32. Earlier?

100 18 0
                                    

Mereka berdelapan menikmati makan siang itu. Rafa yang tak henti memandangi Shella membuat si empu merasa terganggu.

"Bisa berhenti gak liatin nya?." Geram Shella.

"Kenapa?."

"Aku nya jadi gak enak."

"Biasanya kamu suka kalau saya liatin."

"Sekarang enggak."

Perkataan spontan Shella membuat semua terkejut hingga Bilqis terbatuk.

"Uhuk-uhuk. Sialan, mampus lo raf." -Bilqis

"Gue di pihak lo Shell." -Meiysa

"Gue juga." -Tasya

"Jangan di kasih kencang Shell, lepas terus." Ledek vano.

Semuanya tertawa mendengar ucapan vano.

"Iya-iya saat ini saya gak akan liatin kamu, tapi tidak nanti." Kata Rafa.

"Helah drama lo." -Reyhan

"Si Rafa bakat jadi pemain teater." -Gibran.

"Setuju." Serempak mengatakan yang sama kecuali shella.

"Sialan kalian semua." Rafa mengacungkan jari tengah nya.

Semua kembali hening hanya ada dentingan dari sendok masing-masing. Saat tengah asik suara notifikasi pesan berbunyi dari handphone Shella. Karena saat itu handphonenya ada di tangan Rafa jadi Rafa yang melihat siapa si pengirim pesan.

"Kevin siapa?." Tanya Rafa.

"Bukan siapa-siapa."

"Dia bilang kangen sama kamu, masa kamu gak tau."

"Ya memang aku gatau?."

"Shella jawab saya dengan benar."

"Aku beneran gak tau siapa dia, yang aku tahu dia adalah masa laluku."

Hening, tidak ada lagi jawaban dari Rafa.

"Kayaknya kita gak pas kalau bahas itu disini." -Meiysa

"Kak Rafa yang bahas duluan."

"Lo sih raf." -Tasya

"Oke saya minta maaf."

Mereka makan dengan hening tidak ada lagi pembahasan tentang apapun. 2 jam lebih berada di tempat tersebut. Hingga akhirnya mereka pergi namun tidak langsung pulang, mereka berbelanja sebelum pulang.

"Mampir ke Dior bentar yok ada yang mau gue beli." -Meiysa

"Lo mau beli apaan mei?." -Bilqis

"Tas, kemarin gue liat keren deh."

"Yaudah ayo."

Tasya, Bilqis Shella juga Meisya berjalan lebih dahulu di depan para laki-laki. Mereka masuk ke store Dior dan langsung memilih apa yang mereka inginkan.

Sementara para laki-laki, mereka mengikuti dari belakang kemana para wanita itu pergi.

"Ada apa dengan Kevin?." Tanya vano tiba-tiba.

"Ada nomor tidak di kenal mengaku Kevin dan bilang kalau dia kangen sama Shella." Jawab Rafa.

"Kok bisa?." -Gibran

"Dia bilang tadinya dia mau bicara lebih lama dengan Shella namun Shella sudah harus cepat-cepat pergi jadi gak sempat bicara banyak."

"Tadi?." -Reyhan

Rafa hanya mengangguk sambil terus melihat kearah wanita yang hampir hilang dari genggamannya.

"Berarti tadi mereka bertemu." -Vano

"Maksudnya?." -Gibran

"Dia bilang 'tadi' berarti waktu mereka sudah berada disini." -Vano

"Jadi maksudnya Kevin bertemu Shella hari ini." -Reyhan

"Betul." -Vano

"Para wanita yang tahu jelas ceritanya." -Gibran

"Kita akan bertanya nanti." -Rafa

"Tapi ini perihal masa lalunya." -Reyhan

"Bener." -Vano

"Lo harus tanya Shella dengan hati-hati, karena dia lagi gak bisa di ajak bersantai. Semua yang lo katakan akan tetap salah di dirinya." -Gibran

Rafa hanya diam menatap Shella yang tengah tertawa, rasanya Rafa ingin sekali memukul pria dengan nama Kevin itu. Kenapa ia kembali?

Shella yang tidak memilih apapun itu hanya tertawa mendengar ocehan dari ketiga wanita yang bersama nya.

"Shell kamu gak beli sesuatu?." -Tasya

"Kan tadi aku udah bilang kak di mobil."

"Ya gapapa, mau pakai uang aku dulu?." -Tasya

"Uang ku juga bisa kalau kamu mau." -Meiysa

"Nih aku juga." -Bilqis

"Gausah kak ak-" ucapan Shella terhenti.

"Mau beli apa sayang?." Rafa tiba-tiba ada di belakang Shella.

"Hah? Enggak aku gak mau beli apa-apa."

"Udah beli aja, si Rafa mau bayarin." -Vano

"Gausah nanti aku merepotkan."

"Uuh Shella nih kebiasaan deh, gaada yang di repotkan kok." Geram Bilqis.

"Tau Shell, udah pilih aja mau apa." -Meiysa

"Tapi-"

"Gausah tapi-tapian, ayo." Tasya menarik tangan Shella ke bagian lain.

Shella melihat ada banyak tas yang menarik perhatiannya dan berbagai sepatu juga, namun setelah melihat bandrol harga nya ketertarikan Shella langsung menghilang.

Itu sangat mahal bagi Shella dan ia merasa tidak mampu untuk membelinya. Lebih baik beli di pasaran dengan harga segitu ia bisa membeli yang lain.

"Ambil lah kamu mau yang mana?." -Tasya.

"Kak harganya terlalu mahal."

"Udah pilih dulu yang mana, jangan langsung liat harganya aja." -Meiysa

"Tapi kak-"

"Shella, udah sih kamu pilih aja. Kita gak bakal jual ginjal mu kok buat bayar tas nya." -Bilqis

Shella menunjukkan wajah memelas nya kepada tiga perempuan di depannya ini. Sebenarnya Shella juga ingin memilikinya namun harganya membuat ia mundur dan mengalah.

Ia menoleh tas yang sejak tadi ia lihat, tas itu tidak berukuran besar bisa di bilang kecil namun tidak terlalu kecil. Sangat cantik dan terlihat elegan.

"Mungkin kalau tas nya kecil harganya juga ikut mengecil." Ucap Shella dalam hati.

"Udah yang mana?." -Tasya

"Mmm aku pick yang ini deh."

"Bagus. Seleramu keren juga." -Bilqis

"Yakin mau itu? Mau lihat yang lain dulu gak?." -Meiysa

"Gausah kak ini aja."

"Yaudah ayo."

"Eh lihat sepatu dulu, gue keknya mau beli deh." -Bilqis

"Oke tuh gue juga kayaknya mau deh." -Tasya

"Oke deh." -Meiysa









Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang