Gaza merasa pikirannya berperilaku seperti lemari folder dokumen, sesuatu yang amat menguntungkan di profesinya dan pekerjaannya--dia dengan mudah berpindah fokus dari satu masalah ke masalah lain. Saat sedang rapat manajerial, Gaza tidak memusingkan urusan operasional. Dia melakukan delegasi pekerjaan dengan mudah dan tidak pernah melakukan micromanaging--saat dia mempercayai seseorang, dia percaya orang itu bisa mengambil keputusan yang sesuai.
Di pikiran Gaza, folder dokumen Nina-Rindang-Ivan sudah ditutup sehari setelah kejadian Haji Rahmat mencari kedua cucu perempuannya. Gaza sudah melakukan closing dengan memastikan Nina masih menggunakan nomer yang sama--kalau-kalau Gaza perlu menghubungi perempuan itu lagi untuk urusan Rindang dan Ivan. Gaza menggunakan nomer kantor untuk menghubungi Nina, nomernya yang lama masih memblokir nomer Nina dan tidak mungkin Gaza gunakan untuk menghubungi gadis itu.
Suatu hari, kalau sewaktu-waktu Haji Rahmat membutuhkan GSR untuk hal-hal yang berhubungan dengan Rindang dan Ivan lagi, Gaza memastikan dia akan menghubungi Nina lebih dahulu.
Sekian lama, untungnya, tidak terdengar kabar dari Haji Rahmat. Gaza juga menjalani hidupnya dengan tenang... bekerja, mengikuti turnamen sepeda balap dan ikut kelas diving. Dia juga sempat ke Singapura untuk menonton Eddy Chen, Riris yang biasanya jadi teman nonton Gaza sedang tidak bisa ikut, jadi Gaza mengajak Syahdan.
Syahdan menolak dengan alasan menonton musik klasik bersama lelaki membuatnya merinding... Gaza masih membujuk dengan mengatakan, kalau lelakinya aku kan nggak apa-apa... tapi Syahdan tetap menolak.
Saat Syahdan dan Gaza berdebat, sebenarnya Rangga juga ada di ruangan yang sama, dan sempat berkata pelan, "Bang Gaza, kalau kamu mau ngajak aku, jadwalku kosong lho..."
Tapi Gaza menolak dengan mengatakan kalau menonton musik klasik dengan lelaki selain Syahdan akan membuat Gaza merinding. Sudah terlalu terlambat untuk mencari teman yang lain untuk diajak pergi, jadi Gaza memilih pergi ke Singapura sendirian.
Beberapa hari kemudian, hampir lima minggu setelah terakhir Gaza memikirkan Haji Rahmat dan lingkaran keluarganya, salah satu dari mereka menghubungi Gaza.
Dan orang itu menghubungi Gaza untuk urusan yang tidak disangka-sangka....
***
Perempuan muda itu duduk membelakangi pintu masuk restoran, jadi saat Gaza berjalan mendekat, dia hanya melihat punggungnya...
Rambutnya panjang dan tergerai, mengilap indah. Dari posisinya, perempuan itu sedang duduk sambil melihat keluar jendela, dan bertopang dagu.
Gaza menunggu sampai dia ada di samping meja yang perempuan itu duduki sebelum menyapa, "Rindang?"
Rindang segera duduk tegak dan meluruskan tangannya. Dia menoleh ke arah Gaza. "Pak Gaza," Rindang berdiri, mempersilakan Gaza duduk.
Gaza menarik kursi mundur, menunggu sampai Rindang kembali duduk sebelum dia sendiri duduk.
"Terima kasih sudah mau menemui saya," kata Rindang. "Tapi sebelum saya mulai, saya mau tanya, apakah ini berbayar..."
Gaza tersenyum. "Tentu saja, tapi jangan khawatir. Grup Rahmada punya tagihan terbuka dengan GSR, nanti saya masukkan ke tagihan saja saat tutup bulan nanti..."
"Apa di billing nanti ada nama saya? Apakah ditulis sebagai konsultasi?" tanya Rindang lagi.
Gaza lumayan sering berurusan dengan keluarga Haji Rahmat untuk tahu keluarga mereka terbagi jadi dua, ceroboh dan cuek atau teliti menyerempet paranoid.
Rindang masuk ke kelompok kedua... sementara sayangnya Nina masuk ke golongan pertama, satu golongan dengan sepupunya yang menghancurkan vila, atau mabuk dan mengebut hingga mobil mereka masuk ke kolam Bundaran HI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sick
RomanceNina tahu betapa keras kakeknya, H. Rahmat Rasyidin. Pria tua itu hampir bisa menoleransi semua kebrengsekan anak dan cucunya, tapi ada satu pantangan yang tidak bisa ditawar; pasangan mereka--sekadar pacar apalagi calon suami dan istri--harus mele...