella adalah orang yang di maksud tidak menarik itu.

"Dan lo mau tau sesuatu lebih gak?."
"Mana nomer telpon lo, nanti kita lanjut di pesan saja."

Shella ingin menghilang dari hadapan Amel. Namun dia tidak bisa.

"Jujur ya Shell, Rafa tuh masih suka minta gue buat dateng kerumahnya. Kek sekarang ini."
"Dan juga Rafa tuh sering banget ngajak gue jalan keluar."
"Dia kaya belum bisa move on dari gue Shell."
"Eh btw gue gak bermaksud apa-apa ya ngomong kaya gini."

Tuhan. Bisakah ia tuli untuk sesaat. Shella tidak bisa mendengar hal seperti itu, karena ia akan terus memikirkannya.

"Oh ya, lo baby sitter keponakannya Reyhan ya."

Reyhan adalah adik Bu Nindita anak kedua omah.

"Gue gak bermaksud loh ya Shell."
"Rafa dia tuh ilfill dan gak suka banget sama cewek-cewek yang kerja gituan."
"Kata Rafa, gak berpendidikan dan berakhir menjadi babu anak kecil."
"Eh Lo jangan tersinggung ya."
"Mungkin Lo bukan termasuk, karena kalau iya mana mungkin Rafa mau."
"Eh sorry ya gue bukan bermaksud nyinggung lo kok, gue cuma mau ngasih tau aja."

Shella ingin menangis namun tidak mungkin jika ia menangis saat itu. Kenapa Amel berbicara seperti itu, dan kenapa kak Rafa mau dengannya jika memang ia membenci seseorang yang bekerja seperti dirinya.

________________

"Shella." Panggil Kirana.

"Ah ya mah."

"Kamu kenapa bengong? Kamu capek."

"Hm enggak kok mah."

"Oh iya itu Amel."

"Mantan kak Rafa."

"Loh kamu tau?."

"Tau kok. Cuma aku baru pertama kali lihat kak Amel. Sebelumnya aku hanya mendengar namanya saja."

"Oalah, seperti itu. Iya itu Amel mantan nya Rafa."

"Maaf aku mau tanya."

"Mau tanya apa?."

"Kak Amel sering kesini ya mah?."

"Waktu mereka masih berpacaran iya sering kesini."

"Oh gitu."

"Iya, dan mamah gak sering dirumah waktu itu. Selalu ikut papahnya Rafa ke luar kota."

"Gitu ya mah."

"Iya, kenapa?."

"Ah gapapa aku cuma tanya aja."

"Mamah dengar kok yang tadi kalian bicarakan."

"Hmm maksud mamah?."

"Iya waktu kamu bicara sama Amel tadi. Gak banyak si orang gak sengaja juga mamah dengarnya."

Shella menunduk dan merasa malu. Ia menggenggam tanya sendiri dengan erat.

Kirana melihat Shella yang menunduk seolah merasakan apa yang Shella rasakan.

"Amel jahat ya?."

"Hah? Enggak kok mah, kak Amel baik."

"Kalau baik mana mungkin Amel bikin kamu bengong terus kaya tadi."

"Enggak kok mah, kak Amel itu baik. Buktinya kak Rafa masih suka ngajak jalan kak Amel. Masih suka telponan sama kak Amel. Ya kaya tadi, kak Rafa baru ngabarin aku pas lagi jalan kesini, dan sedangkan kak Amel sudah saling bicara sama kak Rafa lewat telpon."

"Maaf ya nak."

"Kenapa minta maaf mah?."

"Ya mamah merasa gak enak sama kamu."

"Gak perlu merasa gak enak mah, lagian juga kak Rafa gak salah. Itu wajar aja sih kan kak Rafa kenal kak Amel jauh dari Kak Rafa kenal aku. Jadi butuh waktu buat lupain semuanya dan itu gak mudah. Terus aku juga masih pendatang."

"Mamah senang sekali Rafa dapat menemukan orang seperti kamu."

"Kenapa?."

"Mamah seperti melihat masa muda mamah di kamu."

"Oh ya mah?."

"He'em."

Shella hanya tersenyum kearah Kirana. Lalu Kirana mengusap kepala Shella dengan senyum yang lembut.

"Yang Amel katakan itu gak bener, dan kamu orang yang tepat untuk Rafa. Bukan kebetulan atau kesengajaan. Tapi kalian sudah takdir untuk bertemu dan bersama. Mamah harap Rafa gak ngelakuin kesalahan yang lebih fatal terhadap kamu."

Tidak ada yang Shella katakan selain hanya senyuman yang terlontar dari bibir cantiknya. Setidaknya jika memang ini takdir, ia sangat berterimakasih kepada tuhan karena telah mempertemukannya dengan sosok seperti Kirana.

 

Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang