28. What else is this?

108 20 3
                                    

Hampir 2 jam mereka di dalam restoran tersebut dan hanya menyisakan beberapa pengunjung yang masih menikmati makan mereka.

Shella sudah sangat merasa kenyang begitupun dengan Rafa. Keduanya tak sanggup lagi untuk menghabiskan makanan yang bahkan belum mereka sentuh.

Rafa mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan seorang waitress.

"Iya kak ada yang bisa di bantu."

"Mba tolong ini di take away saja." Ucap Rafa.

"Baik kak, ada lagi?."

"Oh ya sekalian saya minta bill nya."

"Baik itu saja, ada lagi?."

"Tidak."

"Baik, saya permisi."

Waitress itu pergi dengan membawa makanan yang hendak di bawa pulang.

"Kenapa cemberut?." Rafa menoleh kearah Shella yang sedang mengerucutkan bibirnya.

"Handphone aku mana?."

"Loh saya gak tahu, kamu simpan dimana?."

"Ya aku juga gatau."

"Ketinggalan di apart mungkin."

"Ishh."

"Kamu mau apa memang?."

"Aku bosen."

Rafa merogoh saku celananya dan mendapati 2 handphone disana.

"Ini pakai handphone saya dulu." Ucapnya dengan mengulurkan handphone.

"Gak."

"Katanya bosan, ini kamu pakai dulu."

Diam sesaat sambil memperhatikan handphone yang masih berada di tangan Rafa.

Lalu dengan ragu shella menerimanya, dan saat membuka handphone ia terkejut sekaligus berdebar kencang hatinya. Shella melihat jelas photo dirinya yang menghiasi layar handphone itu.

"Kenapa gak di ganti?." Gumam Shella namun di dengar Rafa.

"Apanya?."

"Wallpaper nya."

"Memang kenapa?."

"Nanti kak Amel liat dia marah."

"Harus berapa kali saya katakan kalau saya dengan Amel sudah tidak ada hubungan apa-apa."

"Oh iya, handphone untuk kak Amel beda yaa. Pantas ada 2 handphone."

"Shella ini handphone kerja saya sayang. Kamu bisa cek."

"Gamau ganggu privasi orang."

"Shella ayolah." Rafa sudah sangat bingung menghadapi sisi Shella yang seperti ini.

"Kenapa? Gak suka."

"Bukan seperti itu maksudnya sayang."

"Permisi kak ini bill nya." Tiba-tiba seorang waitress datang.

Rafa menoleh dan mengecek bill tersebut. Mereka menghabiskan kurang lebih 4jt untuk beberapa makanan saat itu.

"Baik, terimakasih kak."

"Sama-sama."

Shella kembali diam ia sibuk mengutak-atik handphone Rafa.

"Shella." Shella yang di panggil menoleh.

"Kita lanjutkan dirumah, ayo."

Rafa menenteng makanan dan mengandeng Shella juga, jika di lanjutkan debat disini maka hanya akan menarik perhatian pengunjung lainnya.

Mereka berjalan kearah parkiran dan masuk kedalam mobil. Meninggalkan tempat itu dan melaju menuju apartemen. Tidak ada pembicaraan diantara keduanya, mereka sampai dengan waktu 15 menit. Jalanan sudah sepi hanya ada beberapa yang masih berkendara.

Sesampainya di kamar apartemen Shella langsung menuju kamar tidur dan disusul dengan Rafa.

"Ada handphonenya?." Tanya Rafa.

"Gaada."

"Terakhir kamu simpan mana?." Ucap Rafa sembari menghubungi nomer Shella.

Suara dering terdengar dari dalam kamar mandi, keduanya saling bertatapan dan Shella mendekat kearah Rafa.

"Seingat ku di simpan di kasur, setelah membalas pesan El." Kata Shella sambil menatap Rafa.

Rafa yang merasa janggal itu mencoba melindungi Shella dengan menjadikan dirinya sebagai tameng.

"Tetap di belakang saya."

Shella mengikuti instruksi dari Rafa dan berjalan beriringan menuju kamar mandi. Dengan perasaan takut Shella meremas ujung kaos Rafa.

"Kak, kita pergi saja."

"Jika pergi, kita tidak akan tahu siapa yang berada di dalam."

"Tapi kak."

"Ada saya, kamu gausah takut. Jangan jauh-jauh dari saya."

Setelah dekat Rafa menendang pintu kamar mandi dengan keras hingga pintu itu terbuka.

Setelah Rafa masuk dan mendapati seorang wanita berdiri di pojok memegang sebuah pisau.

"Apa yang kamu lakukan disini." Ucap Rafa.

"Kak sia-" Shella mendekat dan melihat siapa yang di maksud Rafa.

"Kak Amel."

"LO PERUSAK SHELLA!." Teriak Amel.

"APA MAKSUDMU?!." bentak balik rafa

"Rafa aku gak mau hubungan kita berakhir. Jangan karena jalang sialan itu kamu menjauhi ku."

"Jaga ucapan mu Amel!." Rafa menegaskan suaranya.

"Rafa kamu gausah buta, karena dia hubungan kita berakhir sia-sia. Jika perempuan itu tidak ada makan kita akan baik-baik saja."

"Ada atau tidaknya Shella hubungan kita akan tetap berakhir."

"Kamu bohong Rafa, kamu sangat mencintaiku. Dan kamu hanya menjadikan Shella pelampiasan."

"Tutup mulutmu Amel. Aku tidak pernah sekalipun mencintaimu, kau yang membuatku menjadi gila denganmu karena sebuah pengaruh buruk."

Yang Rafa maksud adalah, Amel sudah membuatnya gila karena Amel memakai seorang dukun di kampungnya agar Rafa jadi tergila-gila dengannya. Rafa yang mengetahui itu sangat tidak percaya namun akhirnya ia di ajak Revan pergi ke orang pintar untuk memutusnya.

"Aku tidak terima Rafa!."

"Itu urusan mu! Pergi dari sini aku tidak ingin melihat dirimu lagi."

"Rafa kamu harus terima aku. Jika tidak aku akan bunuh diriku beserta anak yang ada di dalam rahimku."

"Apa maksudmu Amel!."

"Rafa aku hamil anak mu."

Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang