Seminggu berlalu sejak kejadian hari itu. Senyum Shella tidak secerah biasanya, dan bahkan Shella kehilangan berat badannya yang membuat ia terlihat lebih kurus, hal itu menarik perhatian Nindita juga Renara.
Shella sudah memutuskan ia akan berhenti dan mereka juga sudah bermusyawarah untuk itu. Shella akan keluar beberapa hari lagi, dan sudah ada pengganti Shella yang masuk untuk membiasakan diri dan beradaptasi dengan lingkungan rumah itu.
Shella sering melamun dan tiba-tiba meneteskan air mata tanpa ia sadari. Bahkan Renara tidak tega melihat hal itu. Setiap harinya Shella menjadi lebih pendiam dan mengasingkan diri jika jam kerjanya sudah berakhir. Menjadi sulit di hubungi dan sulit di ajak bicara. Shella juga menjadi lebih cepat tertidur.
"Bunda semakin khawatir dengan kondisi Shella." Ucap Renara kepada Nindita.
"Karena memang sangat tidak mudah menyembuhkan luka trauma Bun. Kita tidak bisa tahu betapa sakitnya sebelum kita menjadi dirinya." Ucap Nindita.
"Rafa keterlaluan."
"Bagaimana kabar Rafa?."
"Bunda dengar dari Reyhan Rafa baik-baik saja kini ia sedang memperbaiki dirinya dan menyelesaikan masalahnya dengan Amel."
"Reyhan tau dari mana?."
"Revan."
"Hm."
"Dua hari lalu Rafa meminta untuk bertemu 4 mata dengan Shella, namun Shella menolak dan tidak ingin bertemu dengan Rafa dulu."
"Lalu?."
"Tidak bertemu."
"Anak-anak ke Rafa gimana?."
"Uuh anak-anak marah besar ke Rafa. Di kata bajingan lah, cowok gak bermoral. Dan intinya gaada yang bagus. Tapi ya walaupun begitu mereka masih perduli dengan Rafa dan masih sering menanyakan kabar Rafa ke Revan."
"Rafa aku kira dia tulus ke Shella, ternyata cuma permainan. Aku juga gak tega Bun lihat Shella, anak yang tadinya riang cerah kini terlihat suram dan murung. Tapi ya itu kembali lagi, kita tidak akan bisa merasakan sakitnya sebelum kita menjadi Shella."
"Bunda gak mau Shella di ganti nak."
"Kalau bisa aku juga maunya gitu Bun. Tapi semua sudah kita bicarakan, dan Shella juga sudah bilang jika alasannya berhenti adalah untuk melanjutkan pendidikannya apapun keputusan Shella kita tidak bisa mencegahnya."
"Huh bunda gak nyangka kita akan berpisah dari Shella."
"Cepat atau lambat kita memang akan berpisah dengan Shella."
Tidak ada percakapan lagi di antara keduanya. Lalu tak berselang lama, chio datang dengan Shella. Masuk ke kamar Renara.
"Mommy lihat deh." Ucap anak itu.
"Apa sayang."
"Chio di beliin mobilan."
"Oh yaa? Sama siapa?."
"Sama ncuss."
"Ncus?."
"Ncuss Shella."
"Oalah, sudah bilang terimakasih?."
"Belum." Ucap chio dengan menggeleng.
"Bilang dong."
"Telimakasih ncuss."
"Sama-sama chio." Shella hanya tersenyum tipis dan melihat kearah anak itu.
"Hug dong ncuss nya." Kata omah.
"Chio mau hug ncuss."
Shella berjongkok dan mensejajarkan tingginya dengan chio. Lalu memeluk Shella dengan erat.
"Oh iya chio, mommy mau bicara deh sama kamu."
"Bicala apa?."
"Sini deh duduk di sebelah omah."
Chio menurut dan naik ke kasur lalu duduk di sebelah Renara.
"Chio nyaman gak sama ncus yang baru?."
"Ncuss Sinta?."
"Hu'um, chio suka?."
"Suka."
"Chio nanti 3 hari dari hari ini ncus Shella tidak lagi temani chio. Chio akan di temani sama ncus Sinta, main sama ncus Sinta mandi, makan, dan semua yang biasa chio lakukan dengan ncus Shella nanti chio lakukan dengan ncus Sinta."
"Memang ncuss Shella mau kemana?."
"Ncus Shella akan pulang kerumahnya, dan gak ketemu chio lagi."
"Kenapa?."
"Ncus berhenti dari jaga chio."
Chio diam dan menatap Shella dengan dalam.
"Chio Ndak mau ncus Shella belhenti."
"Chio, ncus Shella mau melanjutkan sekolahnya." Renara membantu bicara dengan chio.
"Ncuss Ndak usah sekolah kan ncus dah pintal."
"Ncus harus sekolah lagi supaya ncus semakin pintar." Ucap Nindita.
"Tapi nanti chio dengan siapa?."
"Chio nanti sama ncus Sinta sayang."
"Tapi chio maunya ncuss Shella bukan ncuss Sinta."
"Kenapa?."
"Chio Ndak kenal ncuss Sinta."
"Nanti kamu akan kenal dan terbiasa."
"Chio ndakk mauu." Chio mulai merengek.
Chio turun dari tempat tidur dan langsung berjalan kearah Shella lalu memeluk Shella dengan erat sambil menangis.
"Kenapa ncuss pelgi tinggal chio."
"Tadi mommy nya chio sudah jelaskan kan."
"No no ncusss." Chio makin menjadi menangisnya.
"Hei hei dengarkan ncuss. Lihat ncuss."
Chio melihat Shella dengan air mata yang masih berderai.
"Ncuss mau melanjutkan pendidikan ncuss."
"No no ncuss Ndak usah pendidikan lagi."
"Dengarin ncuss deh. Nanti kan, kalau ncuss sudah semakin pintar, ncuss bisa bertemu chio dengan jawaban. 'Kenapa kucing makan ikan?' yang selama ini chio tanya ke ncuss kan?."
Anak itu mengangguk.
"Nanti setelah ncuss menyelesaikan pendidikan ncuss, ncuss akan datang bertemu chio yang sudah masuk sekolah, yang sudah tinggi sudah besar dan bisa setirin ncuss pergi ke Korea, kaya chio bilang."
"Tapi nanti ncuss lama."
"Kalau chio sabar dan jalani dengan ceria dengan nurut kata omah kata opah, mommy dan Daddy waktu akan berjalan bagai mobil yang sedang balapan. Wussh gitu."
"Benalkah?."
"Benar dong, apakah ncuss pernah bohongi chio?." Anak itu menggeleng.
"Ncuss janji kan temui chio dengan versi terbaik dari ncuss."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Issue [Lengkap]
Novela JuvenilShella gadis cantik dengan paras yang menawan. Terlahir dari keluarga sederhana, yang berkerja menjadi seorang baby sitter. Ia membuat orang-orang yang bertemu dengannya langsung terpikat karena paras cantiknya, bahkan ia sering di puji baik hati da...