26. I can do it?

121 23 2
                                    

"Tolong jangan membingungkan kak."

"Apa yang membuat mu bingung?."

"Semua tentang kakak!."

"Ucapkan secara rinci, saya akan menjelaskan satu-persatu."

Lama Shella menatap Rafa yang juga menatapnya, pria di hadapan Shella ini sangat membuat hatinya tak karuan.

"Semuanya sangat tabu untuk dibicarakan, bahkan aku tidak bisa untuk sekedar berkata."

"Maafkan saya."

"Ucapan maaf dari kakak sudah sangat tidak mempan untuk sekedar meredakan resah di hatiku."

"Apa yang harus saya lakukan?."

"Tidak ada yang harus di lakukan."

"Shella."

"Bukankah ini sudah berakhir sejak lama?."

"Tidak ada akhir di antara kita."

"Egois."

"Saya tahu."

"Lantas untuk apa semua ini?."

"Kamu harus mendengar penjelasan saya, agar kamu mengerti Shella."

"Penjelasan untuk bagian mana lagi kak?."

"Banyak bagian yang belum kamu ketahui."

"Apa?!." Shella mulai lelah dengan Rafa, ia meninggikan suaranya namun tidak membentak.

"Waktu, saya butuh waktu. Karena jika di jelaskan secara lisan tidak akan membuatmu percaya begitu saja. Saya akan menjelaskan dengan pembuktian."

"Berapa lama?."

"Saya tidak bisa memastikan."

"Lalu?."

"Tetap berada di sisi saya."

"Ternyata aku tidak benar-benar mengenal kakak."

"Begitupun dengan saya, mari lebih saling mengenal."

"Mungkinkah aku bisa?."

Rafa menatap manik mata Shella yang rapuh itu dengan keyakinan yang menguar kuat. Bagaimana pun Rafa tidak akan rela jika Shella harus jauh dengannya.

"You can do it."

Shella mulai menitikkan airmatanya ia sangat kesal dengan Rafa namun ia juga merasa sangat jika ia tidak bisa jauh dengan pria itu.

"Bolehkah saya memelukmu?."

Tidak ada jawaban dari Shella, ia hanya menangis, dan tanpa sadar memberikan akses untuk Rafa memeluk dirinya.

Dengan sigap Rafa memeluk erat perempuan di hadapannya itu dengan sangat erat. Rafa menumpahkan semua kerinduannya kepada Shella, ia sangat menyesal sudah membuat kondisi menjadi tidak karuan dan diluar kendalinya.

"Saya akan merawat luka itu hingga sembuh. Saya berjanji." Ucap Rafa dengan tulus.

Hati Shella sedikit melega mendengar ucapan Rafa. Jujur dari lubuk hati, Shella juga tidak bisa benar-benar jauh dari Rafa.

Ia memang merasakan sakit jika melihat Rafa namun ia akan lebih tersakiti jika tidak melihat Rafa.

Tidak ada gambaran masa depan di dalam dirinya, tidak ada semangat yang menghadirkan rasa ingin menjalani hidup dengan bahagia.

Rafa. Pria yang membuat luka lamanya kembali, juga pria yang membuat dirinya tidak lagi mempercayai ketulusan seorang pria. Namun Rafa juga lah yang membuatnya sadar jika ia sebenarnya tidak bisa jauh dari pria itu.

Sekian menit mereka menumpahkan rasa yang menyakitkan, Rafa melepaskan pelukan dari Shella. Ia tersenyum sangat manis kepada Shella, menghapus air mata perempuan itu sekaligus mengecek panas Shella dengan punggung tangannya.

"Kenapa bisa sakit?."

"Karena kakak."

"Berapa hari melewatkan makan?."

"Tidak tahu."

"Kenapa kamu terlihat lebih kurus?."

"Karena kakak."

"Shella."

"Aku tidak berbohong, kakak yang membuatku menjadi tidak memperhatikan kondisi tubuhku, karena kakak juga aku sering melewatkan waktu makan dan bahkan aku tidak makan, sakit juga karena kakak."

"Apa yang harus saya katakan?."

Shella hanya mengedikan bahunya.

"Pagi ini sarapan?." Sempat berpikir sesaat lalu menggeleng.

"Astaga. Sekarang mau makan apa, hm?."

"Terserah."

"Itu bukan jawaban."

"Ya aku gak tau mau makan apa."

"Tunggu disini saya akan ambilkan kamu makan, serta obat dan vitamin untukmu." Shella mengangguk.

Rafa berlalu meninggalkan Shella keluar kamar dan menghilang. Shella mencari keberadaan handphonenya. Dan menemukan di nakas sebelah tempat tidur Rafa.

Ini sudah jam 9 malam dan Shella belum mengabarkan ke orang rumah jika ia tidak jadi pulang hari ini.

_________

Brother El

Kak jadi pulang tidak?
Kak astaga
Kak gak guna bangat punya handphone
Di buang aja sekalian
Kak woyy
Ibu nanya kakak jadi pulang tidak
Awas aja kalau lo minta jemput, gak akan gue jemput

Marah-marah aja kerjaan lo El
Bilang ibu, kakak gak jadi pulang hari ini
Besok kakak pulang

_________________

Shella juga melihat banyak sekali pesan baru yang masuk, namun ia merasa sangat tidak berselera untuk sekedar membacanya.

Ia menunggu Rafa yang belum kembali, Shella merasa bosan dan perlahan berdiri untuk mengelilingi apartemen yang Rafa tinggali.

Ia keluar dari kamar, menuju ruang santai yang langsung terhubung dengan dapur, ia duduk di sofa ruang itu dan melirik ke seluruh penjuru ruangan. Hingga atensinya terhenti di sebuah foto yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil.

Shella mendekat, itu adalah foto dirinya yang sedang tertawa lepas dan tidak sadar kamera.

"Kenapa ada photo ku disini?."

"Ini kapan?."

Sudut bibir Shella terangkat tanpa sengaja, ia melihat tulisan di balik photo itu.

This girl is so beautiful, I will have her one day and she will be mine forever


Trust Issue  [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang